Sambil menunggu Derrick dioperasi, Emilie memeriksakan kandungannya. Untunglah semuanya baik baik saja. Emilie hanya mengalami tekanan darah rendah. Sehingga ia sering pusing dan pingsan. Emilie tidak boleh stress dan kelelahan. Dokter menanyakan suami Emilie, dan berpesan selanjutnya Emilie tidak boleh pergi sendirian. Karena akan berbahaya jika ia tiba tiba pingsan. Emilie kembali kedepan ruang tunggu operasi, Derrick masih didalam.
Emilie melamun, membayangkan bagaimana jika Derrick tidak selamat, tadi dia kehilangan cukup banyak darah. Apakah ia bisa menjalani kehamilan tanpa Derrick disisinya? Apakah ia sanggup tanpa Derrick? Emilie sadar hidupnya 5 tahun belakangan ini hampir selalu bersama Derrick, apalagi di 3 tahun terakhir tiap hari mereka selalu bersama selama jam kerja, hampir setiap hari mereka selalu makan siang dan makan malam bersama entah sama klien atau memang sengaja berdua. Keduanya sangat hafal menu favorit masing masing ditiap restoran.
Emilie ingat, meski Derrick sangat tegas tapi dia selalu bertanggung jawab mengantarkan nya pulang.
Emilie menghela nafas, sudah 2 jam Derrick didalam ruang operasi, rasanya terlalu lama. Emilie berfikir, jika ia mau pergi meninggalkan Derrick inilah saatnya, Wisnu dan Leon saat ini ditahan polisi. Kakeknya Dwayne juga tidak mungkin menyakitinya, jika Dwayne menginginkan hartanya ia pasti akan memberikannya. Emilie merasa selama ini dia baik baik saja tanpa harta, tanpa tau siapa keluarganya.
Emilie melihat ke pintu ruang operasi yang masih tertutup.
Emilie menghela nafas tidak mungkin rasanya ia meninggalkan Derrick yang telah menyelamatkannya. Emilie memandang cincin yang diberikan Derrick, selama ini dia tidak sempat mengamatinya, cincin yang sangat indah dengan batu berwarna biru tosca. Derrick sangat tahu warna favoritnya. Emilie tersenyum membayangkan saat Derrick melamarnya. Tiba tiba pintu ruangan operasi terbuka.
"Keluarga bapak Derrick Mc Gregor?" Suster memanggil
"Saya suster.."
"Anda istrinya..?"
Emilie menganguk.
"Silahkan ikut saya."
Emilie mengikuti suster menemui dokter yang mengoperasi Derrick.
"Ibu istrinya pasien?"
"Iya Dokter... Bagaimana Derrick?"
"Saat ini belum sadarkan diri, kami sudah berhasil mengeluarkan peluru, maaf operasi agak berjalan lama. Karena pasien banyak kehilangan darah tadi, sebentar lagi dia akan sadar. Sebaiknya anda temani untuk melewati masa kritisnya."
Emilie hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Kini ia melihat Derrick terbaring tak sadarkan diri. Luka luka diwajahnya sudah dibersihkan. Lengannya di balut. Seperti mimpi Emilie melihat Derrick yang tadi begitu perkasa bertarung, sekarang hanya terbaring tak berdaya.
Emilie duduk disamping ranjang Derrick, lengannya mengelus wajah dan lengan Derrick, hatinya bergetar, apa yang harus dia lakukan, bayi dalam kandungannya butuh seorang ayah dan dia butuh seseseorang untuk mendampingi dia. Sementara Derrick saat ini pasti butuh seseorang untuk mendampingi. Mereka saling membutuhkan. Namun apakah Derrick tulus padanya? Apakah ia mulai mencintai Derrick?
Emilie meremas tangan Derrick dan mengelus kepalanya perlahan, tidak mungkin jika Derrick tidak mencintainya dia akan berjuang untuknya.
Emilie tertidur disamping Derrick sambil menggenggam tangannya.Derrick tersadar, dia melihat Emilie tertidur di sisi ranjangnya, tangannya mengelus rambut Emilie.
Emilie pasti sangat lelah pikir Derrick, meski haus ia tak tega membangunkan Emilie. Ia bangun perlahan dan meraih gelas disamping ranjangnya. Ia tidak mau memanggil suster karena takut malah membangunkan Emilie. Derrick bersyukur bisa selamat, waktu itu dia sedang bingung mencari Emilie saat dia mengecek handphonenya dia menemukan telepon dari Wisnu, padahal dia sama sekali tidak merasa menerima telepon Wisnu siang itu. Disitulah Derrick sadar pasti Wisnu biang keladi hilangnya Emilie. Tapi rupa nya Wisnu begitu licin. Tidak ada jejak Emilie di rumah Wisnu. Saat
Derrick benar benar panik, Asni mengingatkan ada beberapa email penting yang harus dibaca. Derrick membuka email dan saat itu dia kaget mendapat email dari Emilie, sudah hampit lewat 2 jam sejak email dikirim. Dilihat dari isi dan foto yang Emilie kirim, ia yakin itu betul dari Emilie. Untuk berjaga jaga ia meminta polisi untuk segera menyusul. Derrick langsung melarikan mobil kearah lokasi. Untunglah ia dugaannya benar, ia merasa lega Emilie selamat. Bagaimana jadinya jika Emilie digilir oleh para preman anak buah Leon. Tentu Emilie akan trauma dan bisa saja dia keguguran.
Derrick tersentak teringat bayi dalam kandungan Emilie apakah baik baik saja?
Emilie terbangun karena cengkraman lengan Derrick.
"Derrick... Sayang kau sudah sadar... Aku panggil dokter ya?" Emilie langsung bangun dan berdiri hendak memanggil dokter.
"Sst... Tenang sayang aku baik baik saja, bagaimana kabarnya bayi kita?"
Derrick mengelus lembut perut Emilie.
"Dia baik baik saja..untunglah tadi sambil menunggu kau dioperasi aku ke klinik kandungan dan memeriksanya." jawab Emilie .
"Kau bagaimana, bukankah kau pusing dan pingsan?" Ucap Derrick lembut.
"Iya aku cuma lelah dan tekanan darah rendah saja, aku panggil dokter sekarang ya."
Derrick menganguk, dia senang tadi Emilie memangil sayang padanya. Hatinya begitu berbahagia. Segera ia harus bercerita tentang perkawinannya dahulu pada Emilie, supaya Emilie tidak salah paham padanya.
Dokter memeriksa Derrick dan mengatakan masa kritisnya sudah lewat. Wajah dan beberapa bagian tubuh Derrick masih memar dan luka.
"Masih sakit..?"Emilie mengelus pelan lengan Derrick.
"Kalau kau disini dan baik baik saja, aku akan baik baik saja sayang." Derrick tersenyum dan mengengam tangan Emilie."Em... Ada yang ingin aku ceritakan..tentang aku dan Valeria."
"Kau bisa menceritakan nanti setelah kau sehat." Balas Emilie.
"Tidak.. kau harus tau sekarang. Aku berpacaran dengan Valerie sejak kita SMA, namun kita sempat putus waktu kuliah. Karena aku kuliah di Amerika, sedangkan Valeria memilih sekolah model di Paris. Kami bertemu sekali sekali. Tapi karena Valerie begitu sibuk dengan dunia modelling kami pun putus. Aku pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliah ku dengan cepat dan mulai merintis usaha baru, papa membantu untuk meminjamkan modal awal. Sehingga akhirnya aku bisa membangun usahaku sendiri dalam 2 tahun. Valeria kembali ke Indonesia dan kami kembali menjalin hubungan. Meski berpacaran tapi aku sering merasa jauh, karena Valeria sibuk dengan karir. Namun waktu itu Valeria digosipkan dengan seorang pejabat, dia mati matian menyangkal dihadapan ku. Kemudian dia meminta untuk menikah. Aku setuju, karena dihidupku tidak pernah ada wanita lain selain dia. Hari pernikahan tiba, selesai pemberkatan kami kembali ke hotel. Sebelum sore hari kami akan mengadakan resepsi.
Valeria minta ijin untuk tidur di kamar lain. Katanya lelah butuh istirahat cukup. Sore acara resepsi berjalan lancar. Namun Valeria menolak berhubungan di malam pertama, dengan alasan lelah." Derrick menghela nafas.
Emilie mengelus lengan Derrick dan berujar,"Sudah kau lanjut besok ceritanya.. kau masih belum fit."
"Aku masih sanggup... " Derrick berusaha menggapai gelasnya. Dengan sigap Emilie mengambilkan dan membantu Derrick minum.
"Terimakasih sayang, perhatianmu selalu menghangatkan hatiku, biar kulanjutkan.. kau belum bosan kan Em?" Tanya Derrick
Emilie menggeleng,"Baik aku akan mendengarkan.."
"Dihari pertama menikah, Valeria minta ijin pergi bersama temannya, sampai malam aku menunggu kabar dan kedatangannya. Tapi dia tak kunjung tiba. Teleponnya tidak aktif, tidak lama ada seorang polisi datang dan mengabarkan kecelakaannya, dan Valeria tewas ditempat"
Emilie terkaget,"Maaf.. aku tidak tahu dan tidak bermaksud mengorek lukamu."
Derrick menggeleng,"Berminggu-minggu aku berduka kehilangan Valeria, sampai suatu hari ketika aku memeriksa barang barang Emilie yang tertinggal di mobil, aku membuka handphonenya. Ternyata hapenya masih full baterenya ketika kunyalakan, ternyata Emilie sengaja mematikan handphonenya waktu itu, terdorong rasa penasaran, aku buka handphone nya dan membaca pesan2 serta membuka galeria fotonya. Disitu aku sadar, ternyata skandal Valeria dan pejabat itu nyata, bahkan dihari pernikahan kita, Valeria janjian dikamar lain dengan pejabat itu. Hatiku bagai di remas, ternyata Valeria ingin menikah denganku hanya untuk menutupi skandalnya. Apalagi di galeri fotonya banyak sekali foto2 berdua dengan si pejabat sialan. Maaf aku tidak bercerita padamu, karena bagiku Valeria adalah trauma terbesarku." Cerita Derrick.
"Aku mengerti, maafkan aku yang gegabah dan langsung percaya pada Wisnu."jawab Emilie murung.
"Jika ini harus kulalui untuk mendapatkan cintamu.. aku tidak keberatan.. Em. Maafkan aku "
"Sudah.. aku yang bersalah.. sekarang kau tidur dulu ya . .. " Emilie mengelus pipi Derrick perlahan.
"Kau sendiri mau tidur dimana..? Pulanglah..kasihan bayi dalam kandunganmu." Balas Derick
"Aku bisa tidur di sofa, cukup nyaman koq, tadi aku sudah suruh pak Beno membawakan bantal dan selimut."
"Bagaimana kalau kita berbagi ranjang .. "
Wajah Emilie memerah,"Nanti malah tambah tidak bisa tidur.."
Derrick tersenyum,"Kau rindu padaku ya... Tunggu aku sehat ya.. aku akan memuaskanmu." Derrick menarik lengan Emilie, merengkuhnya dan mengecup bibirnya perlahan.
"Keparat si Leon... Seharusnya malam ini aku melamarmu dan kita segera menikah, hmm sudahlah kita tidur ya, goodnight honey."Emilie duduk di sofa, memandang Derrick yang sudah pulas, mungkin pengaruh obatnya, Emilie menghela nafas. Kenapa selalu ada perasaan mengganjal, ada dua hal lain yang belum ia temukan soal Derrick. Sayang sekali handphone nya dia tinggalkan di hotel, sekarang dia tidak bisa menghubungi Dwayne.
Emilie mencari cari berita di internet tentang Derrick dan Valeria, juga skandal Valeria lewat tabletnya, dan akhirnya setelah beberapa berita dia temukan berita kecelakan Valeria, ada yang berita yang menjelaskan ternyata kecelakaan Valeria itu adalah disengaja, dan dikaitkan dengan berita Derrick sebagai penerima polis asuransi dari Valeria.Emilie terhenyak sesaat, apakah Derrick yang menyebabkan Valeria kecelakaan dan menginginkan polis asuransinya. Bagaimana dengan dirinya? Apakah Derrick menginginkan hal yang sama, tapi Emilie merasa perhatian Derrick bukan palsu.
Tiba tiba Emilie dikejutkan oleh bunyi getar handphone Derrick, Emilie mencari cari ternyata ada di dalam tas baju Derrick. Mungkin suster yang meletakkannya disitu.
Emilie berniat mengangkat teleponnya, tetapi sering telepon keburu padam, dan tak lama masuk chat dari seorang wanita.
Amanda... Emilie membukanya.Tbc
Thank you so much for those who vote my story'. 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudden Love (End)
RomanceKisah cinta seorang boss yang kaku dan posesif kepada asistennya. Untuk memiliki sang asisten, sang boss akan melakukan segala cara. Akankah cinta sang boss terbalas? Padahal Emilie sang asisten akan bertunangan?