وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenang dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
(QS. Ar-Rum: 21)⭐🌟⭐
"Umi, Safa bantuin ya?" Tawar seorang gadis dengan wajah sumringahnya. Setelah merapihkan kamarnya yang nanti akan di hias menjadi kamar pengantin, Safa memutuskan ke lantai bawah untuk membantu orang-orang tengah menyiapkan acara khatam Qur'an yang memang akan di gelar malam ini sebelum esoknya Safa resmi menjadi seorang istri.
"Ndak usah, Sayang. Kamu duduk saja ya, sebentar lagi acaranya mulai loh." Maryam malah menuntun Safa untuk duduk di sofa ruang tamu.
Safa tidak bisa membantah. Gadis itu menyenderkan tubuhnya, seraya melihat para santriwati dan saudaranya yang berlalu lalang menyiapkan acara sekarang maupun esok hari.
Hal yang tak pernah terpikir oleh Safa sebelumnya, bahwa ia akan segera menjadi istri seorang Gus yang tidak terjamaah namanya oleh pendengaran Safa. Memang benar, kalau pada dasarnya maut, rezeki, jodoh sepenuhnya di tangan Allah dan kita hanya perlu berdoa yang terbaik seraya berusaha. Kita tidak bisa menyangkal jika sang pemilik hati berkehendak.
Setelah melakukan perkenalan sesaat bersama Ibram. Pada akhirnya Safa menyatakan bahwa dirinya siap dan ridho di persunting pria tersebut. Lamaran resmi pun di gelar dengan secara kekeluargaan dan penuh khidmat. Akan tetapi kadatangan keluarga Ibram yang tak lain adalah kiyai mansyur--pemilik pondok pesantren di salah satu daerah Solo--mampu menarik perhatian para santri yang tidak tahu menahu. Mereka berlomba-lomba mencari tahu informasi yang fakta.
Hingga pada akhirnya kabar lamaran itu terkuak, para santri maupun abdi ndalem di pesantren turut menyambut dengan senang. Dari hasil lamaran itu, tersepakatilah bahwa acara akad akan di lakukan lebih cepat. Dalam waktu satu minggu, keduanya mampu menyelesaikan daftar-daftar untuk acara besar itu. Mungkin tanpa bantuan bibi Ibram yang kebetulan mempunyai WO, persiapan akan lebih lama. Allah selalu memberi jalan untuk niat yang baik.
Safa memejamkan matanya sekejap, desiran-desiran kecil amat terasa ketika mengingat esok ia akan menyambut uluran tangan lain dengan harap hal itu membawanya pada surga-Nya.
"Mbak pikir kamu akan berjodoh dengan Ardy, Dek."
Ucapan seorang bumil di sampingnya membuat Safa menoleh dengan sempontan. Lalu tersenyum kecil, "jodoh tidak ada yang tahu, Mbak. Safa hanya bisa menerima dan menjalankan sebaik mungkin."
Kamilia--istri dari kakak pertama Abinya itu mengangguk kecil, "kamu mencintai calonmu itu?" Tanyanya.
Gadis itu terdiam, lalu berdeham. "Ada waktunya untuk cinta itu tumbuh, Mbak," jawab Safa dengan bijaksana.
"Baiklah, Mbak. Safa mau mengambil air wudhu dulu, sebentar lagi acara akan di mulai." Pamit Safa seraya bangkit dari sana. Jika terus berada di dekat Kamilia pastilah Safa kan di cecar banyak pertanyaan, dan itulah sifat mbaknya ini selalu ingin mengungkap sesuatu hal sehingga menciptakan kebimbangan sendiri untuk Safa nantinya.
⭐🌟⭐
Alunan musik islami hadroh memecah lamunan Safa, bersamaan dengan degup jantungnya yang kian berdebar tak stabil. Seulam senyuman pun terukir di bibirnya yang telah terlukis warna merah, dan pipinya yang semakin bersemu merah.
Pantulan cermin besar kali ini memperlihatkan sosok bidadari surga yang terlahir di dunia. Dialah Safa, dengan balutan gaun syar'i putih dan kerudung menutupi dada, gadis itu tampak percaya diri untuk nantinya menyambut sang suami ketika ijab qabul telah terucap.
Yang ia lihat kini bukanlah sosok Safa kecil lagi, bukanlah Safa yang selalu berlindung di kerudung sang umi ketika malu, akan tetapi ini lah sosok Safa yang sesungguhnya dengan sebuah peran yang baru dan tujuan yang baru.
"Safa," panggil Maryam. Bola mata Safa melihat ke arah cermin di mana Maryam tampak tersenyum namun netra matanya tampak sayu. Maryam semakin mendekat ke arahnya, menghapus setiap jarak. "Calon suamimu sudah datang. Ayo, kita ke ruangan khusus."
Safa meraih tangan Maryam lalu mencium dengan takzim, "terima kasih, Umi." Dan menatap wanita yang melahirkannya tanpa balas. Apa yang di ucapkan Safa semata-mata sebagai tanda banyaknya kebahagian yang telah Maryam beri selama ini dan tidak bisa di ukur dengan apapun.
Maryam berkaca-kaca, kemudian memeluk putri sulungnya itu. "Kamu akan tetap menjadi putri Abi dan Umi," bisiknya.
Gadis itu semakin memeluk erat, tak akan ada tangisan untuk hari ini karena ini bukanlah perpisahan antara orang tua dan anaknya akan tetapi ini lah sebagai bukti berhasilnya orang tua dalam membesarkan anaknya.
"Sudah, cukup. Ayo kita ke ruangan." Maryam perlahan membantu Safa berdiri. Lalu mereka keluar ruangan dengan tangan yang saling mengenggam erat.
Keduanya memasuki masjid pondok tempat di gelarnya acara akad yang sakral ini. Terdapat dua ruangan yang sengata di pisahkan oleh kain sebagai pemisah antara laki-laki dan perempuan.
Sang kedua pengantin sudah duduk khidmat di tempatnya. Ibram menatap Yahya dengan lekat. Lalu tangan kedua pria itu saling berjabat.
"Ya Ibram Fatahilarahman bin Mansyur Taufiqurahman uzawwijuka 'ala ma amarallahu min imsakin bima'rufin au tasriihim bi ihsanin ya Ibram Fatahilarahman bin Mansyur Taufiqurahman?"
"Na'am," jawab Ibram, tegas.
"Ankahtuka wazawwajtuka mahtubataka Safa Alaika Munawar binti Yahya Munawar bi mahri asyarahtuun dzhaban wa miatu alfin milyun rubiyatun wa alatil ibadah, haalan!"
"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha 'ala maharil madzkur wa radithu bihi waallahu waliyyu taufiq!" Ibram berkata jelas dan tegas dalam satu tarikan nafas.
"Sah?"
"Sah!"
Degup jantung yang tak terkendali itu perlahan menyatu dengan kelegaan. Hati Safa bagai terbang ke angkasa begitu menyadari kalau dirinya telah sah sebagai seorang istri. Kebahagian senantiasa mengiasi relung jiwanya.
Safa melirik Maryam yang di sampingnya tengah menitihkan air mata, dan hal itu tak mampu membuat air mata Safa membendung. Jika ini kebahagian yang Maryam dan Yahya maksud, iya Safa percaya ini lah kebahagian yang di rasakan setiap orang tua pada pernikahan anaknya.
Selang beberapa menit setelah rangkaian doa untuk kedua pengantin terucap. Pandangan Safa tertunduk kembali ketika kain yang menjadi pembatas akan di singkap dan Ibram menjemput dengan uluran tangan.
Tirai itu pun tersingkap. Pandangan Safa yang tertunduk perlahan mendongkak, melihat sang suami halalnya. Namun, senyuman lebar Safa perlahan menipis seiring bola matanya melihat jelas raut wajah Ibram sekarang. Tak ada senyuman di sana, dan hanya ada tatapan biasa.
Gadis itu beristigfar ketika hatinya mulai berburuk sangka. Ia tak ingin kebahagian ini akan luntur hanya karena hal sepele. Safa segera menunduk kembali di saat Ibram mulai berjalan ke arahnya, lalu pria dengan jas putihnya mendudukan dirinya di hadapan Safa.
"Mari ikut denganku." Tutur Ibram seraya mengulurkan tangannya.
Di saat Safa menerima uluran itu, pipinya kembali bersemu merah dan degup jantungnya meronta-ronta karena sentuhan pertama ini. Terdapat pahala besar di balik genggaman tangan itu dan terdapat rancangan mimpi Safa yang akan terwujud bersama Ibram, suaminya.
⭐🌟⭐
Assalamualaikum👋
Alhamdulillah bisa kembali melanjutkan cerita ini.
Ayo tunjukan perasaan kalian di komentar, boleh ko mau kritik juga. Dan jangan lupa vote😄
Salam, Aniaputrisy|28 April 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
For My Imam
SpiritualKehidupan yang bahagia telah ia rajut sedari kecil, cinta dan kasih sayang terangkai bagai benang-benang tipis sebuah takdir. Namun, ketika kini masa semakin menuntutnya dalam menerima kenyataan yang penuh luka, benang-benang tersebut menjadi kusut...