DUAPULUHDUA

76 8 2
                                    

"No,lo yang jemput Pelangi?"tanya gue sambil memakai helm fulface gue. Sekarang kita bertiga,gue,Dino,dan Pelangi rencana mau kasih bukti surat ini ke kantor polisi.

Belum ada jawaban dari Dino. Dino malah sibuk sama handphonennya.

"Woy No!"Panggil gue keras.

"Hah? Iya apa?"tanya Dino kaget.

Rasa ingin memukul sahabat sendiri,gak deh bohong.
"Ye,lo mah,siapa yang mau jemput Pelangi?"tanya gue.

"Lo aja deh,"ucap Dino sambil menyimpan handphonenya ke saku celana abu-abunya.

"Lo aja ah,"tolak gue,sebenernya pengen sih,cuman gue males jadi sorotan di sekolahnya Pelangi.

"Lo aja,"dingin Dino,gue menarik nafas dan mengembus kasar. "Fine,gue yang jemput,kita makan dulu tapi,di Cafe biasa." ucap Dino sambil menyalakan mesin motor.

"Iya,gue langsung ke Cafe."jawab Dino,gue mengangguk,dan langsung menancapkan pedal gas.

Gue mengendarai motor dengan kecepatan sedang,
tinggal satu belokan lagi terus lurus gue sampai disekolahnya Pelangi. Ketika gue belok,tiba-tiba ada motor yang sengaja melawan arah,sehingga gue yang kaget dan jadi oleng ini langsung menubruk trotoar.

*brakk

Gue terapar di aspal,kaki kiri gue tertindih motor."Argghhh,"teriak gue menahan rasa sakit.

Semua orang heboh dan langsung membantu mengangkat motor gue yang super berat.

Gue yang udah gak kuat,tiba-tiba gue langsung pingsan dan gak inget apapun lagi.

                              ***

Gue membuka mata,kepala gue masih pusing. "Elang,Elang lo udah sadar?"tiba-tiba gue denger suara yang gak asing lagi.

"Elang?"gue melirik pelan.

"Pelangi,Dino?"ucap gue pelan.

"Lo napa bisa gini Lang?"Pelangi nangis sambil genggam tangan gue. "Maafin gue Lang,"tiba-tiba Dino berucap juga sambil mengangkat kaca matanya dan menghapus air matanya. Dalam hati gue? Kalian kenapa sih.

"Elang maafin gue juga,"ucap Pelangi sambil mengusap kepala gue,gue menatap Pelangi,"harusnya lo gak usah jemput gue aja,"ucap Pelangi menangis sesenggukan,satu bulir air matanya tiba-tiba jatuh dipipi gue,gue melepas genggaman Pelangi,dan pelan-pelan gue menghapus air matanya.

"Lo makin jelek kalau nangis,udah gak usah nangis gitu,gue gak suka liatnya."

"Lo juga No,ngapain lo nangis?"ejek gue.

"Ya gue merasa bersalah,"ucap Dino lirih.

"Udah stop,ini bukan salah kalian,mending ambilin gue minum dong,serak gue."ucap gue.

"Nih minum,lo duduk dulu dikit,"ketika gue berusaha buat duduk,gak sengaja gue merasa ngilu dikaki gue.

"Awh, kaki gue kenapa?,"tanya gue. Dan langsung meraih gelas itu dan meneguknya.

"Em anu,"Pelangi tiba-tiba nyenggol Dino sambil memberi kode-kode yang gue gak faham.

"Anu apaan?"tanya gue heran.

"Lo jawab No,gue takut Elang gak terima."Bisik Pelangi.

"Apaan sih woy!"

"Em Lang,kaki kiri lo,em patah,"ucap Dino Pelan. Gue menatap mereka berdua,mereka berdua masih sibuk senggol-senggolan.

"huh,Kan udah pasti patah lagi,"keluh gue sambil menyimpan gelas itu di nakas.

"Lah emang lo pernah patah kaki sebelumnya?"tanya Pelangi kaget.

Gue menangguk,"ya pernah waktu naik motor juga,pas gue bandel-bandelnya keluyuran terus,"kata gue sambil nyengir. Mereka berdua memutar bola mata malas,"hahahaha,udah gak papa,udah biasa kok,lagian ini aneh,tiba-tiba waktu gue diperbelokan itu,ada motor yang lawan arus,otomatis gue kaget dong,bisa-bisa kita tubrukan,jadi akhirnya gue yang tubrukin motor sendiri,"cerita gue,Pelangi dan Dino mengangguk mantap.

"Udah lo sekarang istirahat dulu aja,entar Mamah lo kesini,"ucap Pelangi,sambil membantu gue berbaring lagi.

"Eh tapi surat itu gimana,lo berdua aja yang kasih gimana?,"tawar gue. Mereka saling menatap dan langsung mengangguk.

"Suratnya dimana?"tanya Dino. Gue berpikir sejenak,dimana ya?.

"Oh didalem tas gue No,eh tas gue dimana?"kaget gue,bahaya kalau tas gue hilang.

Dino berjalan ke arah sofa,pas gue ikutu arah Dino kemana. Ternyata tas gue di sofa.

"Gue ijin buka tas lo."

"Iye iye santai aja,"Mereka berdua sibuk obrak-abrik tas gue.

"Nah ini ketemu nih suratnya,"heboh Pelangi. "Gue yang simpen ya,"lanjutnya. Gue hanya mengangguk pelan.

"Mau di kasih kapan?"tanya gue. "Menurut lo enaknya kapan?" si Dino tai,malah nanya balik.

"Sekarang jam berapa dah?"mereka melirik jam tangannya bareng,dih.

"Jam 7 malem,"Ucap mereka bareng lagi. Gue liat mereka kaget,mereka saling tatap. Woi maksud kalian apa?.

"Ehem,"gue berdehem keras,emang dari sononya ya suara gue makin keras,karena puber juga hahaha.

Gue yang baru sadar bahwa sekarang udah malam jadi ikutan kaget.
"Ha? Udah malem? Yaudah besok aja dah,kalian sekarang istirahat dulu,"Saran gue.

"Iya juga sih,yaudah kita pulang dulu ya,nanti Orang tua lo kesini kok,"Ucap pelangi sambil benerin selimut gue. Istri idaman aku nih hahahha.

"Ya hati-hati,"mereka mengangguk. "Pelangi lo yang anterin kan No?"Tanya gue. "Iya gak usah khawatir,"Tenang Dino. Mereka berjalan menuju pintu.

"Eh?,"panggil gue lagi,mereka berhenti dan nengok"Napa lang?"tanya Pelangi.

"Makasih lo berdua udah mau temenin gue,"Pelangi tersenyum,manis woy. "Iya santai aja Lang,"jawab Pelangi.

"Udah kewajiban kita sebagai sahabat lo,berusaha selalu ada disaat lo susah."gue yang mendengar itu rasanya ingin memukul,lagian bijak banget dah Dino, hahahaha.

#maaf gaje,maaf kalau kalian kurang nyaman sama tulisannya. Saling menghargai aja ya,kalau gak suka langsung skip cerita ini. Vote ya,jangan lupa komen.


kisah ELANG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang