36•Papa.

67 11 19
                                    

Andra masuk rumahnya dengan hati yang gembira. Hari ini rasanya sangat menyenangkan menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu.

Andra menyalakkan lampu ruang tamu. Gara-Papa nya duduk di sofa sambil menatap Andra.

"Loh papa belum tidur?"

Papanya tidak berniat untuk menjawab pertanyaan putranya itu.

"Habis darimana kamu?"

"Tadi habis jalan-jalan, pa."

"Pasti sama adek kelas mu itu kan?"

Andra dapat memahami nada tidak suka dari papanya itu.

"Dia pacar Andra, pa."

"Saya gak suka sama dia."

Andra terkejut mendengar pernyataan papanya.

"Kok papa bilang gitu? Dia anak baik-baik kok, pa."

"Semenjak kamu pacaran sama dia, nilai kamu jadi turun! Saya gak suka kamu pacaran sama dia! Saya gak mau menanggung malu memiliki putra yang bodoh!"

"I-itu Andra kurang belajar, pa. Bukan karena Andra pacaran sama Lia."

"Saya gak mau tau, Sebelum kamu ujian kelulusan, kamu harus mutusin dia!"

Jantung Andra seakan-akan berhenti berdetak.

"Andra gak mau, pa. Andra suka sama dia."

Andra berjalan melewati papanya itu.

"Kalo kamu gak mau putusin dia, biar saya yang turun tangan!"

"Jangan sentuh dia."

Nada tegas Andra membuat Gara tersenyum sinis.

"Makanya turutin kemauan saya."

Terdengar penuh penekanan di ucapan papanya itu. Andra segera masuk kedalam kamarnya.

Andra tau betul, papa nya tidak main-main dengan ucapannya. Mengingat ibundanya meninggal dunia karena papa nya tidak mau membiayai pengobatan dan tidak berada di samping mama nya saat nafas terakhir membuat air mata Andra turun di pipi Andra.

🦋🌖

Uhuk uhuk!

"Mama sakit?"

Tia-Mama Andra hanya menggeleng pelan lalu tersenyum kepada putranya itu.

"Mama kok batuk-batuk sih? Mau aku telfonin papa?"

"Nggak usah, sayang. Papa kamu lagi kerja. Kamu sekolah aja ya."

Andra mengangguk, dia diantar oleh supir ke sekolahnya.

🦋🌖

Saat Andra sampai dirumah dia terkejut melihat mama dan papanya bertengkar.

"Bagaimana bisa kamu tidak mau membayar uang sekolah anakmu, hah?!"

"Dia itu bukan anakku!"

Plak!

Tia yang sudah tersulut emosi menampar pipi Gara.

"Beraninya kamu!"

Gara ingin membalas perlakuan Tia. Tapi, segera dicegah oleh Andra.

"Berhenti, pa!"

Andra menggenggam tangan kanan Tia. Tiba-tiba Tia batuk dan mengeluarkan darah. Tia terduduk lemas.

"Pa, Mama sakit, tolong bawa kerumah sakit, pa."

"Hah, rasakan saja! siapa suruh melawan saya! Saya tidak akan membawa nya berobat. Jika dia mati, ya sudah!"

LiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang