16. Sudden Love (end)

21.2K 724 20
                                    

Seharian Emilie disibukan dengan begitu banyak pekerjaan. Sehingga dia hampir lupa menghubungi Derrick. Hampir malam ketika ia bergegas menuju rumah sakit.
Emilie tiba saat Derrick sedang menelepon seseorang.
"Ya.. tolong persiapkan semuanya, aku tidak mau ada lagi halangan."
.....
"Aku tak perduli apapun, berikan saja dia uang dan jangan sampai dia menemui Emilie atau keluarganya.. "
.....
"Ok.. aku tidak akan menerima kegagalan ya. Persiapkan dan bereskan semuanya untukku."

Emilie melihat Derrick menutup teleponnya. Kelihatan wajah datar nya berubah tidak tenang. Kali ini Emilie akan memilih mencari jawaban dari mulut Derrick dan tidak akan gegabah.  Emilie masuk dengan senyuman di bibirnya, yang langsung disambut Derrick dengan sebuah kecupan dan lumatan dibibirnya.
"Sayang.. kau sangat sibuk ya.." Derrick merajuk.
Emilie tertawa, geli melihat wajah sangar Derrick merajuk.
"Amanda kemana?"
Derrick mendengus,"Anak itu.. mana bisa seharian hanya duduk disini menemani aku, sekarang pasti lagi shopping atau jalan2 entah kemana."
Emilie mengelus pipi Derrick perlahan,"Derrick.. sebelum kita menikah, aku tidak mau ada rahasia apapun diantara kita."
"Tentu sayang, aku akan ceritakan semuanya. Tapi kita makan dulu ya. Sehabis makan aku akan ceritakan semua tentang hidupku. Aku harap kaupun begitu." Derrick memandang Emilie serius.
"Tapi sebelum makan aku mau ini" ucap Derrick dan langsung kembali melumat bibir Emilie, sementara lengannya yang tidak terluka sibuk mengelus dan meremas bagian bagian tubuh Emilie. Hingga suara deheman suster yang mengantarkan makan malam menghentikan kegiatan mereka.

Sehabis makan bersama, Derrick mengajak Emilie duduk di sampingnya dan langsung memulai cerita tanpa basa basi.
"Sayang.... Ada yang penting harus aku ceritakan sehabis Valeria meninggal, ada beberapa wanita yang menjadi partner sex ku, aku sama sekali tidak berpacaran dengan mereka. Aku hanyai memakai tubuh mereka. Apa kau siap mendengar semua kisahnya?" Derrick berujar hati2.
Emilie menegarkan hati dan mengangguk,"Aku lebih baik mendengar semua dari mulutmu, kejujuran memang menyakitkan."

"Baiklah, aku minta maaf kalo cerita ini membuatmu tidak nyaman, sepeninggal Valeria aku sering pergi ke bar dan akhirnya bertemu seseorang wanita setengah mabuk, pulang dari bar kami bercinta, nama perempuan itu Maya, dia perempuan pertama yang jadi teman tidurku selama hampir 1.5 tahun. Maya kusewakan apartemen dekat denganku, sehingga kapanpun aku butuh sex aku tinggal panggil dia, dan menyuruhnya pulang setelah aku puas. Aku tidak menjalin hubungan apapun dengannya, hanya teman tidur. Aku memberinya uang bulanan, dengan perjanjian tidak ada lelaki lain selain diriku.
Hubungan berakhir ketika Maya bertemu kembali dengan mantan pacarnya.
Maya menawarkan temannya Esti untuk menggantikan posisinya. Aku tidak menolak karena sebagai lelaki normal aku butuh sex. Tapi baru 6 bulan ternyata Esti berkhianat.   Roger melaporkan kalo dia tidur dengan pria lain juga, aku memutuskan tidak memakai Esti lagi. Setelah Esti aku memilih tidak mencari partner sex lagi. Sampai suatu ketika tiba tiba aku bertemu dengan Marsha, seorang gadis muda yang bertemu tak sengaja di sebuah cafe kecil di Bali, Marsha tampak kebingungan, rupanya dia ditinggalkan teman temannya.  Dia tidak membawa banyak uang, sehingga ia tidak membawa ongkos pulang ke Jakarta. Biasanya aku tidak perduli kepada siapapun bahkan wanita secantik Marsha. Tapi ketika kulihat dia akan di manfaatkan orang lain secara jahat, aku kasihan dan menolongnya. Menyewakan hotel dan membelikan tiket. Tak disangka setahun kemudian kita bertemu lagi, 
Marsha menemani bossnya,  untuk meeting sebuah Project di perusahaanku,  Perusahaannya mengajukan proposal padaku.
Saat sehabis meeting Marsha dan boss nya mengajakku makan siang beberapa kali aku melihat sang boss melecehkan dia secara samar, seolah tidak disengaja saat menyenggol payudara, mengelus pahanya. Marsha cuma menunduk saja, dan sekali lagi aku tahu Marsha dalam tekanan, yang lebih gila si boss sialan itu menawarkan Marsha padaku, dia bilang Marsha masih perawan dan ia akan meminjamkan Marsha untuk kutiduri, apabila proposalnya disetujui. "

"Kau menerimanya?" Emilie menyela.
Derrick menganguk,"Bukan karena tertarik pada Marsha sebenarnya, tapi karena tawaran proposal dia mempunyai harga terbaik. Tanpa menyodorkan Marsha sudah pasti dia yang terpilih."
"Jahat banget sih boss nya, dia pikir siapa dia sampai bisa menawarkan pegawainya padamu." Emilie mendengus kesal, hatinya mulai dibakar api cemburu, karena ia tahu Derrick sepertinya ada perasaan khusus pada Marsha.
"Jahat memang, aku ingin menyelamatkan Marsha dari tangan bossnya. Aku suruh dia resign dan aku suruh dia kerja disalah satu cabangku, diluar dugaan suatu malam Marsha menyerahkan diri padaku, dia bilang sebagai ucapan terimakasih. Aku yang sudah sekian lama tidak berhubungan seks, tentu tidak menolak, dan akhirnya ia menggantikan posisi Esti. Namun selain menjadi teman tidur,  Marsha aku ajarin supaya punya kepercayaan diri dan ketegasan, sayangnya dia menjadi tergantung padaku, aku yang tidak bisa menerima mulai menjauhinya. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan wanita manapun, aku hanya butuh tubuhnya. Tak lama kau mulai berkerja sebagai pegawai magang, aku sudah memindahkan Marsha ke cabang yang diluar kota. Rupanya dia marah merasa dibuang, dia menjadi liar sampai akhirnya tindakannya merugikan perusahaan dan aku pecat. "
"Kau sudah merubahnya jadi gadis liar..? Sekarang dia ada dimana?" Tanya Emilie .
"Kudengar dia sekarang sedang di Jakarta, sepertinya  mendengar kabar pernikahan kita. Dan dia tidak sepolos itu sih Em, dia sudah tidak perawan saat kita pertama bercinta, dari caranya bermain diranjang aku tahu dia sudah berpengalaman."
"Hmm.. jadi dia lebih hebat daripadaku di ranjang?" Suara Emilie mulai meninggi.
Derrick menarik lengan Emilie dan meletakan diatas kejantanan nya.
"Em.. aku mencintaimu, baru ngobrol denganmu saja, kejantanan ku sudah tegang begini, kau tahu sejak jatuh cinta padamu, aku selalu bergairah bila didekatmu, padahal kau sama sekali tidak menggodaku, bagiku kau sangat menggairahkan, seandainya kita tidak di rumah sakit, kita sudah menikah sekarang dan pastinya  sedang saling saling memuaskan." Rayu Derrick dengan suara parau.
Emilie memalingkan wajahnya yang tersipu, dan mengalihkan pembicaraan tentang pekerjaan. Sesungguhnya
Emilie masih bingung dengan perasaannya pada Derrick akhir akhir ini.

Sudden Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang