Young Days - Part 4

6.4K 321 27
                                    

Agustian berjalan mendekati Yuda. Dia baru selesai main basket bareng teman-temannya di lapangan dekat kompleks rumah. Yuda datang buat menonton, buang-buang waktu melihat seksinya otot-otot Agustian.

"Kemarin jadi nginap di rumah Fabian?" tanya Agustian penasaran. Ia duduk di samping Yuda, menyandarkan punggungnya ke bahu Yuda.

"Jadi kok." Keringat Agustian menetes ke bahunya, membuat Yuda agak kesal. Dia mendorong kepala Agustian menjauh, pasang tampang risih.

"Kalian ngapain aja?" Agustian sadar sih, tapi pura-pura tak sadar. Dia malah merangkul Yuda, meminum jus Yuda sekalian.

"Lo yang ngapain dari tadi! Resek banget sih!" Akhirnya Yuda menendang Agustian sampai jatuh miring, mukanya mencium lantai semen.

Tiba-tiba saja Agustian balik lagi, dia memeluk Yuda, menjatuhkan beban tubuhnya sampai mendorong Yuda ke sisi kiri. "Elo yang dingin amat sama pacar." Dilanjutkan dengan mencium pipi Yuda setengah bercanda.

"Geli lo Agustian, buruan ke sini. Istirahat lama amat."

"Kalian kayak homo tahu gak."

"Kasihan teman lo anjing!"

Teman-teman Agustian tertawa melihat tingkah mereka. Tak ada yang menganggap serius sikap Agustian. Bagi mereka bercanda seperti itu sudah biasa, palingan juga teman mereka lagi kambuh gilanya. Lagian Yuda setahu mereka memang teman dekat Agustian sejak SMA, jadi tak ada yang perlu diragukan hanya karena melihat sebuah pelukan dan kecupan konyol.

"Bacot kalian! Iya gue ke sana!" Agustian mengerti cara pandang terlalu santai teman-temannya. Dia sendiri tak terlalu memikirkan perkataan dan tindakannya. Toh, semua orang pernah melakukan hal-hal konyol di masa kuliah yang bakal dijadikan masa kelam saat sudah dewasa.

"Sana belikan minum, jangan pasang wajah cemberut begitu." Agustian lalu berdiri, dia mengacak rambut Yuda sebelum meninggalkan pacarnya. Dia ingin memastikan kalau Yuda juga tidak mengambil hati perkataan teman-temannya.

"Nyuruh aja bisanya!" Yuda bilang begitu, padahal sebenarnya dia tak masalah disuruh-suruh. Itu bukti keberadaannya dibutuhkan.

"Belikan kami sekalian ya!" Teman Agustian ikutan menyuruh, teriak-teriak sambil mengejar bola.

"Duitnya mana sialan!" Akhirnya Yuda kesal sungguhan. Kenal juga gak terlalu, hanya kadang ketemu sewaktu dia menemani Agustian pergi main basket rutin tiap malam Jumat. Ini mereka malah sok akrab, ikut-ikutan Agustian menyuruhnya.

"Minta sama pacar lo!" Kalau saja mereka tahu dia dan Agustian memang berpacaran sungguhan, Yuda yakin mereka tak akan bisa berkata seperti itu sambil tertawa.

Sudahlah. Yuda tak mau mempermasalahkannya. Dia sudah memutuskan untuk menjalani tanpa berpikir terlalu banyak. Berbicara yang tak perlu atau terluka hanya karena candaan cowok-cowok kekanakan begitu seperti bukan dirinya saja.

"Ambil dompet gue di tas, Yud!" Namun, sikap Agustian yang meluruskan semuanya itu tak bisa dia abaikan begitu saja.

"Cieee ... cowok lo perhatian Yud!" Ejekan itu membuat hati Yuda panas. Dia pergi begitu saja tanpa mengambil dompet Agustian. Bukan mau pulang kok, tapi pergi membeli minum. Begitu-begitu juga Yuda gampang luluh, tak tegaan meninggalkan pacarannya saat sudah janjian mau pergi makan bareng habis dia main basket.

Agustian sempat melihat perasaan Yuda sekilas, tapi dia memutuskan untuk tidak mengejar hanya karena hal sepele. Bisa-bisa harga diri Yuda terasa direndahkan. Dia akan menyenangkan Yuda nanti sebagai gantinya, soalnya dialah yang memulai candaan konyol teman-temannya.

Hate You, But Love You Too [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang