Kembali ke rumah Jidan, bukanlah sesuatu yang buruk, meski kini di hadapan Hana telah berdiri laki-laki paruh baya yang terus menatapnya.Hana merasa gelisah dalam duduknya, di tambah Jidan yang sedari tadi belum juga kembali dari kamarnya.
Hana menunduk takut, namun laki-laki di hadapannya tersenyum lebar. Sorot matanya begitu lembut meski pahatan wajahnya terkesan kejam dan galak.
Hana bernafas lega ketika Jidan kembali dari kamarnya dengan balutan pakaian santai, kaos hitam dengan celana jeans di atas lutut.
Jidan mengajak Hana untuk langsung pergi ke ruang musik, di mana mereka akan kembali belajar bermain piano.
"Lo diapain sama bokap gue?" tanya Jidan begitu Hana duduk di sofa.
Hana menatap Jidan bingung. "Maksudnya?"
"Bokap gak ngomong macem-macem kan?"
Hana menggelengkan kepalanya, sementara Jidan tersenyum sinis. Dirinya mengira jika Ayahnya akan mengintrogasi Hana lantaran jidan pertama kali membawa teman perempuan ke dalam rumahnya.
"Lo udah tau 'kan lagu yang kita pake?"
Hana mengangguk. Kemarin malam Jidan sudah memberitahunya, bahkan Hana menyimpan Lirik lagu tersebut setelah mencarinya di internet.
"Udah hapal liriknya?"
"Lumayan."
Jidan mendekati Hana, lalu duduk di samping Hana, sementara Hana duduk kikuk. Tak nyaman dengan Jidan yang berada di sampingnya. Ralat bukan nyaman tapi canggung. Posisi mereka begitu dekat bahkan Hana bisa merasakan paha Jidan yang menempel di pahanya.
Hana berdehem pelan, Jidan menoleh ke arah Hana. "Mulai aja lat-," ucapan Jidan terhenti akibat dering dari handphone Hana.
Hana segera merogoh Handphone di saku seragamnya. Nama Aifel langsung muncul di layar, ia langsung menggeser tombol hijau demi mengangkat telfon dari Abangnya.
"Iya Bang."
"_______"
"Hana lagi di rumah Jidan, belajar kelompok."
"_______"
"Astaghfirullah Hana lupa, yaudah Hana pulang sekarang."
"_______"
"Iya nanti Hana kirim lokasinya."
Sambungan terputus, Hana memasukan kembali handphonenya ke saku seragam.
"Kenapa?" tanya Jidan.
"Aku harus pulang, lupa kalo ada urusan keluarga, maaf ya latihannya ke tunda."
"Oke. Lo bisa gak pulang sendiri?"
"Aku dijemput."
"Gue anter ke depan."
Hana mengikuti langkah Jidan, namun saat melewati ruang tamu, langkah mereka terhenti akibat Vito-Ayah Jidan.
"Mau kemana?" tanya Vito sambil berdiri.
Hening sebelumnya sampai Hana memberanikan diri menjawab pertanyaan Vito. "Hana mau pulang dulu Om," pamitnya sopan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Baru dateng udah pulang."
"Ada urusan."
"Kalo gitu hati-hati di jalan, pulang nya dianter sama Jidan?"
"Dijemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Berpisah
Ficção Adolescente[Lengkap] "Berhak rindu tapi tak pantas kembali." Hana pernah merasakan begitu beruntung, hidupnya diliputi warna kebahagiaan karena hadirnya sosok laki-laki bernama Jidan Rajendra Ilalang. Sebelum Hana divonis sakit, semuanya masih terasa sempurna...