Bertemu

2.2K 129 5
                                    

وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [Ar-Ra’d/13:25]

⭐🌟⭐

Akhir pekan bisanya di manfaatkan para santri abdi ndalem pondok Nadwatul Amanah untuk berbelanja kebutuhan pangan maupun sandang di pasar terdekat. Tentunya Safa ikut berbelanja kebutuhan bersama mereka, jika pun itu memang sedang tak ada kegiatan.

Siang harinya, Safa dan dua orang santri abdi ndalem baru saja berangkat ke pasar. Sementara yang santri abdi ndalem yang bertuga membeli kebutuhan asrama perempuan dan laki-laki sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali, karena mungkin banyak kebutuhan yang harus di beli cepat untuk di masak para santri sebagai sarapan.

Sementara Safa dan dua perempuan yang bersama nya itu, hanya akan berbelanja kebutuhan untuk di rumah ndalem saja. Oleh karena itu, sesaat menunggu angkutan umum berhenti, mereka lantas memasukinya. Transfortasi umum dapat lebih efektif untuk ke pasar, dan sudah pasti harganya murah.

Hampir setengah jam memutar pasar, akhirnya daftar belanjaan yang di butuhkan telah terpenuhi. Mereka berjalan ke luar pasar dengan tentengan tas belanja. Bersamaan dengan itu azan zuhur berkumandang di masjid terdekat.

"Sudah zuhur. Sepertinya saya akan sholat dahulu di masjid dekat sini, kalian boleh pulang duluan. Takutnya Ammi membutuhkan bahan-bahan inu segera." Tutur Safa seraya melirik jam tangannya. Ini lah kebiasan Safa sejak dulu, ia tak ingin menunda beberapa menit pun untuk sholat karena menurutnya waktu yang terbaik adalah ketika melaksanakannya setelah adzan.

"Baiklah kalau begitu, Ning. Kami pamit duluan," pamit salah satu santri. Safa menjawab dengan anggukan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kedua santri itu pun pergi, lantas Safa melangkah segera ke masjid dekat pasar. Hijab syar'i nya mengalun dengan indah bersama terpaan angin, pandangannya terkadang menunduk ketika melewati para lelaki yang tentu bukan mahramnya.

Sampai di sana, Safa membuka sandalnya lalu menuju tempat wudhu untuk mensucikan diri di hadapan Allah nanti. Bagi Safa sendiri sholat bukan hanya sebagai kewajiban tetapi sudah menjadi kesadaran dirinya atas kebaikan sang pencipta untuk dirinya di dunia, maka selain rasa syukur, sholat pun bisa menjadi ungkapan terima kasih pada Allah. Sang maha arsy, tak lah mengharap balas lebih pada setiap hambanya, yang di inginkan Allah hanyalah hambanya mengikuti apa yang ia anjurkan dan menjauhi larangan-Nya. Kadamg terlihat gampang, tetapi sulit di laksanakan.

Di dalam sujud Safa mampu mengingat segala kebahagian dan kenestapaan yang terjadi maupun yang sudah terjadi. Semua ia adukan pada yang terpercaya dan mampu memberikannya jalan menuju kebaikan. Buktinya, setelah kejadian yang tidak Safa harapkan waktu di Bandung, kini ia dapat menerimanya dan mencoba merancang kembali proses itu. Akan ada hikmah pada setiap kelukaan, akan ada bahagia setelah sedih.

Safa mengusap pipinya ketika sebuah air mata terjun begitu saja, di saat ia sudah menyelesaikan sholatnya dan bermunajab pada rabb-Nya. Gadis itu kemudian merapihkan kembali mungkena dan menyimpan pada tempatnya. Lalu ia melangkah keluar masjid.

For My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang