7•Sebangku.

156 67 30
                                    

Sejauh apapun aku melangkah, jika memang aku sudah ditakdirkan untuk bersamamu, aku bisa apa?
🦋🌖

Tidak seperti biasanya, lia sudah siap bahkan sebelum alarm nya berbunyi dan sebelum mama nya mengeluarkan toa nya. Dia merapikan rambutnya sembari membaca bukunya.

"Hufft hari pertama ujian tengah semester. Ayo semangat!"

Lia bergegas keluar kamar dan berpamitan pada mamanya. Lalu dia berjalan ke sekolah sambil mengingat-ngingat materi yang sudah dipelajari.

🦋🌖

Sampai di sekolah..
Lia sibuk mencari kelas ujian nya. Saat menemukan ruang I, Zahra dan rara yang melihat lia, segera menyeret lia masuk.
Lia melihat name tag nya di salah satu meja. Dia melihat siapa teman bangku nya.

Revandra Cahya? Siapa dia? Angkatan berapa dia? , lia bergumam sendiri.

Dia melirik sekilas, rara dan zahra asik menyibukkan diri dengan membaca novel. Lia memilih belajar di tempatnya.

Saat lia ingin membuka buku, firasat lia seperti ada yang tidak beres.

Lia melihat daun pintu yang terbuka.

Dan... yap, ada seorang laki-laki yang sangat dibenci lia.

Jangan bilang dia di ruang ini. Ga sudi gue, lia mengumpati kakak kelas nya itu di dalam hati.

Tiba-tiba, kakel itu datang menuju ke arahnya. Lia hanya menatapnya kesal, sedangkan kakel nya itu tersenyum sinis kepada lia.

Sebuah tas mendarat di meja lia. Lia tersentak kaget karena ulah kakel nya itu.

Dia refleks berdiri, dan sekarang mereka sudah berhadap-hadapan. Seluruh mata yang dikelas sedang melihat keduanya, tak terkecuali zahra dan rara.

"Minggir lo, gausa ngotorin meja gue deh!"

Kakak kelas itu mengusir lia lalu membuang muka.

"Maaf ya, mas-mas yang sok senior. Gue duduk disini. Bisa baca kan lo ini nama gue?"

Lia menunjuk name tag nya dimeja, lalu tersenyum sinis. Kakel itu hanya melirik lalu kembali tersenyum sinis bahkan sangatt sinis. Lia menatap orang itu kebingungan.

"Lo kali yang ga bisa baca! Baca tu. Oh perlu gue bacain kayaknya. REVANDRA CAHYA. Itu nama gue. Dan gue duduk disini. Bisa lo pergi dari meja gue?"

Lia melirik sekeliling ada meja kosong di pojok ruangan. Dia menarik tas nya lalu memilih duduk disana.

🦋🌖

Kriiiing kriiiiing...

Bel ujian berbunyi. Seluruh siswa menyiapkan pensil dan penghapus yang akan dipakai.

Pengawas ujian pun masuk kelas. Dan sekarang jatah pengawas ruangan I adalah Pak Wahid dan Bu siti. Semua tampak hening. Kecuali orang itu, andra.
Dia sibuk melempari kertas pada temannya.

"ANDRA! BISA TENANG TIDAK? UJIAN AKAN DIMULAI. KALAU TIDAK BISA DIAM, KELUAR SAJA!"

Pak wahid mulai angkat bicara. Andra hanya meliriknya. Lalu kembali diam dan melihat kedepan.

🦋🌖

"Eh? Samping nya andra tidak masuk? Kenapa?"

Bu siti sekarang gantian bertanya. Lalu berjalan ke meja andra.

"TALIA RAHMA? apa tidak masuk?"

Merasa namanya dipanggil, lia mengacungkan tangannya. Bu siti dan pak wahid menatap lia bingung.

"Saya Talia Rahma, bu"

Lia memperkenalkan diri. Bu siti dan pak wahid nampak bingung. Bu siti menyuruh lia kembali ke tempatnya.

Saat duduk di meja itu, andra menatap lia dengan sinis. Lia pun membalasnya tak kalah sinis.

🦋🌖

Ujian berlangsung...

Selama ujian, andra asyik tanya jawab menggunakan isyarat pada temannya. Lia merasa risih. Tapi dia berusaha cuek.

Ada saja ulah yang dibuat andra hingga membuat kepala lia ikut pusing.

🦋🌖









LiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang