We've Lived in a Perfect Life

1.5K 103 39
                                    


Setelah kejadian itu, Chanyeol kini berusaha sebaik mungkin untuk membagi waktunya dengan baik. Chanyeol juga meminta kepercayaan pada Sehun dan sekali lagi ingin meyakinkan pada Sehun bahwa tidak ada hubungan apapun antara dirinya dan Rose selain soal projek yang saat ini sedang dia kerjakan atas bantuan Rose, tapi Chanyeol belum bisa memberitahukan pada Sehun mengenai projek itu.

" Satu bulan lagi, sayang.. Dan aku berjanji akan menjelaskan semuanya padamu.." Ujar Chanyeol saat itu. Sehun akhirnya mengangguk setuju dan mencoba untuk percaya sepenuhnya pada sang suami.

***

Seperti Minggu-minggu sebelumnya, kali ini Chanyeol kembali pamit pada Sehun untuk meneruskan projeknya bersama Rose. Jadi Sehun hanya bisa mengiyakan. Toh, kini Chanyeol sudah mau jujur kemana dia pergi. Sehun tidak ingin meragu lagi. Dia harus percaya sepenuhnya pada sang suami.

Kini Sehun duduk termenung di teras rumahnya. Dia bosan dan kesepian. Haruskah dia mengganggu Kyungsoo hyungnya lagi? Sehun akhirnya mengambil ponselnya berniat menanyakan dimana keberadaan Kyungsoo, Sehun merindukan hyungnya itu.

Tapi saat Sehun baru saja ingin menekan tombol panggil di ponselnya, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Suara yang sangat Sehun kenali dan rindukan.

" Paman Sehun.." Panggil suara tersebut. Sehun langsung menoleh ke arah sumber suara dan hatinya merasa begitu gembira saat melihat Taeil melambai padanya di depan pintu pagarnya. Sehun bergegas bangun dari posisinya dan berlari menuju pintu pagar.

" Taeil-ya.." Sehun menyambut Taeil dengan penuh suka cita. Karena Sehun sangat merindukan bocah itu. Dia langsung berjongkok di depan Taeil untuk mensejajarkan tubuh mereka. " Apa kabar?" Sehun bahkan tidak menyadari Boa yang berdiri tidak jauh dari pagarnya, menatap Sehun.

" Baik, paman.." Jawab Taeil. " Paman apa kabar? Maaf beberapa minggu ini tidak bisa mengunjungi paman.. Taeil kemarin liburan ke rumah Nenek di Busan.."

Sehun lega, ternyata Taeil tidak mengunjunginya bukan karena dilarang oleh Boa. " Paman juga baik." Sehun mencubit pelan pipi Taeil. " Tidak apa. Yang penting Taeil sehat dan mengunjungi paman lagi.. Paman sangat merindukan Taeil.."

Taeil tersenyum. " Taeil juga rindu dengan paman.." Kemudian Taeil mengulurkan sesuatu pada Sehun. " Ini oleh-oleh untuk Paman.. Aku memetiknya sendiri di kebun Nenek.."

Sehun menerima bungkusan dari Taeil. " Wah. Taeil baik sekali.. Terima kasih banyak yaa.."

" Sama-sama, Paman."

" Taeil mau masuk?" Tawar Sehun yang masih belum menyadari kehadiran Boa yang berdiri tidak jauh darinya.

" Taeil masih harus mengerjakan tugas sekolahnya." Akhirnya Boa bersuara, membuat Sehun terlonjak kaget.

" Eoh.." Sehun langsung salah tingkah. " N.. Noona.."

Boa mengangguk. " Hai, Hun.." Kemudian Boa menatap Taeil. " Sayang, ayo sekarang kamu pulang dan kerjakan tugasmu.."

" Baik, eomma." Taeil lalu mencium pipi Sehun. " Taeil pamit dulu, Paman. Kalau tugas sekolah Taeil sudah selesai, Taeil akan berkunjung lagi kesini."

Sehun tersenyum dan mengangguk. " Paman tunggu.." Ujar Sehun ragu sambil melirik Boa.

Setelah itu Taeil pergi meninggalkan Sehun dan Boa yang kini sudah berjalan mendekati Sehun. Sehun langsung menegakkan tubuhnya menghadap Boa, walau Sehun harus menunduk untuk menatap Boa yang lebih pendek darinya. Mereka saling diam untuk beberapa saat.

" Boleh kita bicara?" Boa mulai kembali bersuara. Sehun mengangguk.

" Mau masuk, noona?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We've Lived in a Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang