Rahasia Ibram

2.5K 129 6
                                    

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap manusia banyak berbuat salah (dosa). Dan sebaik-baik dari orang-orang banyak berbuat salah (dosa) adalah orang-orang yang banyak bertaubat”
[HR Tirmidzi, no. 2499; Ibnu Majah, Ahmad, Darimi; dari sahabat Anas bin Malik].

⭐🌟⭐

Pancaran keindahan karya Tuhan ini membius bola mata hitam Safa yang baru terbuka dari jelajah mimpinya. Di bawah cahaya kecil lampu kamar dan cahaya rembulan dari jendela yang perlahan redup, netra Safa menatap puas makhluk Tuhan yang masih berdengkur halus ini.

Ibram tampak mempesona bila di lihat lebih dekat. Wajahnya ketika tidur membuat Safa yang melihatnya seperti candu tersendiri. Jemari lentik nya kemudian meraba rahang tegas Ibram dengan pelan, Safa takut Ibram terbangun dan terlebih ia tak pernah sedekat ini dengan suaminya itu.

Entah ada pikiran gila dari mana, tanpa sadar Safa mengecup pipi Ibram sekilas dengan nafas yang ia tahan. Kemudian setelah itu pipinya pun bersemu merah, karena itulah sentuhan terjauh yang pernah keduanya lakukan dan Safa lah yang memulainya tanpa Ibram ketahui.

Sesudah menatapi keindahan wajah sang suami yang rupawan, tatapan Safa terlaih pada jam dinding yang menunjukan sebentar lagi waktu subuh datang. Gadis itu pun lantas beranjang dari ranjang untuk menyiapkan pakaian yang akan di pakai Ibram untuk sholat. Lalu ia mendekati pria yang tengah tertidur itu kembali untuk membangunkan.

"Mas Ibram, bangun Mas. Sudah mau subuh." tuturnya dengan lembut seraya menggoyang-goyangkan lengan kekar itu.

Tak perlu usaha lebih untuk membuatnya bangun. Safa tahu setiap ia berucap subuh, Ibram terbangun dengan cepat. Seperti halnya kini, kelopak mata itu terbuka. Ibram melengguh kecil, lalu berlalu ke kamar mandi seraya meraih baju yang telah Safa siapkan tadi.

Selagi menunggu Ibram bersiap, Safa menghampiri meja rias lalu merapihkan rambut panjangnya yang berantakan karena tidur. Selang beberapa menit kemudian, suaminya itu keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang segar.

"Kamu hari ini ada jadwal tausiyah, Mas?" Tanya Safa seraya bangkit dari bangku meja rias.

"Enggak ada," jawab Ibram singkat. Kemudian lelaki itu menanggalkan handuk di tempatnya lalu berlalu keluar kamar begitu saja tanpa meninggalkan ucapan pamit untuk Safa.

Safa menatap kepergian suaminya itu dengan raut wajah berpikir. Waktu kosong Ibram kali ini harus ia manfaatkan. Entah dengan cara apapun Safa akan berusaha membuat sikap dingin Ibram mencair oleh dirinya.

Usai sholat subuh di laksanakan secara berjama'ah di rumah bersama ammi, keduanya lantas kembali berkutat di dapur bersama para santri yang bertugas memantau di rumah ndalem.

Sarapan kali ini tak banyak di buat karena biasanya di hari minggu para santri di perbolehkan ke luar pondok untuk membeli keperluan ataupun membeli makanan. Tentu semua itu tetap berada di bawah pantauan abdi ndalem yang bertugas pada kemamanan.

Deritan pintu ruang utama yang terbuka membuat Safa yang baru usai meracik bumbu, sedikit menoleh. Gadis itu tersenyum mendapati Ibram telah kembali dari masjid. Seperti biasa, Safa akan membawakan teh hangat untuk Ibram, ia tak kan melupakan kebiasaan barunya itu.

"Ammi, Safa mau berikan teh hangat ini dulu ke Mas Ibram ya?" Pamit Safa pada Bilqis. Wanita paruh baya itu pun mengangguk sebagai jawaban.

Safa pun melenggang ke arah kamar dengan tangan memegang segelas teh hangat racikannya. Dibukanya pintu kamar itu dan lantas menampilkan sosok Ibram yang sudah rapih menggunakan celana trening serta kaos lengan pendek polos.

For My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang