Seminggu setelah Hana keluar dari rumah sakit, Hana masih tetap melakukan aktivitas seperti biasa, sekolah, pergi keluar, layaknya orang yang sehat, gadis tersebut begitu menikmati hari-harinya tanpa harus terkurung di dalam rumah sakit. Meski obat-obatan masih Hana konsumsi dan seringkali kambuh, muntah darah, pingsan, mimisan, semua tanda-tanda penyakitnya semakin muncul. Bahkan Hana kerap merasa tremor parah hingga tubuhnya melemas.
Satu keluarga merasa khawatir dengan keadaan Hana yang tidak membaik. Namun Hana memastikan dan membuat mereka percaya jika dirinya 'sehat' tidak ada yang perlu dicemaskan karena Hana merasa bahagia itu cukup.
Gadis itu tersenyum di ruang keluarga, berbaring di atas paha Aifel yang sibuk menonton bola. Sementara Hana masih menikmati brownis buatan Bundanya. Gadis itu tertawa menatap Abangnya yang begitu antusias saat tim kebanggaannya kembali mencetak gol, bahkan tak jarang Aifel berteriak dan bertepuk tangan. Tubuhnya juga menggunakan kaos bola sama persis seperti yang ada di televisi.
"Bang." Hana memanggil Aifel pelan, wajahnya mendongak dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Kenapa hmm?" tanya Aifel mengusap kepala Hana sekilas.
"Coba deh lihat perut Hana, bengkak ya." Hana mengadu karena bagian pusarnya bengkak, sempat bertanya juga kepada dokter namun dokter mengatakan jika itu pembuluh darah yang membesar.
Mata Aifel menyipit melihat kaos Hana yang tersingkap sedikit memperlihatkan warna kulit keunguan karena bengkak. Pandangan matanya tak terbaca, rasa sedih kembali menjalar mengingat keadaan Hana yang semakin parah. Namun ia tepis rasa sedih itu, hari ini Aifel sudah berjanji untuk menjadi laki-laki yang lebih kuat dan tidak akan menangis di depan Hana.
"Obatin biar sembuh Na." Aifel mengusap rambut Hana, memainkan rambut perempuan itu yang semakin memanjang.
Hana mengangguk, kembali memakan brownis yang tersisa di piring, gadis tersebut tersenyum ikut memandangi layar televisi meski Hana tidak menyukai bola namun bukan itu yang membuatnya tidak beranjak dari sini, rasa nyaman juga kebersamaannya dengan Aifel, merasa sudah cukup lama mereka tidak menghabiskan waktu seharian penuh.
Tes
Hana mengernyit, bola matanya turun mengamati hidungnya, merasa ada cairan yang menetes menyentuh bibirnya. Tangan gadis itu menyentuh sudut bibirnya sendiri, merasakan adanya cairan kental berwarna merah pekat. Buru-buru Hana mengambil tisu di atas meja lalu menyeka darahnya untuk menutupi lubang hidungnya.
Aifel melihat itu, wajahnya kembali cemas, laki-laki itu langsung membantu Hana menghentikan pendarahan di hidungnya. Begitu khawatir karena darah yang keluar begitu banyak. Tak segan Aifel berteriak meminta tolong kepada orang rumah untuk membantunya. Meski Hana mengatakan tidak papa, tetapi Aifel tetap kalut, dirinya tidak lepas memandangi Hana yang pasrah dengan mata yang kemudian menutup.
🍁
Kejadian pendarahan Hana seolah bukan hal yang benar-benar terjadi, karena mereka duduk di ruang keluarga tertawa menikmati Hana yang semangat bercerita. Gadis itu terbaring di sofa, di sampingnya ada Bunda yang memeluk lehernya, sementara kakinya berada di atas paha Ayahnya karena laki-laki tersebut memijat pergelangan kaki Hana. Di atas karpet, Aifel duduk sambil menyandar di paha Hana menikmati bagaimana jari-jari lentik itu menyisir rambutnya.
Malam ini Hana meminta semuanya berkumpul menonton acara televisi andalan mereka. Sesekali tertawa karena adanya adegan lucu. Begitupun dengan Hana sibuk menikmati malam yang dirindukannya karena Hana tidak pernah merasakan seperti ini lagi setelah penceraian orang tuanya. Ayahnya sibuk dan akan sempat mampir bila ada waktu luang, namun tidak lama. Sekarang Hana bisa mendapatkan momen itu kembali, menikmati hari bersama orang yang ia sayangi, tanpa perdebatannya dengan Aifel, tanpa acara ribut-ribut, begitu damai terasa seperti mimpi. Ini yang Hana inginkan keluarganya utuh dan akan selalu begitu.
"Yah."
Erlan mengalihkan tatapannya. "Kenapa sayang?"
"Hari ini bisa kan Ayah menginap di sini?"
Erlan tampak bimbang, namun melihat bagaimana gadis tersebut menatapnya dengan penuh harap, bagaimana binar mata itu yang terlihat sangat antusias. Berharap jawaban Erlan dapat menyenangkan perasaannya. Erlan sangat tidak ingin menolak, tidak mau membuat Hana sedih. Jadilah ia mengangguk dengan tegas menjawab pertanyaan Hana.
Hana begitu bahagia, bisakah waktu berhenti sebentar agar ia bisa menikmati ini semua lebih lama lagi? Tak luput juga rasa bersyukur atas nikmat tiada tara yang telah ia dapatkan. Tuhan masih menyayanginya dengan memberikan Hana kesempatan untuk bisa bangun di pagi hari. Sebuah kenikmatan karena hingga detik ini Hana masih bisa berkumpul.
Ia sama sekali tidak pernah membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia, apapun yang akan ia lalui harus disertai dengan momen indah yang di masa depan nanti akan bisa ia kenang. Kapan lagi Hana bisa tiduran seperti ini menikmati sentuhan tangan sang Bunda yang mengelus lembut rambutnya. Mendengar orang-orang di sekitarnya tertawa bahagia, apalagi yang indah dari ini? Berkumpul dengan lengkap bahkan mungkin ini sudah lebih untuk menebus segala sesuatu yang membuatnya menyesal.
Hana sekarang tidak lagi sedih atau mengeluh tentang penyakitnya, tidak lagi marah kepada Tuhan karena memberikan takdir tersebut. Ia cukup bersyukur. Bukan bersyukur karena sakit, tetapi setidaknya Tuhan sudah berbaik hati dengan memberinya kesempatan. Meski rasa sedih itu ada. Bukan sedih karena meratapi nasib dirinya sendiri. Melainkan sedih karena harus membuat orang-orang di sekitarnya ikut khawatir. Diam-diam Hana tau jika saat Bunda menemaninya tidur, wanita itu akan menangis ketika Hana pura-pura terlelap. Hana tau bagaimana Bunda yang menangis memeluk dirinya sambil terus menciumi puncak kepalanya, menggumamkan betapa sayangnya Bunda tak ingin kehilangan dirinya.
Hana juga tau jika Aifel selalu mencuri pandang ke arahnya dan sekarang laki-laki tersebut lebih manja kepadanya, mencoba mencari perhatian dan selalu menuruti kemauannya.
Hana tau kalau Ayahnya sering sekali vidio call setiap jam, hanya bilang jika ia rindu dan ingin melihat Hana. Padahal Hana mengerti jika Erlan melakukannya karena ingin memastikan Hana baik-baik saja.
Tuhan
Terimakasih untuk hari ini, karena aku masih bisa ada di sini, menikmati waktu bersama orang terkasih, aku janji tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sekarang aku miliki. Aku akan menikmati setiap detik yang aku lalui. Terimakasih Tuhan karena kamu telah berbaik hati.🍁
Next ya
Makasih yang udah mau baca sorry kalo ada typo ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Berpisah
Подростковая литература[Lengkap] "Berhak rindu tapi tak pantas kembali." Hana pernah merasakan begitu beruntung, hidupnya diliputi warna kebahagiaan karena hadirnya sosok laki-laki bernama Jidan Rajendra Ilalang. Sebelum Hana divonis sakit, semuanya masih terasa sempurna...