"Kok ngga mau sih satu kampus sama Nathan?" Tanyaku pada Ratu. Hari ini kami bertemu di salah satu taman dekat kampus UI, sambil nunggu Nathan menyelesaikan kelasnya.
"Bukannya ngga mau Melati. Cuma kan udah dari SMA kita satu sekolah 3 tahun, masa sekarang harus satu tempat kuliah juga? Aku tuh ingin liat gimana reaksi Nathan pisah kampus denganku," Ucap Ratu dengan membisikkan kalimat terakhir.
"Owh gitu."
"Ha ha ha ha, ya nggalah Melati. Aku hanya bercanda."
Aku tidak terlalu menanggapi bercandaannya Ratu. Aku tahu dia hanya berusaha menghiburku. Tapi tetap saja hatiku masih terasa koyak.
"Buat kamu Mel." Kata Ratu sambil menyerahkanku sebatang coklat untukku.
"Menurutku saat ini hanya coklatlah yang mampu mengerti perasaan kamu Mel, coklat bisa bikin mood kamu jadi happy kembali. Ayo dimakan."
"Astaga Ratu, kamu ngga perlu repot-repot bawain aku coklat. Aku ngga apa-apa kok."
"Mel, kita itu udah sahabatan lumayan lama. Aku tau kamu sedang berusaha menyembunyikan kesedihan. Jangan dipendam Mel, lebih baik ceritakan saja keluh kesahmu, daripada menjadi sakit di dalam hati." Saran Ratu. Dia begitu peduli sekali denganku.
"Makasi ya Ratu untuk coklatnya."
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan kami baru pulang. Kami masih dalam perjalanan.
"Coklat dari siapa sih Mel? Diperhatiin aja tapi ngga dimakan." Tanya Nathan sambil fokus menyetir.
"Coklat dari Ratu Nat."
"Cuma lo aja yang dikasi?"
"Iya. Kalau Nathan mau, ambil aja. Aku juga tidak terlalu suka coklat."
"Yaudah taruh di tas gue aja. Lumayan, buat cemilan malam. Daripada lo buang kan?"
"Nathan," panggilku lirih.
"Kenapa Mel?"
"Kita jangan pulang dulu ya."
"Mau kemana lagi? Ngga capek habis ngampus?"
"Anterin aku ke rumahnya Deva ya Nathan. Setidaknya aku bisa dapat informasi dari mamanya."
"Lo yakin?"
"Nathan, kalau kamu ada di posisi aku, apa yang akan kamu lakuin?"
"Iya Mel, gue anterin lo kemana aja buat nyari Deva."
Nathan pun berputar arah. Aku masih ingat jalan ke rumahnya Deva dan menyuruh Nathan mengikuti petunjukku.
"Beneran ini rumahnya?"
"Iya. Kamu tunggu disini saja ya, biar aku yang ketemu mamanya."
"Hati-hati ya Mel."
Aku turun dari mobil, dan mengarah ke pintu utama rumah Deva. Aku membunyikan bel rumahnya berkali-kali, namun sia-sia saja, tidak ada siapa-siapa di rumah itu. Kutanya tetangga sebelah rumah Deva akhirnya, dan aku sedikit menemukan petunjuk dari sana, yaitu keluarga Deva sudah lama pindah rumah, tapi tetangganya tersebut tidak tahu tepatnya dimana. Dan informasi terakhir yang kudapat adalah Deva dan mamanya memilih untuk pindah rumah karena ada percekcokan rumah tangga antara mama Deva dan papa Deva.
"Gimana Mel?" Aku sudah kembali pada Nathan.
"Sejak hari kelulusan itu dia udah pindah rumah, tapi mereka semua tidak tau pindahnya kemana. Kita pulang sekarang saja Nat, aku ingin istirahat."
"Sabar ya. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan sedih terus Melati sayang." Nathan mengelus-elus rambutku pelan dan lalu menjalankan mobilnya.
***
"Good morning adikku sayang!!! Ayo bangun jangan malas."
"Nathan, hari ini aku ngga berangkat kampus ya. Tiba-tiba saja baru bangun kepalaku pusing sekali." Kataku sambil memegangi kepala.
"Yaampun Mel, lo sakit?" Nathan memeriksa suhu tubuhku.
"Normal kok."
"Aku cuma butuh istirahat saja Nathan."
"Lo yakin ngga apa-apa? Apa perlu gue ajak ke dokter biar tau pastinya lo ini kenapa tiba-tiba pusing?"
"Ngga usah Nathan, mendingan sekarang kamu sarapan, lalu berangkat ke kampus. Ngga usah terlalu khawatirin aku, ya?"
"Bentar. Gue ambilin lo sarapan."
Nathan kembali dengan membawakanku roti selai kesukaanku dan segelas susu hangat.
"Jangan lupa sarapan, itu penting!" Katanya sambil menyapukan selai blueberry pada selembar roti tawar.
"Makasi banyak ya Nathan, kamu memang kakakku yang baik."
"Semua kakak kan sudah pasti baik kepada adiknya, kak Mawar juga begitu kan? Ayo dimakan rotinya."
Selesai kami berdua sarapan, Nathan pun pamit akan berangkat ke kampus sekarang.
"Udah jam 8 nih. Gue harus pergi sekarang ya Mel, ada kelas pagi yang ngga mesti gue lewati." Tak lupa Nathan mencium keningku sebelum pergi.
"Cepat sembuh adikku. Bye."
"Bye Nathan."
Sekarang apa yang harus kulakukan sendiri tanpa ada Nathan di rumah? Sudah jelas aku benar-benar kesepian.
Aku menghibur diri dengan bernyanyi sambil memainkan gitar Nathan. Cuma aku hanya bisa sedikit-sedikit bermain gitar, tempo hari Nathan sempat mengajariku bermain gitar dan itu susah sekali menurutku.
Aku gitaris pemula, maaf bila suara gitarku tak beraturan.
Mimpikan aku lagi
Jangan kamu kemana-mana
Temani hati sejenak saja
Kutakut bila kurinduJagai aku lagi
Ku tak mau kamu tak ada
Sedih hampiri hati yang sunyi
Kuingin kamu disini
Memelukku hingga nantiSakit sedihmu juga milikku
Senangku pun pasti milikmu
Selamanya kau kan bersamaku
Karena kamu alasanku hidup bahagiaJagai aku lagi
Ku kan selalu butuh kamu
Jangan biarkan hatiku sunyi
Tetaplah kamu dihati...
~
"Nathan, aku ingin meraih bintang-bintang kecil di angkasa sana deh. Berada disana sepertinya bahagia sekali, ibu sama bapak pasti sedang menjadi salah satu dari banyaknya bintang itu."
Aku dan Nathan sedang menikmati malam di teras rumah sambil memperhatikan bintang-bintang.
"Sekarang lo pejamkan mata lo dan bayangin gue sedang mengajak lo terbang ke langit meraih bintang."
"Baik." Aku memejamkan mata. Tangan kami saling berpegangan erat.
"Lo rasain deh angin yang menyejukkan kulit lo, lo rasain bagaimana cara lo terbang, dan mulai mendekati salah satu bintang incaran lo, terus sekarang lo ngomong sama bintang itu apa sebenarnya yang lo inginkan buat dikabulkan sama bintang itu."
"Wahai bintang, aku ingin sekali dia kembali untuk menemuiku. Aku berjanji setelah dia kembali nanti, akan kuutarakan yang sebenarnya kepada dia. Udah Nat."
"Sekarang lo buka mata pelan-pelan."
"Nathan,"
Setelah kumembuka mata, kulihat kedua mata Nathan baik-baik. Ada genangan air mata pada kantung matanya.
"Nathan kenapa nangis?"
"Siapa yang nangis? Ngga kok, gue cuma kelilipan aja. Eeh! Gimana rasanya Mel terbang ke angkasa?"
"Nathan beneran baru saja mengajak aku ke sana. Makasi ya Nathan. Aku merasa bahagia sekali sekarang."
"Gitu dong senyum, jadi tambah cantik tau."
Aku tahu Nathan menahan tangisnya barusan. Seperti bukan Nathan yang kukenal. Kenapa cowok sekerennya bisa menangis hanya karena gadis lemah sepertiku?
***
Ada yang suka juga ngga lagu ost film After Met You?
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti kita cerita tentang hari ini[THE END]
Teen FictionMumpung ada ide cerita, kenapa ngga dibuat? 😊😁 Jadi readers, cerita aku kali ini back ke tema sekolahan. Manfaatin waktu di rumah buat berimajinasi, kenapa tidak? Aku lagi seneng-senengnya sama couple ini, Yoriko dan Dj Ari😍😍 setelah tempo hari...