🎵 Come up to meet you, tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I had to find you, tell you I need youTell you I set you apart
Tell me your secret, and I ask me your question
Oh, let's go back to the startHana terhenyak mendengar suara tersebut, suara laki-laki yang begitu merdu di telinganya. Suara tersebut terdengar semakin dekat ketika Hana terus melangkah ke depan.
Running on circles, coming us tails
Head on science apart
Nobody said it was easyIt's such a shame for us apart
Nobody said it was easy
No one ever said it would be this hard
Oh take me back to the startLagu tersebut terhenti begitu kaki jenjang Hana ikut berhenti di depan ruang musik. Hana menatap punggung laki-laki yang tengah bermain gitar. Suara juga permainan gitarnya begitu menyejukan hati, membuat siapapun yang mendengarnya akan menyukai.
Siapa dia? Itulah kalimat yang Hana lontarkan ketika Hana hanya bisa menatap sebagian tubuh laki-laki yang memunggunginya.
Hanya bagian kepala hingga bahu yang terlihat karena tertutup oleh kaca jendela. Hana menyenderkan tubuhnya di depan pintu, diam-diam menikmati senandung lagu yang nampak tak begitu asing.
Namun Hana tidak bisa menebak pasti siapa yang menyanyikan lagu dan memainkan gitar tersebut. Mata Hana terpejam rapat, ikut bernyanyi di saat bagian bait lagu yang Hana hapal.
Dengan tiba-tiba pintu ruang musik terbuka. Hana yang masih dalam posisi bersandar di pintu jatuh terjungkal ke belakang seraya meringis pelan.
"Aduuuhhh," pekiknya mengusap pantatnya yang mendarat di atas lantai dengan cukup keras.
Sementara orang yang membuka pintu menatap Hana tajam sambil berucap. "Lo ngintipin gue?" tanyanya sarkas.
Kalimat pujian yang tadi sempat Hana lontarkan untuk Jidan, ia tarik kembali.
Hana masih mengaduh, lalu berdiri dengan susah payah, oh ternyata Jidan, gadis itu menatap wajah Jidan dengan bibir yang cemberut.
"Aku gak ngintip! Cuma lewat mau ke toilet."
Hana menepuk-nepuk roknya pelan sambil sedikit mencibir. "Lagian kamu juga bolos kelas, dicariin sama wali kelas."
Jidan tak peduli, ia menutup pintu ruang seni, ingin bergegas pergi.
"Kalo buka pintu hati-hati," ucap Hana.
Jidan mengangkat bahunya acuh, tak memperdulikan kondisi Hana. Padahal Hana meringis kesakitan, sumpah demi apapun ini benar-benar sakit. Laki-laki itu memilih beranjak pergi.
Jidan meninggalkan Hana. Hana geram dengan sikap Jidan. Gadis tersebut merutuki Jidan dalam hatinya.
Tapi emang salah Hana juga, kenapa harus berdiri menyender di depan pintu. Tapi tetap saja Jidan juga salah. Harusnya buka pintu bisa lebih pelan-pelan, jadi Hana gak akan jatuh.
"Udah salah bukanya minta maaf malah pergi," kata Hana pelan namun Jidan masih mendengarnya. Laki-laki tersebut menoleh ke belakang. Menghentikan jalannya.
Laki-laki itu menatap raut wajah Hana sebentar, sementara Hana mematung menatap mata tajam yang seakan menyorotnya dengan tatapan mengintimidasinya, diam-diam Hana meneguk salivanya kasar, sadar akan tatapan mengintimidasi dari milik sang lawan. Lantas bola mata itu membuat nyalinya sedikit ciut, namun Hana tetap membalas tatapan Jidan hingga detik-detik berlalu akhirnya Hana sadar ketika jidan melepaskan kontak matanya.
Gadis itu mengerjapkan matanya, tidak lagi cemberut, namun matanya tak lepas dari punggung laki-laki yang baru saja meninggalkannya.
🍁
Setelah dari toilet Hana disambut oleh laki-laki yang membuatnya kesal, laki-laki tersebut sibuk membuka buku dan menulis, sementara Hana yang sedikit kesal langsung duduk di samping Jidan dengan terburu-buru, alhasil pergerakan dari Hana mampu membuat pasang mata di kelas mematapnya, untungnya guru sedang tidak ada di dalam kelas, namun tetap saja, Hana yang merasa tak nyaman ditatap banyak orang langsung menundukan kepalanya. Sementara Jidan menatap Hana sekilas lalu kembali fokus pada kegiatannya.
Hana juga fokus menulis, sesekali ia menoleh mencuri pandang pada laki-laki yang baru dikenalinya. Entah salah apa sehingga Hana bisa mendapatkan teman sebangku seperti Jidan, laki-laki sedikit menyebalkan, jarang masuk kelas, tidak memiliki teman di kelas, lebih suka menyendiri, bahkan Hana yang menjadi teman sekelasnya tidak terlalu mengenali laki-laki itu.
Hanya sedikit fakta baru tentang Jidan yang ia tahu, Jidan pintar bermain gitar dan bernyanyi, suka pelajaran fisika dan kimia, sering membolos di kelas, beberapa kali tidak masuk kelas sehingga mendapatkan surat dispen dari guru, untungnya laki-laki itu tidak dikeluarkan, mungkin akibat itu Hana bisa duduk di samping Jidan karena beberapa hari yang lalu Jidan mulai rajin masuk ke kelas, meskipun masih membolos, padahal laki-laki itu termasuk murid baru di kelas 12 IPA 5. Namun rentetan kasus yang ia buat menjadikan dirinya perbincangan di SMA Bina Bangsa, siapa sih yang tidak kenal dengan laki-laki yang di hari pertamanya mengikuti upacara harus terlambat dan diharuskan merapihkan sampah di lapangan. Siapa juga laki-laki yang seharusnya membawa baju olahraga, malah hanya membawa celana olahraganya saja. Mungkin itu masih dua masalah yang Jidan berikan selama berbulan-bulan sekolah di sini.
"Hana."
Lamunannya buyar ketika namanya dipanggil, gadis itu langsung menoleh ke depan, mendapati Yasmin berdiri di tempat guru.
"Tugas rangkumannya mau dikumpulin sekarang, punya elo udah selesai?"
Hana mengangguk cepat, buru-buru ia menaruh bukunya di tempat meja, bersama dengan buku yang lain.
Setelah selesai, gadis itu kembali ke tempat duduknya, menunggu bel pergantian pelajaran berbunyi.
🍁
Next
Makasih yang udah mau baca sorry kalo ada typo❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Berpisah
Teen Fiction[Lengkap] "Berhak rindu tapi tak pantas kembali." Hana pernah merasakan begitu beruntung, hidupnya diliputi warna kebahagiaan karena hadirnya sosok laki-laki bernama Jidan Rajendra Ilalang. Sebelum Hana divonis sakit, semuanya masih terasa sempurna...