11. Kerusuhan (3)

47 2 0
                                    

Sebelum lanjut baca chapter ini check chapter baru sebelum prolog untuk lihat "casts" cerita ini ya :)

***

Sejak Theia dinyatakan hilang, kami yang tersisa di sekolah ini mulai merasa tidak tenang. Meskipun pak Hendra berkata kemungkinan Theia kabur, tapi beberapa dari kami meragukan itu. Kami juga tidak bisa melakukan apa-apa karena nyatanya Theia tidak berhasil ditemukan di manapun. Hilangnya Theia seakan menjadi misteri baru yang tidak terpecahkan.

Orang yang merasa paling terpukul oleh kejadian ini adalah Yohan. Dia lebih banyak diam dan menyendiri di rooftop daripada berkumpul bersama yang lain. Wajar saja, pacarnya "kabur" tanpa memberitahu apa-apa padanya. Kalau aku jadi Yohan, aku juga pasti merasa sedih.

Aku menghampiri Yohan di rooftop untuk memeriksa keadaannya. Saat aku datang dia hanya terduduk di lantai sambil melihat pemandangan kota. Haruskah aku mengajaknya bicara? Atau sebaiknya kubiarkan saja?

"Aku tahu kau sedang melihatku." Yohan tiba-tiba berkata begitu, lalu menoleh ke arahku. Mau tidak mau aku mendekat ke arahnya.

"Kau sudah baikan?" Tanyaku sambil lalu duduk di sebelahnya.

Yohan menggeleng. "Aku masih merasa kacau."

"..."

"Aku tahu Theia tidak mungkin kabur, aku mengenalnya dengan sangat baik. Aku terus berpikir dimana celahnya, apa yang kulewatkan. Kepalaku sudah mau meledak."

"Tapi kita sudah mencari kemana-mana, dan tidak ada."

"Pasti ada yang kita lewatkan. Biarkan aku berpikir."

Apa maksud perkataannya barusan? Dia mau aku tidak mengganggunya? Mau aku berhenti bicara? Aku selalu tidak bisa menafsirkan maksud perkataannya, jadi aku diam saja sambil masih duduk di sebelahnya dan larut dalam pikiranku sendiri.

"Kak Yohan, Arya!" July tiba-tiba muncul dengan panik di rooftop.

"Ada apa?" Tanya Yohan.

"W-Winsen.. Winsen meninggal."

Sial.

Saat kami turun ke bawah, Winsen sudah tergeletak berlumuran darah. Aku tidak berani melihatnya jadi aku memeluk Elsa yang juga tampak ketakutan. Pak Hendra lalu mengangkut tubuh Winsen yang sudah tidak bernyawa ke lab kimia, sedangkan pak Eric dan bu Lintang membersihkan darah yang berceceran.

"Kita kehilangan satu orang lagi." Ujar Ms. Wahyu dengan sedih.

Sudah lama sejak ada yang meninggal karena virus ini, kukira kejadian ini tidak akan terulang karena kami sudah berhati-hati dengan makanan. Jadi ada apa ini sebenarnya?

"Kenapa?" Tanyaku saat kami sudah kembali ke kelas. "Apa yang dia makan?"

"Kemarin malam aku melihatnya makan snack yang kalian beli.." Elsa menjawab dengan takut-takut.

Mendengar itu Yohan segera membongkar tempat sampah untuk mencari bungkus snack. "Yang ini?"

Elsa mengangguk.

"Yang ini tanggal kadaluarsanya masih lama. Aku sudah memeriksa semua tanggal kadaluarsa makanan sebelum kuambil."

"Aku juga memastikan hanya mengambil stok makanan lama." Ujarku. Aku benar-benar sudah memeriksanya dengan teliti.

"Pak Hendra? Apa dia salah ambil?" Ujar July.

Aku dan Yohan hanya saling lihat. Bisa jadi pak Hendra yang salah ambil. Apapun itu, karena sebuah kesalahan kecil, Winsen meninggal. Kami kehilangan teman kami lagi, dan jumlah kami sekarang hanya tersisa lima orang minus para guru. Apa semakin hari jumlah kami akan terus berkurang? Apa lagi yang akan terjadi besok? Aku sudah tidak tahan lagi.

Suspicious NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang