Bagian Lima Belas

64 9 0
                                    


Setelah kemarin belajar kelompok di rumah Hana, mereka kembali melanjutkan tugas kelompok mereka. Sepulang sekolah mereka kumpul di perpustakaan guna menuntaskan tugas yang baru sebagian mereka kerjakan.

"Ini tugasnya gimana sih? gue gak ngerti." Orin membolak-balik halaman buku tebal bersampul oranye tersebut.

"Apalagi gue, tau sendiri gue lemah di IPA." Yasmin menambah sama sekali tak mengerti dengan materi yang akan mereka bahas.

Sementara Hana terus memperhatikan teman-temannya. Dirinya pun sama tak paham dengan apa yang dibahas.

Laki-laki yang duduk diujung berdehem, menarik buku oranye dari tangan Orin. "Teori relativitas umum ialah teori geometri tentang gravitasi yang diperkenalkan Albert Einstein pada 1916. Teori ini menjelaskan gravitasi termutakhir dalam fisika modern. Ia menyatukan teori Einstein sebelumnya, relativitas khusus, dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini dilakukan dengan melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan dan waktu."

Semua yang mendengarkan Jidan melongo seketika. Mereka menatap Jidan seksama. Sementara Jidan terus memandangi buku ditangannya.

"Jadi tugasnya disuruh cari teori relativitas khusus sama fenomena kuantum, sampe sini ngerti?" Jidan memandang mereka satu persatu.

"Gini aja kita bagi tugas gue sama Orin cari fenomen kuantum sementara Jidan, Hana, sama Yasmin cari relativitas khusus." usul Tristan

"Setuju," ucap Orin lalu bangkit dari duduknya. "Yuk cari sekarang biar pulangnya gak terlalu sore."

Mereka bangkit lalu mulai menelusuri perpustakaan, begitupun dengan Hana, matanya mengawasi setiap rak. Di mana terdapat buku yang dicarinya.

Hana tersenyum, kepalanya mendongak menatap buku tebal bersampul navy  yang berada di rak atas.

Hana mencoba menggapai buku namun tinggi tubuhnya tak mampu untuk menggapai buku tersebut. Hana melompat-lompat sembari tangannya terulur ke atas.

"Susah," gumam Hana kesal.

Gerakan Hana yang melompat terhenti akibat aroma maskulin yang menyeruak di indera penciumannya. Hana membalikan badannya ke belakang. Matanya melotot tajam begitu melihat laki-laki jangkung berdiri di hadapannya.

Jarak mereka dekat, ujung sepatu mereka saling menempel, Hana dapat merasakan hembusan nafas hangat yang menerpa wajahnya.

"Lo mau buku ini?" tanya Jidan sembari menunjuk buku bersampul navy yang masih berada di rak bagian atas.

Hana ikut mendongak, menatap tangan Jidan sementara Jidan tersenyum tipis mengambil buku tersebut. Lalu menaruh buku tersebut di rak paling atas.

Hana melotot, menatap Jidan yang kini juga menatapnya. Tak lama laki-laki tersebut pergi meninggalkan Hana.

Hana mencebikan bibirnya kesal. Menatap punggung Jidan yang semakin menjauh. Hana menyenderkan tubuhnya di rak, sedikit kesal dengan laki-laki menyebalkan tersebut, gadis itu berdecak, menatap buku yang ia inginkan berada di rak paling atas, bagian sulit yang Hana gapai.

Tanpa ia sadari bahwa kehadiran Jidan tadi, membawa afeksi itu kembali, getaran hangat di dadanya.

🍁

"Akhirnya tugasnya selesai juga." Orin tersenyum lebar sambil merenggangkan tangannya. Ia bisa bernafas lega setelah tadi kepalanya pening karena mencari materi.

"Sumpah gue seneng banget, malem ini gue mau nonton drakor, untung tugasnya cepet kelar."

Hana tersenyum menanggapi ucapan kedua temannya, mereka berjalan menuju gerbang.

"Lo dijemput?" tanya Orin sambil menatap Yasmin.

"Naik ojol, di rumah gak ada orang mana ada yang mau jemput."

"Kalo lo, Na?"

Itu yang Hana sukai dari Orin, selain ramah perempuan tersebut selalu perhatian, menanyakan apa saja hingga tidak pernah kehabisan topik.

"Naik ojol mungkin, karena Bang Aifel dari tadi gak bisa dihubungin."

"Oh ya ngomong-ngomong soal abang lo, boleh dong dikenalin?" Yasmin menaikkan kedua alisnya.

Hana terkekeh pelan."kapan-kapan Hana kenalin kalian ke abang Aifel, ya."

"Asik," ucap Yasmin senang.

Mereka menunggu jemputan di sebelah gerbang, sambil asik mengobrol dengan Hana yang hanya menimpali. Hingga sebuah motor berhenti di depan Yasmin. "Mbak Yasmin ya?" tanya pengemudi motor tersebut.

Yasmin mengangguk lalu berjalan ke arah motor tersebut dan berbalik sebentar. "Orin, Hana gue duluan," ucapnya lalu menaiki motor tersebut.

"Hati-hati," ucap Orin dan Hana bersamaan.

Motor tersebut langsung melaju meninggalkan Hana dan Orin yang masih berdiri di depan gerbang.

Hana duduk di halte, sementara Orin pergi ke depan mini market karena Ayahnya akan menjemput Orin di sana.

Hana mengedarkan pandangannya pada Handphone, membuka aplikasi ojek online. Namun gerakan Hana terhenti begitu sebuah motor berhenti.

"Belum pulang?"

Hana menggelengkan kepalanya. Melihat ke arah pengendara motor.

"Bareng gue, gue ada janji sama Bang Aifel."

Dengan ragu Hana berdiri, mendekati motor matic milik Jidan dan duduk di sana. Tak lama Jidan menjalankan motornya. Meninggalkan pekarangan sekolah.

Hana duduk kaku, kedua tangannya saling bertautan menggenggam. Ia hanya menatap ke sekeliling mencoba menikmati peerjalananya menuju rumah, sembari menyakinkan diri bahu jantungnya kembali berdetak ketika laki-laki itu berada di sekitarnya, apa dirinya mempunyai penyakit jantung? Pikir Hana.

Dirinya masih melamun, hingga motor Jidan berhenti membuat Hana mengerutkan keningnya heran. "kenapa?Kok berhenti? Motornya mogok?" tanya Hana.

Jidan menoleh ke belakang, melepaskan helmnya. "Gue gak bawa helm dua, lo pake helm gue aja."

"Hah."

"Lo pake helm gue aja!" ulang Jidan ketus.

Jidan mencondongkan tubuhnya  sedikit ke belekang, melepaskan benda berwarna hitam tersebut dari kepalanya lalu memakaikannya di kepala Hana, Hana membeku di tempat. Menatap iris mata Jidan. Apa yang Jidan lakukan padanya membuat tubuhnya diam bagai patung.

Hingga Jidan selelasai memakainya helm, Hana masih membeku. Jantungnya kembali berdegup cepat, dan Hana tau itu tak normal.

"Na."

"Hana."

Lamunan Hana buyar ketika Jidan memanggilnya, perempuan tersebut menoleh ke arah Jidan, dan mulai fokus kembali. Hana menggelengkan kepalanya pelan mencoba untuk tidak berpikiran macam-macam. Sementara Jidan kembali menghadap ke depan, menjalankan motornya.

Jika Hana yang masih bingung dengan perasaannya lain halnya dengan Jidan yang tau betul maksud dari degup jantungnya, namun laki-laki tersebut memilih untuk denial, mungkin perasaan seperti ada kupu-kupu yang hinggap di perutnya hanyalah sementara, ia yakin semuanya akan seperti semula.

Semua hanya perihal waktu.

🍁

Next ya

Makasih yang udah mau baca sorry kalo ada typo ❤️

Setelah BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang