Lia, rara dan zahra berlari menuju kelas.
"Pasti udah ditutup tu pintu kelas,"
Rara menebak-nebak. Anehnya, saat sampai di depan kelas, pintunya masih terbuka lebar.
Lia memberanikan masuk ke dalam terlebih dahulu. Lalu diikuti zahra dan rara.
"Permisi bu,"
Lia masuk sambil mengetuk daun pintu. Bu dewi tersenyum ramah.
"Silahkan masuk, hari ini kita kedatangan murid baru,"
Lia, rara dan zahra sempat bingung, namun mereka juga segera duduk.
🦋🌖
Benar yang dikatakan bu dewi. Tiga murid laki-laki memasuki ruang kelas.
"Nah ini dia anak-anak, teman baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kalian,"
Laki-laki sebelah kanan memulai perkenalan.
"Halo, semua! Kenalin nama gue Dion Mahesa. Panggil aja gue dion. Salam kenal semoga kita bisa jadi teman kelas yang baik,"
Anak yang bernama dion tadi tersenyum ramah. Dan, sekarang giliran anak yang ditengah. Yang dari tadi memandang lia terus.
"Halo. Nama gue Abyan Rafa Gustin. Panggilan nama gue rafa. Ok makasih,"
Rafa juga tersenyum. Tapi, dia tersenyum bukan memandang ke anak-anak kelas melainkan kepada lia. Lia hanya menunduk karena merasa aneh ditatap seperti itu.
"Hai. Nama gue Pradhita Arsenio. Panggil aja gue arsen. Salam kenal,"
Mereka semua sudah memperkenalkan diri masing-masing. Banyak murid perempuan yang sedang membicarakan mereka. Ya jika lia dan rara tidak salah mendengar, mereka bilang bahwa ketiga anak laki-laki ini cukup tampan.
🦋🌖
"Oke terimakasih. Saya Bu Dewi. Guru fisika selaku wali kelas kalian. Silahkan cari tempat duduk yang kosong."
Disebelah kiri meja rara dan zahra ada 1 meja kosong. Dan disebelah kanannya ada 1 meja yang sudah ditempati oleh teman kelas nya, garlan. Arsen memilih duduk di samping garlan yang juga tidak salah bersebelahan dengan kursi rara.
Sedangkan, dion dan rafa duduk di meja sebelah kiri lia. Ya, rafa duduk bersebelahan meja dengan lia.
Tiba-tiba, ada tangan terulur. Dan itu tangan rafa. Lia menoleh ke arah sampingnya.
"Halo, nama gue rafa. Nama lo?"
Lia enggan berjabat tangan. Tapi bagaimanapun juga dia teman kelas nya. Lia hanya membalas dengan tersenyum tipis kepada rafa.
"Hai juga, panggil aja gue lia."
Rafa juga hanya tersenyum tipis. Pelajaran pun dimulai.
🦋🌖
Bel istirahat berbunyi.
Rasanya lia tidak ingin pergi ke kantin sekarang. Dia tidak ingin ketemu kakak kelasnya itu. Rara dan zahra meninggalkan lia dikelas sendirian.
"Ngantuk banget sih gue. Tidur dulu lah,"
Lia meletakkan kepala nya di atas meja. Baru saja dia ingin ke alam mimpi. Tiba-tiba ada orang yang nggebrak pintu kelas.
Lia tersentak kaget. Lalu melihat siapa itu. Ternyata rafa. Murid baru kelas nya.
Lia acuh dan kembali meletakkan kepala nya diatas meja. Rafa yang tidak disadari sudah duduk semeja dengan lia.
"Lo? Ngapain disini? Ini bukan meja lo, meja lo disitu,"
Lia menoleh sebentar lalu menelungkupkan kepala nya.
"Iya, gue tau ini bukan meja gue, tapi ga salah kan duduk disini?"
"Hmm,"
Rafa terkekeh pelan. Lia segera menatap nya. Apa ada gangguan kejiwaan yang dimiliki oleh rafa? Kenapa dia tertawa sendiri?
Lia menaikan salah satu alisnya kepada rafa. Dia kebingungan kenapa rafa tertawa sendiri.
Rafa hanya geleng-geleng lalu tersenyum manis kepada lia. Lia memeriksa sekeliling. Tidak ada siapa-siapa. Hanya mereka berdua.
Tak disangka, tangan rafa mencubit pipi lia. Lia kaget dibuatnya.
"Lo itu kenapa nggemesin sih?"
🦋🌖
Haloow, lama ya uda ga ketemu?? Hehe maaf yaa🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Liandra
Teen FictionMana mungkin gue bisa jatuh cinta sama kakak kelas yang dari awal bertemu sudah bikin orang kesal? Tidak tidak, itu akan jadi mimpi buruk saja bagi lia. Namun siapa sangka jika mereka berdua akan melewati masalah dengan bersama-sama? Atau bahkan mer...