Lavender🌼

314 13 0
                                    

Author pov

Sebelum pulang, Nathan berniat ingin memastikan dulu pengakuan dari Jessica terkait Melati, apakah Melati beneran pulang duluan karena kurang enak badan? Atau itu semua hanya akal-akalan Jessica?

Sambil membawa tas Melati, ia berkeliling sekolah, namun tak lama Jessica mencegahnya.

"Nathan sayang, buat apa sih kamu capek-capek keliling sekolah cuma nyariin si Melati yang udah di rumahnya. Kamu ngga percayaan banget sih sama aku, udah jelas-jelas bu Aliya juga bilang kan tadi di jam istirahat dia liat mukanya Melati pucat."

"Tapi, Melati ngga biasanya ninggalin tasnya, apalagi sampai ngga izin sama guru kalau mau pulang duluan."

"Yaa mungkin si Melati udah ngga tahan kepalanya sakit atau apalah, lalu dia ngga sempat buat lapor."

Bodohnya Nathan malah mempercayai semua kata-kata Jessica. Ia mengurungkan niatnya mencari Melati keliling sekolah. Ia berlalu menuju rumah Melati untuk mengantarkan tasnya dan juga menengoknya.

Namun sesampainya disana, Nathan tidak menjumpai orang satupun. Ia panggil nama Melati berkali-kali, tidak ada yang kunjung keluar.

'Barangkali Melati lagi istirahat.'

Bhatin Nathan sambil meletakkan tas Melati di kursi depan rumah Melati. Lalu ia berlalu, tidak ada niat untuk mengganggu istirahat Melati, padahal sekarang ia sangat ingin mengintrogasi gadis malang tersebut kenapa bisa pulang tanpa memberitahunya dahulu selaku teman.

Sementara itu, keadaan sekolah kini sudah sepi. Gerbang tertutup rapat. Semua guru sudah mengendarai kendaraan mereka masing-masing. Tidak ada sesiapapun yang berlalu lalang di halaman sekolah. Tenang. Tampak tenang. Seolah tidak ada masalah.

***

Mawar baru datang dari bekerja. Ia menampaki tas adik perempuan satu-satunya tergeletak di luar. Ia curiga Melati pergi bersama teman-temannya dengan terburu-buru, sehingga tasnya saja tidak sempat ia masukan dulu ke dalam kamar.

Hari sudah semakin gelap. Melati belum juga pulang. Mawar mulai khawatir. Ia mencoba menelpon, namun ternyata handphonenya ada di dalam tas.

'Kenapa dia tidak membawa handphonenya pergi? Dan tidak biasanya Melati tak pulang sampai semalam ini. Sudah mulai bandel anak itu!"

Geram Mawar. Selama ini dia percaya adiknya, Melati adalah perempuan baik-baik. Tidak suka keluyuran sampai malam. Setelah pulang sekolah, Melati tidak akan langsung pergi, kalau mau pergipun ia akan mengabari kakaknya terlebih dahulu.

Sekarang Mawar mulai curiga ada apa-apa dengan adiknya. Tidak biasanya Melati pergi tak berkabar.

Tok tok tok!

"Ricky! Ricky!"

Mawar mendatangi Ricky ke rumahnya. Ia mengetuk pintu dengan sangat panik. Ricky pun keluar dengan cepat. Ada mamak dan adiknya Ricky juga ikut keluar. Mereka penasaran kenapa Mawar sepanik itu.

"Tenangkan dirimu dulu Mawar. Jelaskan, kenapa kau sangat panik seperti ini? Bicara pelan-pelan." Nasehat mamaknya Ricky.

"Jadi gini, sudah dari sore tadi Mawar pulang bekerja mak. Mawar ngga ada liat Melati dari sore, cuma tasnya saja yang ada diluar. Sampai sekarang itu anak ngga pulang-pulang. Mamak, Melati kemana? Perasaan Mawar ngga enak," Mawar tidak bisa menahan air matanya lagi. Bibirnya sampai gemetar berbicara.

"Kalau aku sih ngga ada liat Melati pulang sekolah dari siang kak. Biasanya ada temannya ngantar pulang pakai motor. Tapi tadi aku lihat temannya Melati ke rumah kak Mawar cuma ngantar tas Melati aja, Melatinya ngga ada kak." Jelas Ricky.

"Tuhkan, pasti ada yang ngga beres nih sama Melati."

"Sabar Mawar, sabar,"

Akhirnya Ricky dan  Mawar melaporkan kejadian hilangnya Melati ke kantor desa setempat. Seluruh warga ikut mencari. Sasaran mereka ke sekolah Melati atas Izin kepala sekolah.

"Maaf bapak-bapak. Tapi benar, saya tidak bohong, semua siswa maupun siswi sudah pulang semuanya sejak tadi siang. Penjaga sekolah kami setiap bubaran sekolah akan memeriksa seluruh kelas apakah masih ada siswa atau siswi yang tertinggal." Ujar kepala sekolah.

Warga tidak mau tahu. Mereka tetap menggerebek sekolah. Yang menjadi alasan mereka, penjaga sekolah hanya memeriksa kelas-kelas saja. Tidakkah memeriksa kantin, sudut sekolah, gudang, ataupun toilet.

Berita hilangnya Melati juga sampai pada masing-masing grup kelas. Salah satu siswa ikut hadir di tengah keramaian di sekolah dan menyebarkan beritanya. Tak lama sebagian besar siswa ikut memadati sekolah, oleh karena rasa penasaran. Nathan benar-benar kaget setelah mengetahui yang sebenarnya.

"Tega sekali Jessica berbohong mengenai Melati!"

Ujar Nathan geram. Ia ikut menyusul teman-temannya ke sekolah. Ia tidak peduli kalau hari sudah malam.

"ANAK-ANAK MOHON JANGAN IKUT MASUK KE DALAM!" Perintah kepala sekolah.

"Pak, izinkan saya masuk!" Nathan memaksa.

Ia ingin juga mencari temannya yang hilang. Tidak pernah ia rasa hatinya sehancur ini. Akhirnya Nathan lolos dari pantauan kepala sekolah, ia bisa masuk tanpa diketahui.

***

Setelah pencarian bersama-sama, Melati akhirnya ditemukan terkunci di toilet wanita. Keadaannya sungguh memprihatinkan. Beberapa warga yang menemukan membopong Melati ke sebuah mobil untuk dibawa ke rumah sakit.

"Mel, astaga kenapa bisa sampai seperti ini Mel?" Nathan menumpahkan kekhawatirannya lewat air mata yang terus bercucuran.

Tak hanya dia. Mawar, Ricky, dan tetangga-tetangga Melati rasanya tidak tega melihat keadaan Melati yang sungguh na'as. Mereka ikut mengantar ke rumah sakit.

Sampai disana, Melati langsung dilarikan ke kamar darurat. Semua hanya bisa menunggu di luar dan berdoa. Pemeriksaan Melati berlangsung selama 2 jam 12 menit.

~

Keesokan harinya sekolah tidak berjalan normal. Kepala sekolah mengumumkan secara mendadak untuk meliburkan siswa-siswinya sementara sampai keadaan sekolah membaik.

Beberapa saksi mata diperintahkan untuk menghadap kepala sekolah beserta polisi. Yang terpanggil ada bu Aliya, dan Nathan.

Bu Aliya menjelaskan yang hanya ia lihat. Kejadian awalnya yang ia lihat wajah Melati terlihat pucat, maka dari itu ia tak jadi meminta bantuan kepada Melati untuk membawakan beberapa buku pelajaran ke perpustakaan. Lalu setelah itu ia berlalu. Ia tak lagi melihat Melati di tempat yang sama.

Nathan, sebagai teman Melati yang cukup dekat. Nathan selalu dengan Melati kemanapun. Terakhir kali dirinya dan Melati tidak ada meributkan sesuatu. Mereka berdua baik-baik saja. Terakhir kali Melati bilang sama Nathan akan berjalan-jalan aja keluar. Sampai jam masuk pun Melati tidak kembali. Nathan kira benar omongannya Jessica, bahwa Melati pulang duluan karena kurang enak badan.

Untuk selanjutkan polisi meminta keterangan dari Jessica. Kepala sekolah dan polisi mendatangi Jessica ke rumahnya. Tentu saja dia kaget dan tidak terima dituduh sebagai tersangka atas khasus Melati tersebut. Jessica dimintai keterangan lebih lanjut di kantor polisi.

***

To be continued~

Nanti kita cerita tentang hari ini[THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang