"Melati, maaf aku lama, tadi habis ada masalah sama LJK ku(Lembar Jawaban Komputer.)"
Deva datang menghampiriku di depan sekolah dengan lari terburu-buru.
"Iya ngga apa-apa. Aku juga baru aja keluar. Gimana sekarang? Udah dibenerin?"
"Udah. Kukira aku akan mengerjakan dua kali kalau sampai file jawabanku hilang. Horror sih itu, ha ha ha,"
"Ha ha ha, udah jangan terlalu dipikirin, yang penting sekarang kan udah benar. Jangan panik lagi ya." Ucapku sambil mengusap-usap bahu Deva.
"Cieee yang lagi berduaan." Di waktu yang bersamaan tiba-tiba Yasmin muncul.
"Aku kira kamu udah duluan pulang Yas, soalnya tadi aku sempat liat Aldi pulang."
"Memangnya kalau dia pulang aku juga harus pulang, begitu?"
"Yaa, harusnya sih begitu."
"Mel, sini aku kasi tau. Meskipun pacaran, tidak seharusnya semua hal memprioritaskan pacarnya saja kan? Aldi juga punya kesibukan lain, dia harus BIMBEL di rumahnya."
"Owh gitu, aku kira kalian lagii...marahan✌"
"Iiih Melati, ngiranya gitu banget. Makanya kamu cari pacar dong biar tau rasanya pacaran itu seperti apa, seribet apa, dan senyaman apa. Okeydeh, aku pulang duluan ya Mel. Kayaknya kamu perlu waktu sama Deva deh. Bye-bye."
Yasmin berlalu.
"Itu Yasmin kenapa jadi penasehat gitu sekarang ya Mel?" Tanya Deva yang masih ada disebelahku sedari tadi.
"Ngga tau juga. Ketularan Aldi kayaknya jadi aneh gitu dia."
"Emang bener yang dibilang Yasmin, kamu belum ada pacar?" Tanya Deva tiba-tiba mengagetkanku.
Aku menyipitkan pandanganku ke arah Deva.
"Mmm-maaf, bukan maksudku Mel. Gimana kalau sekarang kita berangkat?" Ajak Deva mengalihkan pembicaraannya sebelumnya.
~
"Beneran, aku sama sekali belum pernah nerima bunga dari siapa aja, kecuali Nathan. Waktu aku masuk rumah sakit, dia yang selalu bawain aku rangkaian bunga."
"Berarti Nathan itu orang yang paling tau kamu ya Mel kalau kamu suka bunga?"
Aku merespon tersenyum sambil terus memilih berbagai jenis bunga mawar yang akan aku berikan untuk mamanya Deva, karena aku akan bertemu dia lagi nanti di rumahnya.
"Kurasa sudah cukup Dev, yuk kita suruh abangnya buat merangkai bunga-bunga mawar pilihanku."
Aku memilih bunga mawar yang masih segar-segar meskipun harganya lebih mahal dari bunga mawar yang sudah mulai layu. Ada mawar merah, kuning, ungu, dan bunga-bunga kecil lainnya sebagai penghias.
"Ini uangnya bang."
"Trimakasih neng. Silahkan mampir kembali."
Kini kami melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Deva.
"Sebenarnya kamu ngga perlu lakuin ini Mel. Mamaku emang suka bercanda begitu."
"Ngga apa-apa Dev, lagian aku senang kok memberi mama kamu bunga."
~
"Makasi loh Melati bunganya. Cantik sekali."
"Sama-sama tante."
"Tante mau taruh di kamar tante sebagai pengharum kamar. Bunga melatinya juga harumnya semerbak."
Mamanya Deva berlalu ke kamar. Dia ceria sekali.
"Yuk, lanjut belajarnya." Ajak Deva.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5. Tidak terasa langit sudah mulai terlihat berwarna jingga, itu artinya sebentar lagi akan malam.
"Dev, aku pulang sekarang ya. Takutnya Nathan marah lagi kalau aku pulangnya kemalaman."
"Owh iya Melati. Biar kuantar."
Sesampainya di rumah Nathan. Seperti biasa Deva mengantarku sampai depan pintu masuk rumah.
"Makasi banyak ya Dev, kamu udah ajarin aku banyak hal."
"Hanya pelajaran."
"Ngga apa-apa. Kan buat masa depan juga."
"Ada apa nih pakek ngomongin masa depan segala?" Nathan tiba-tiba membuka pintu mengagetkan kita berdua.
"Ngga ada apa-apa kok Nat. Kita hanya,-" Jawabku gelagapan.
"Melati masuk, langsung mandi. Mama udah nunggu kamu di meja makan."
"Deva, aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati."
"Iya Melati."
Aku berlalu ke dalam, meninggalkan Deva diluar yang masih bersama Nathan. Entah apa yang mereka obrolkan selanjutnya, aku tidak tau, yang jelas Nathan lumayan lama sekali ngajak Deva ngobrol diluar, sampai aku usai mandi.
"Deva kenapa ngga kamu suruh mampir Nat?"
"Udah. Devanya ngga mau. Katanya udah malam."
"Ya habis kamu ajak dia ngobrol kelamaan."
"Obrolan lelaki, kamu ngga usah ikut campur."
"Kalian bicarain apa sih?" Tanya tante Anna.
"Ngga kok ma, ini Melati nanya keluhan Nathan selama Ujian Komputer, ya kan Mel?"
"Iya tante."
"Owh, gimana Nathan, ada hambatan?" Tanya mamanya selanjutnya.
"Hambatannya ya cuma di jawaban saja sih ma."
"Yeyy, kamu Nathan. Itu sih kamunya aja yang malas mikir. Yasudah, makan dulu. Nanti baru kita lanjutin ngobrolnya." Suruh tante Anna.
~
"Kayaknya lagi ada yang jatuh cinta nih."
"Nathan!"
Usai makan malam bersama, aku berencana akan langsung tidur. Tapi mata rasanya ngga bisa kupejamkan. Jadinya aku duduk di atas kasur deh dan melamun. Tiba-tiba Nathan ngagetin aku dengan membuka pintu kamarku tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Iih Nathan, jangan main gitar disini dong. Aku mau tidur, jadi ngga bisa."
"Kenapa? Mikirin Deva terus sih."
Nyebelin banget sih kalau dia udah sok tau kayak gini.
"Gue ada satu lagu buat nemenin lo tidur. Mau gue nyanyiin ngga?"
"Ngga, makasih."
"Melati, Melati, udah deh ngga usah dipikirin terus. Nanti lo jadi begadang lagi."
"Siapa yang lagi mikirin dia sih? Jangan buat aku kesel malam-malam ya Nat."
Dan benar saja aku ngga bisa tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Dengan Nathan yang masih terjaga sambil mainin melody pada gitarnya.
"Kenapa sih betah banget di kamarku?"
"Ini kan kamar gue dulu. Gue sama kakak gue dulu sempat berdebat karena memperebutkan kamar ini Mel."
"Emang apa istimewanya kamar ini?"
"Kamar ini istimewa buat gue. Soalnya tiap pagi saat bangun tidur dan buka jendela kamar, gue jadi nemuin inspirasi buat ciptain lagu."
"Nathan ngarang aja."
"Gue serius. Nih kalau ngga percaya."
Nathan mulai memetik senar gitarnya dan lantas membuatku tertidur oleh lagu yang dia nyanyikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti kita cerita tentang hari ini[THE END]
Teen FictionMumpung ada ide cerita, kenapa ngga dibuat? 😊😁 Jadi readers, cerita aku kali ini back ke tema sekolahan. Manfaatin waktu di rumah buat berimajinasi, kenapa tidak? Aku lagi seneng-senengnya sama couple ini, Yoriko dan Dj Ari😍😍 setelah tempo hari...