part 11

296 25 6
                                        

Aisyah memandang tajam ke depan. Jam menunjukan tengah malam. Pria di hadapannya seolah tersenyum ramah. Aisyah selalu berzikir dalam hatinya. Melingkari diri dari godaan yang berkeliling dalam hatinya.

"Kau sungguh keras kepala. Jangan merasa bangga dengan kau berada di hatinya. Aku tidak bisa mengambilnya jika tekadnya begitu kuat pada mu. Bagaimana menurut mu jika kau mati? Apakah tekad pria itu masih akan ada? Dengan keputus asaan aku akan dengan mudah memilikinya" jelas william duduk di atas meja rias. Cermin yang berbayang di sana buram.
"Walaupun aku tiada ,hatinya tetap akan bertekad. Allah bersama orang yang percaya pada Nya!" Aisyah berkata tegas.

William memandang penuh kebencian. Wanita ini sungguh kuat. Dia bisa saja dengan mudah membunuhnya tetapi perlindungannya dan hati nya sangat kuat. Dia bahkan mencoba beberapa kali untuk menghempaskannya. Dan hanya menjadi hembusan angin. Dia tidak tahan.

"AKU ADALAH IBLIS! BAGAIMANA BISA MANUSIA LEMAH SEPERTI MU TAK MAMPU AKU BUNUH!"

Teriakan william dengan suara berat bercampur menggema dalam ruangan. Tubuhnya menerjang tubuh aisyah. Aisyah yang sempat menghindar masih kalah cepat. Tubuh nya terlempar ke dinding. Bibirnya terus menerus melafalkan kan ayat kursi.

"AKU AKAN MEMOTONG KEPALA MU"

William kembali menerjang tajam menuju aisyah. Aisyah terus melafalkan ayat suci dengan penuh semangat. Rasa perih dengan aliran darah di sana tak di rasakannya. William yang mulai goyah harus cepat menyelesaikan urusannya dengan wanita sialan itu. Dia menangkap tubuh aisyah.

BRAK!!

Ayah ibnu berlari menuju kedalam melihat william menguasai tubuh putrinya. Dia melafazkan ayat ayat suci al-qur'an tanpa henti dengan tubuh yang terus mengejar kedua insan yang selalu terlihat jauh itu. Yang lain mencoba juga di hempasan tak berdaya oleh william.

BRUK!!

Robin, daniel, jack,jones, pria pria lainnya terkapar tak berdaya. Robin masih mencoba bangkit. Tetapi perkataan william membuatnya menatap penuh kebencian pada sosok yang hilang.

"Kematiannya akan membawamu pada ku!"

---

Perawat dan dokter sibuk mengurusi pasien pasien pribadi di masion walter. Para wanita menatap khawatir. Patah tulang, koma, luka dalam yang berat menjadi laporan pada ayah ibnu yang masih berdiri tegak menghadap mereka yang terluka.

Bunda citra menangis di pelukan ayah ibnu. Berzikir beberapa kali dan berdo'a semoga segalanya kembali normal. Ayah ibnu menghubungi beberapa orang melaporkan hal hal yang terjadi. Menjadi kesepakatan untuk bertemu di aula masion.

"Ini harus segera di selesaikan"

---

"Iblis?" Ismail yang baru tiba kemarin harus segera membantu ayah nya untuk mencari adik bungsunya itu.
"Ya. Sangat kuat. Aku dan aisyah tidak mampu melawannya" ayah ibnu memandang tujuh pria lainnya.

Para pria ruqiah ternama di seluruh dunia. Dia menjelaskan yang terjadi dan pria bernama william itu. Semuanya. Pria yang harusnya mati itu menjadi sarang iblis dalam tubuhnya.

"Siapkan air zamzam, minyak zaitun, bidara, madu, kayu siwak dan juga batu jumrah untuk mengusir nya. Hanya kita harus melacaknya di mana dia berada. Tempat tertinggal yang tak pernah di huni dengan kematian terbanyak adalah tempat yang di sukainya. Jangan biarkan robin mengalami keputus asaan. Rasa hilangnya kehidupan dan keyakinan akan membuatnya semakin kuat dan robin akan di ambil nya. Insyaallah aisyah akan baik saja. Dengan keyakinan kuatnya. Allah bersama orang yang percaya pada Nya" guru besar imam dari mekah itu memberi rincian yang harus di lakukan. Semua orang menganggukan kepala setuju.

---

Dua bulan telah berlangsung. Kehilangan aisyah mulai memasuki di lema. Wajah lelah dan beberapa hilang keyakinan. Robin masih tersenyum. Dengan guru guru besar islam di sekitarnya semakin membuat nya mendalami islam. Ayah ibnu dan ismail merasa bangga jika calon suami aisyah mencintai islam diatas dasar hatinya bukan karena aisyah. Terbukti dengan kehilangan aisyah tak merubah keyakinan nya untuk mendalami islam. Dia tetap bersemangat tidak ada tanda keputus asaan. Walaupun wajah kekhawatiran terkadang hadir dalam pencarian.

"Gue kira loe lagi mode pencarian. Malah ngumpet di sini" sindiran dengan bahasa gaul itu sudah sangat di kenal robin.

Mempelajari bahasa indonesia di tambah dengan bergaul bersama ismail, calon kakak iparnya itu. Dia terbiasa untuk bahasa itu. Terkadang jones juga menemani dalam pembicaraan.

"Gue lagi menghafal beberapa hal bang. Gue harus kuat. Gue percaya Allah bakal menjaga aisyah di sana. Gue yakin itu" tegas robin menepuk pelan dada kirinya.
"Ya. Gue tau. Apa lagi secara loe baik ae tuh. Jadi gue yakin" ismail menepuk bahu robin.

Angin balkon kamar itu berhembus pelan suasana matahari naik masih cukup sejuk di sana.

"Menurut loe di mana aisyah?" Ismail menerawang langit cerah.
"tempat william dulu. Tetapi kita udah cek. Masih nihil kan" robin menghembus nafas lelah.
"Insting loe kurang dekat kali sama sasa. Salah mulu!" Sindir jones yang tiba tiba berdiri di hadapan mereka.

Robin menyandarkan tubuh nya di kursi. Menatap kedua abang ipar nya yang terlalu jail itu. Dia memang merasa dekat jika di sana. Tetapi mereka telah mengecek setiap jengkal inchi apartemen. Kosong. Hanya ada beberapa bau tak sedap di sana.

"Ada dinding dalam dinding. Jangan percaya mata. Tapi lihat lah hati" ismail berkata serius.

Robin menganggukan kepala. Dia bangkit membawa tubuhnya pergi. Dua pria dewasa yang tertinggal hanya kehilangan senyuman. Ismail menundukkan kepala. Air mata itu. Hanya dirinya yang tau. Begitu juga jones. Dia adalah yang tertua dia antara walter. Dia sangat sedih untuk adik nya.

---

TIT.CLEK.

Robin bersama tiga saudaranya memasuki pintu neraka mereka kembali. Tempat di mana semua berawal. Ingatan yang kejam itu hanya masa lalu.

Hanya masa lalu!

Mereka berdiri di sana. Di dalam kamar. Tommy yang berjongkok diam di sana. Memandang benci di hadapannya. Robin mengelus pelan kepala nya.

"Apa yang kita lakukan di sini?" Jack mengambil sebatang rokok dalam saku celananya.
"Mereka mencari tetapi nihil. Petunjuk apapun kosong di seluruh lokasi. Di rumah utama juga kosong. Menurut mu di mana lagi!" Daniel menghela nafas.

"Ada dinding dalam dinding" robin bergumam. Sebelum dia langsung berlari keluar.

Robin menuju dapur mencari segala benda pipih besi. Dia mengambil sendok besar, pisau dan sebagainya. Dia melempar di lantai setelah tiba di tengah ruangan kamar.

"Kikis dinding kamar!" Robin menaiki tempat tidur dan mulai mengikis.

Saudaranya saling memandang. Bingung. Tetapi mereka tetap melakukan hal sama pada sisi yang lain. Satu harian mereka mengikis cat dinding. Ukiran demi ukiran terbentuk di sana. Setelah selesai semua kembali ke tengah memperhatikan setiap ukiran yang membingungkan. Mereka saling memandang. Hanya satu dalam pemikiran mereka.

Apakah ini ukiran aliran sesuatu?

"Ayah? Apartemen pribadi william!"

Terhubung (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang