23•Keterlaluan.

88 40 22
                                    

Zahra, Rara, dan Lia memilih untuk menghabiskan waktu istirahat dengan berkeliling sekolah.

Saat melewati lapangan basket, Lia melihat Andra sedang bermain basket. Lia cukup dibuat kagum oleh Andra saat ini.

Bagaimana tidak? Andra mengenakan kaus hitam, celana training sekolah, serta parasnya yang bisa dibilang tampan.

Seketika Lia tampak melamun ditengah jalan. Namun, dia menyadari sudah ditinggal oleh kedua temannya itu. Lia segera berlari menyusul Rara dan zahra.

🦋🌖

Bukk!!

Lia tersungkur ke lantai. Dia meringis kesakitan karena salah satu lututnya berdarah akibat bergesekan dengan lantai.

Lia berusaha menoleh ke belakang. Lia merasa dirinya jatuh bukan karena tersandung. Melainkan seperti di dorong oleh seseorang.

Dibelakang, Nashwa dan teman-temannya sedang menertawai Lia. Lia hanya bisa mengumpati kelakuan Kakak kelasnya dalam hati.

"Eh jatuh ya? Aduh, lantai rata begini bisa jatuh, ga liat-liat sih,"

"Gimana mau liat? Mata aja buat liat cowo milik orang lain haha."

"Baru jadi adkel sok ya lo!"

"Beuh suka sama andra tapi ga dianggep! Bahaha. Kasian."

Lia hanya bisa menunduk mendengar caci makian kakak kelasnya itu. Banyak yang berkerumun melihat keadaan Lia.

Lia berusaha berdiri dari tempatnya. Dia sedang bertatap-tatapan dengan Nashwa.

"Kenapa lo liat-liat gue?"

Lia hanya diam tak bersuara. Dia tidak ingin meladenin kakak kelas nya itu.

🦋🌖

Lia ingin sekali kembali ke kelas. Saat dia berbalik, badannya sudah ditarik oleh teman-teman nashwa.

"Bisa bicara ga si lo? Lo Bisu?"

Lia masih terus menunduk. Yang terpenting saat ini adalah lututnya. Darah segarnya mulai mengalir.

Tangan Nashwa baru saja ingin menunjuk wajah Lia. Namun, tangannya dicekal oleh seorang laki-laki. Andra.

"Andra? Kok kamu disini?"

"Lo tau? Lutut dia berdarah, dia pasti kesakitan!"

Nashwa menatap andra tidak percaya.

"Kamu belain dia?"

"Kalo iya, kenapa?"

"Kok, ga belain aku?"

Andra tersenyum sinis kepada nashwa.

"Lo siapa gue?"

"A.. ak.. aku.."

Andra menggandeng tangan Lia. Dia ingin membawa Lia ke UKS.

"Lo masi bisa jalan?"

Lia hanya mengangguk. Belum, Andra membawa Lia pergi. Nashwa bersuara lagi.

"Kalian lihat kan? Gak minta maaf gak bilang apa-apa asal bawa barang milik orang lain?"

"Lo mending diem deh. Dan lo ga perlu kelewatan! Oh iya, perlu gue kasi tau? Gue bukan barang!"

"Ta.. tapi kan kamu..."

"Apa? Gue? Punya lo? Sorry, mimpi."

Andra menggandeng tangan Lia lalu mengajaknya keluar dari kerumunan.

🦋🌖

"Duduk."

Andra menyuruh Lia duduk di kursi UKS. Biasanya, ada petugas UKS. Namun, entah kenapa tidak ada seseorang pun di dalam UKS.

Andra mencari obat merah dan kain perban untuk mengobati luka Lia.

Andra segera duduk di lantai. Dia mengoleskan obat merah pada luka di lutut Lia. Lia meremas ujung rok nya untuk menahan kesakitan.

"Sakit?"

Lia menggeleng singkat. Andra segera menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa Andra sadari, pipi lia sedang memanas akibat malu.

🦋🌖

Lutut Lia sudah dibalut dengan kain perban. Andra mengembalikan obat merah dan kain perban di tempat sebelumnya.

Andra hendak berjalan keluar meninggalkan UKS.

"Mas, makasih,"

Andra menoleh kepada Lia.

"Buat?"

"Tadi.."

"Hm."

Andra meninggalkan Lia di dalam UKS sendirian. Lia masih duduk di tempatnya.

Ntah kenapa kedua sudut bibirnya terangkat mengingat kejadian barusan. Lia lalu menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Gak enggak, sadar lia sadar!! Gue ga baper kok kaga,"

Lia lalu hanya menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Btw, ko dia dingin banget ya? Ish Tau ah,"

Lia segera beranjak dan berjalan pelan-pelan menuju kelas nya.

🦋🌖

Oh iya, kalo ada typo dari beberapa part. Segera kasi tau ya!! Biar aku perbaikin..

Makasiii All!!🙌💗

LiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang