6. Makanan

57 1 0
                                    

Ms. Wahyu menyimak penjelasan kami dengan saksama. Usai kami menjelaskan, wanita itu memijit-mijit keningnya.

"Akan saya bicarakan dengan pak Hendra. Kalian kembali saja dulu ke kelas." Hanya itu responnya.

Saat keluar dari ruang guru, aku mengikuti yang lain kembali ke kelas. Namun Yohan yang berjalan di belakangku tiba-tiba menarik lengan bajuku.

 Namun Yohan yang berjalan di belakangku tiba-tiba menarik lengan bajuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?" Ujarku bingung.

"Semalam apa yang kau lakukan?"

"Maksudmu?"

"Kau tidak ada di kelas. L juga tidak ada."

Aku mulai kesal dengan sifat Yohan yang selalu curiga berlebihan dan menyudutkan semua orang. "Kau pikir hal ini ada hubungannya denganku? Kau pikir aku menghilang untuk memasukkan sesuatu ke dalam makanan kalian?"

"Bisa jadi."

"Gila. Bukankah kau sendiri yang bilang ingin memercayaiku?"

"..."

"Kemarin malam aku tidak bisa tidur, aku tidur di UKS. L juga sama." Lalu aku berjalan meninggalkan Yohan.

"Tunggu!" Yohan berlari-lari kecil mengejarku. "Maaf.. aku hanya.."

"Aku tahu." Potongku. "Kau merasa bingung dan tidak bisa percaya semua orang, itu wajar."

Yohan mengacak-acak rambutku sambil tersenyum kecil. "Maaf."

Kami lalu berjalan melewati ruang multimedia dan mendengar suara TV menyala. Kami berhenti untuk mengintip ke dalam, tapi tidak ada orang. Aku membuka pintu ruang multimedia karena penasaran dan melihat sekeliling. Apa pak Hendra baru saja dari sini?

"Kak Yohan,"

"Ssstt." Ujarnya. Dia sedang melihat berita di TV. Dikatakan peristiwa ini terjadi tidak hanya di kota kami saja, namun juga mulai terjadi di kota-kota lain. Dokter dan para ilmuwan masih berusaha mencari tahu penyebab virus ini dengan melakukan otopsi ke beberapa korban yang meninggal. Saat ini kota kami diisolasi total, tidak ada yang boleh keluar dari rumah. Jika ketahuan, akan ditangkap. Sedang dilakukan penetralan virus di kota dengan menyemprotkan disinfektan di jalan-jalan. Diperkirakan tiga hari ke depan kami baru boleh keluar.

"Payah, mereka tidak tahu apa penyebabnya dan asal mengambil tindakan." Yohan mematikan TV. "Tidak boleh keluar rumah sama sekali sama saja dengan membunuh kita pelan-pelan."

Aku diam saja.

"Ayo, kembali ke kelas." Ajaknya.

Sesampainya di kelas, July mengajakku bicara di saat yang lain sedang sibuk masing-masing.

"Jadi menurut L, orang yang makan di kantin akan batuk-batuk dan meninggal kan? Dan kita semua tidak makan di kantin dari kemarin lusa."

Aku mengangguk-angguk. "Lalu?"

Suspicious NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang