part 15

612 32 4
                                    

Satu setengah tahun kemudian

Robin keluar dari barisan demi barisan. Baju koko hitam melekat indah di tubuhnya. Wajah yang ramah yang tersenyum tipis membuat beberapa perempuan memandangnya. Hanya membawa ransel kecil di punggungnya. Mata biru nya menyapu sekeliling yang penuh dengan mobil mobil.

"Taxi sir?" Seorang paruh baya menyapa nya.
"Bisa antarkan ke sini pak?" Robin menyambut dengan bahasa indonesia. Memperlihatkan layar hp nya.
"Ayo sir!" Supir taxi mengiringinya ke mobilnya berada.

Perjalanan yang cukup padat. Kota bandung yang di tuliskan di sana ternyata cukup jauh dari bandara internasional jakarta. Mobil berjalan seimbang. Beberapa obrolan menemani perjalanan mereka. Berhenti untuk makan, shalat dan mengisi bensin. Robin melihat layar hp nya. Ayah ibnu mengirim pesan suara yang memintanya untuk berhati hati.

"Sir. Kita sudah sampai!" Supir itu tersenyum ramah.
"Thanks sir"

Melihat rumah dua tingkat yang melebar dengan warna coklat terang. Pagar hitam sepinggang mengelilingi. Sebuah mobil berhenti di depan rumahnya sesaat dia akan menekan bell.

"Robin!" Suara lembut yang sangat di kenalnya itu tidak mengganggu pandangan robin. Dia menyapu kembali ketika melihat seorang pria lainnya  keluar.

"Kapan datang?" Aisyah tersenyum lembut. Tetapi robin tidak membalas, matanya terfokus pada pria di belakangnya yang tersenyum ramah menganggukan kepalanya.
"Oh. Ini mas jaka. Dia supir aisyah" robin menganggukan kepala.
"Masuk!" Titah robin membuat aisyah menatapnya kesal.

---

Mobil sport mendarat damai di depan sebuah perusahaan kecil. Tiga ruko tiga tingkat berwarna biru putih menjadi hiasan di sana. Jam lima sore. Matahari akan terbenam di sana. Pemandangan ini menarik beberapa perhatian. Aisyah yang melihat kerumunan sangat mengerti apa yang terjadi untuknya dia juga mengesankan agar tunangannya itu tidak keluar. Tetapi dunia tidak seindah itu.

"Syah? Kamu ada waktu gak? makan malam bareng aku yuk? Nanti aku antar pulang?" Pria matang ini adalah salah satu senior dengan pangkat atasan di tempat aisyah bekerja.

Aisyah memandang lelah. Pria ini sungguh tak mengerti. Dia telah mengatakan bahwa dia telah bertunangan. Tetapi di tidak percaya karena tidak pernah melihat tunangan aisyah itu. Cincin pun tidak melingkar di jarinya semakin membuatnya gencar mengejar aisyah.

"Tadi aku tidak melihat mobil_"

"WAAH!! Ganteng banget!!"
"Bule cuy!"
"Jodoh gue datang!"

Beginilah nasib indonesia yang kekurangan pria tampan di tambah lagi bule. Tetapi aisyah menggeram kesal. Ini akan merepotkan.

"Aisyah. Sayang kita pulang!" Wajah yang tersenyum ramah itu bersamaan dengan tangan robin yang memeluk pinggang nya. Aisyah menepuk pelan tangannya.
"Sorry sir. Istri saya harus mengurus anak anak di rumah" robin langsung menarik tubuh aisyah tanpa peduli dengan wajah wajah terkejut di sana.

Setelah memasuki mobil nya. Senyum robin menghilang. Aisyah menghela nafas. Kecemburuan robin sama dengan ayah nya pada bundanya. Sungguh mengesalkan.

"Dia sering mendekati mu?" Suara serak tajam itu sungguh menakutkan sekarang.
"Ya"
"Dia mengganggu mu?"
"Dia hanya mencoba mendekati ku" robin menganggukan kepala.
"Kau tidak akan menghancurkannya bukan?" Aisyah menatap ngeri pria yang menyetir santai itu.
"Aku terlalu baik"

Semuanya kacau!

---

Robin dan aisyah menikmati makanan di restoran. Menenangkan hati sebelum pulang mungkin menjadi alasan. Mengambil tempat di sudut kaca dengan pemandangan jalanan yang ramai. Kota bandung lebih renggang di banding dengan jakarta.

"Kau pernah mencari tau hubungan dengan keadaan kita?" Aisyah menikmati minuman hangatnya.
"Aku telah bertanya pada guru besar. Dia meminta ku ruqiyah. Ku rasa ayah ada memberitahu mu. Saat aku di ruqiyah,tidak terjadi apapun pada ku. Aku hanya bisa bilang itu kuasa Allah" robin tersenyum lembut.
"Hm. Kuasa Allah"

Tidak ada yang bisa mengetahui segala nya kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.

Terhubung (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang