part 9

301 25 6
                                    

Setelah jam siang. William kembali dengan senyum merekah. Dia mencium sekilas pipi robin. Berjalan ke nakas meminum obat. Entah obat apa. Tetapi melihat dari bawah tubuh nya robin mengira itu pasti obat kuat!

Pria muda dengan gairah besar menarik daniel. Air mata daniel membuat william kesal. Walaupun tanpa suara isakannya mengganggu seperti tommy.

PLAK.

"Berhenti lah menangis sialan!" Geraman william membuat daniel menahan air matanya.

Kembali melakukan di hadapan nya robin semakin penuh amarah. Nama nya memenuhi ruangan. Desahan desahan menjijikan itu membuatnya mual. Tetapi dia harus bermain. Melihat william menyelesaikan permainannya. Daniel masih cukup sadar di sana hanya tubuhnya terlihat sangat lelah. Robin tersenyum manis.

"Bang? Aku telah banyak belajar dari mu. Kau tidak ingin bermain dengan ku? Kau tau. Aku sangat tidak TAHAN!" Rayu robin.

William tersenyum penuh hasrat. Dia menendang tubuh telanjang daniel. Membuang sprai penuh aroma menjijikan itu. Dia pergi ke kamar mandi. Daniel mencoba bangun mencari kunci. Setiap william bermain dia melepaskan rantai. Tetapi tenaga iblis itu sangat besar untuk ketiga pria remaja ini.

Dia mengambil dari nakas dan berjalan sempoyongan menuju robin. Robin menggelengkan kepalanya. Melarang daniel berjalan menuju nya.

"Pergi bawa jack. Kemudian sadarkan dia. Bawa tommy dengan kalian bagaimana pun caranya. Aku akan membalas iblis itu untuk kalian. Pergi jauh! Tinggalkan kota kalau perlu negara!" Titah robin bagai petir untuk daniel.

Dia menganggukan kepala lalu meletakan kunci di tangan robin dan membawa jack yang mulai melenguh menyadarkan dirinya.

"Ayo!" William berjalan menuju robin tanpa peduli sekitar bahwa para korbannya menghilang.

Dia melepaskan rantai robin. Robin hanya tersenyum. William mencium nya. Menyeret robin. Menikmati hampir seluruh tubuh pria itu. Melihat musuh mulai melupakan dirinya. Robin menikamkan kunci di leher william. William mulai sadar dan meraung marah.

"APA YANG KAU LAKUKAN!"

Robin tidak peduli dengan tendangan william. Dia bangun dan menghajar tubuh kekar. Mematahkan kaki tangan pria itu yang sempat melawan. Tetapi amarah yang di pendam robin memberikannya tenaga. Mengingat semua perbuatan william pada saudaranya. Dia menghancurkan setiap tulang di tubuh william.

BRUK.BUK.BUK.

"SIALAN!BAJINGAN!MATI KAU!"

Robin belum puas dia mencari hal yang bisa membunuh william lebih lagi. Dia pergi ke dapur menggapai pisau. Dia kembali dan menikam setiap tubuh william. Bahkan menikam di jantung dan leher william. Mereka berdua bermandi kan darah dengan tubuh telanjang.

Terengah, robin terduduk diam memandang mayat di hadapannya. Tanpa peduli. Robin mengambil baju william dan pergi. Dia kembali ke rumah mewah yang penuh kebahagiaan yang telah lenyap itu.

Tubuh penuh dengan bau darah. Wajah yang dingin tanpa senyum. Tak seorang pun yang berani mendekat. Robin memasuki ruangan utama. Di sana duduk pria tua yang telah mengadopsi nya yang terlihat khawatir. Saudara saudaranya yang telah di perintahkan untuk pergi pun ada di tengah ruangan. Tommy yang telah sadar pun di baringan di tempat duduk.

Mereka menatap robin dengan wajah ngeri dan terkejut. Robin seakan tak peduli.

"Tuan! Aku membunuh cucu mu!tetapi aku tak akan menyerah begitu saja bahkan jika kau adalah dermawan kami. Dan seharusnya kau tau apa yang dilakukan cucu mu pada kami. Kami harus pergi!" Robin memandang saudaranya yang terlihat pedih.
"Huh! Maafkan aku? Tapi kalian tidak bisa pergi begitu saja. Kalian adalah cucu ku. Kematian nya. Biarkan saja! Aku akan meminta anak buah ku mengurusinya. Maafkan aku atas kelalaian ku?" Air mata dari pria tua dan isak tangisnya mengisi ruangan. Dia tidak mungkin membiarkan cucu nya pergi.

---

Tommy terbaring di tempat tidur di kamarnya. Dua pria lainnya memeluk robin dengan erat seolah mencari kekuatan. Robin memandang kosong kedepan. Dia berubah. Tidak ada senyum. Tidak ada keramahan. Hanya kosong dan pahit. Tangannya bahkan telah menumpahkan darah untuk pertama kali.

TOK.TOK.TOK.

"Masuk!"

Seorang pria dengan jas pelayan rapi berjalan menuju robin dan menundukkan kepala.

"Semua telah di urus. Segalanya aman. Hanya saja kami tidak dapat menemukan tubuh tuan william"

Tubuh keempat pria itu tegang. Saudara yang lainnya memandang robin. Robin pun mengerutkan dahinya. Dia yakin. Sangat yakin. Pria itu telah mati.

"Selidiki!" Robin menepuk pelan kepala saudaranya.
"Iya. Tuan besar juga telah menjalankannya"

---

Sekarang

Tommy terbaring di tempat tidur di jet pribadi. Robin memandang awan awan melayang dengan tatapan tak peduli. Jack beberapa kali menghembuskan nafas lelah. Daniel pun diam. Menatap layar hp nya.

"Orang mati yang hilang hidup kembali"

Pernyataan daniel membuat jack menatap robin bimbang. Apa yang harus mereka lakukan?. Trauma mereka memang telah di pupus dengan pengobatan tetapi tetap ada rasa takut di sana. Robin hanya diam. Walaupun tangannya mengepal erat penuh dendam.

---

Ayah ibnu duduk diam menunggu calon menantunya tiba. Seharian ini bocah itu tidak mengabari siapapun. Pria paruh baya itu tersenyum lembut mengingat percintaan anak perempuan nya. Terkadang keadaan karma berulang itu terjadi. Padahal putra pertamanya menjalani kehidupan normal.

Ayah ibnu berdiri melihat ke empat pria tampan itu. Dia menghela nafas kasar. Mereka terlihat buruk. Terutama pria di samping robin. Yang di kenalnya dengan tommy. Dia terlihat sangat pucat.

"Ayo ke rumah!"

---

Robin masih diam dengan penjelasan daniel yang menceritakan setiap perjalanan mereka. Begitu juga dengan balasan ayah ibnu tetang gangguan aisyah. Robin hanya memandang gadis yang terlihat berbicara pelan itu. Dia tau setiap hal pasti ada baik buruk. Dan hal baik itu pasti perlu perjuangan extra. Tetapi bayaran itu terlalu besar.

"Robin!" Ayah ibnu memanggil pelan.

Robin memandang dan menghela nafas pelan. Dia tau satu satu nya yang harus mereka lakukan adalah menghancurkan jalan, membunuh penghalang. Hanya semua itu terhadang dalam pandangan.

Kekejaman kehidupan!

Robin dengan tenang memandang setiap orang. PERCUMA! Itu adalah pemikirannya dalam segala perlindungan yang akan mereka lakukan. SALAH BESAR! Jika harus menunggu ikan memakan umpan.

"Jones! Jack! Cari tau di mana lokasi iblis itu!"

Suara tenang robin membuat semua orang menghela nafas. Daniel dan jack mengalihkan pandangan.

"Satukan semua orang yang kalian lindungi dalan satu rumah. Itu akan meringankan resiko. Jangan pernah sendirian. Selalu bersama. Itu lebih penting dari pada di kawal. Dan jangan keluar sampai selesai. Iblis itu selayaknya virus! Jangan meremehkan nya!"

---

Aisyah menyajikan kopi untuk tunangannya yang sedang membaca. Buku yang penuh dengan keagamaan itu membuat aisyah yakin. Robin selalu melakukan yang terbaik.

"Bagaimana rupa nya?" Suara serak tajam itu menyadarkan aisyah.
"Masih sama seperti yang terakhir. Hanya pandangannya berlainan. Dia seperti _ " aisyah menundukkan kepalanya.

Dia mengingat kembali pertemuan itu. Wajah dan mata itu menyiratkan bahwa mereka hanya hamba budak nya.

"Dia bukan dia. Aku bahkan penuh keyakinan. Kalau itu dia. Dia pasti bukan manusia. Kalau pun bukan dia. Aku juga ingin tau siapa dia" robin memandang langit sore yang indah. Beberapa burung terbang melewati langit.
"Kenapa begitu?" Aisyah memandang bingung.
"Karena aku membunuhnya dengan tangan ku sendiri. Dia adalah orang pertama yang ku bunuh. Dia mati di depan mata ku. Tetapi mayatnya tak pernah kami temukan. Siapa dan apa tak ada satu pun yang tau" robin tersenyum lembut pada aisyah.

Aisyah terkejut mendengar itu. Sepertinya tidak ada yang tau fakta terdalam keluarga stuart. Keterangan yang di bawa oleh tommy pun hanya william stuart menghilang. Kisah terdalamnya siapa yang tau.

Bagaimana orang mati masih hidup?

Terhubung (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang