Teratai🌼

307 12 0
                                    

"Nathan, kenapa kamu berdiam diri disini?"

Aku menghampiri Nathan di tepi danau sedang sendirinya. Entah apa yang dia lakukan sampai tidak mendengar suaraku.

"Nathan, kamu lagi menulis lirik lagu ya? Pasti suasana sejuk disini yang memberimu inspirasi kan?" Tanyaku lagi. Nathan tetap tidak menjawab.

Kenapa dia tidak menoleh ke arahku? Padahal aku sekarang sangat dekat dengannya. Sedikit lagi bahu kita saling bersentuhan.

"Nat, lagu itu akan kamu persembahkan untuk siapa? Romantis sekali liriknya."

Dan lagi lagi Nathan tidak menjawab.

"Ada apa sih, kok kamu cuekin aku?" Tanyaku sambil menepuk bahunya agak keras.

Tapi Nathan masih bersikap cuek. Dia tidak menghiraukanku disebelahnya. Seolah aku dianggap tak ada olehnya.

"Kalau aku ada salah sama kamu, bilang baik-baik! Aku ngga suka dicuekin begini Nathan!"

Nathan berlalu setelah dipanggil oleh seorang perempuan di ujung sana.

"Eeeh Nat! Nathan mau kemana? Hei, kamu tinggalin aku? Nathan!"

Aku mencoba menyusuli mereka berdua, Nathan dan perempuan itu yang adalah Ratu.

"Aku bikin sebuah lagu loh buat kamu." Kata Nathan kepada Ratu di sebelahnya.

Mereka berjalan berdampingan. Sedangkan aku berada di posisi belakang mereka tidak terlalu dekat, namun masih bisa jelas kudengar obrolan mereka.

"Aku terinspirasi membuat liriknya dari sosok Melati. Dan sekarang lagu ini aku persembahkan untuk Ratu seorang, selaku kekasihku." Ujar Nathan mengagetkanku.

Yang pertama, Nathan bilang dia terinspirasi dari sosok aku. Jadi daritadi dia menulis lirik lagu di pinggir danau sedang memikirkanku? Kenapa harus memikirkanku lagi? Sedangkan aku berada di sebelahnya daritadi.

Yang kedua, Nathan sama Ratu sudah resmi pacaran. Kenapa Nathan tidak bercerita kepadaku? Dan malah mencuekanku.

"Owh iya Nathan, aku sedih banget harus kehilangan teman seperti Melati. Hanya dia yang mampu membuatku bisa bergaul dengan teman-teman yang lain, dia yang mengajariku tentang arti kebersamaan." Ucap Ratu.

"Iya Ratu, tak hanya kamu. Aku juga merasa kehilangan sekali. Walaupun terkadang dia menyebalkan, tapi sekarang dia pergi ninggalin aku dan hanya menyisakan kenangan-kenangan aneh kita dulu yang selalu ribut jika bertemu."

Aku tidak tahan lagi.

"Hei, kalian bicara apa? Aku disini, di belakang kalian! Apa kalian tidak mendengar suaraku? Apa kalian tidak melihatku? Kenapa jadi seperti ini? Aneh! Heiiiii, jangan tinggalin aku sendiri! Nathan! Ratu!!!"

...

***

"Jadi tadi itu aku hanya bermimpi?"

Kudapati diri sudah ada di ruangan serba putih yang penuh bau obat-obatan. Tanganku terpasang infus dan kak Mawar yang menemaniku di sebelah. Sambil menyuapiku makanan, kak Mawar mengobrol denganku.

"Beberapa hari kamu koma, ada seorang cowok terus jenguk kamu kesini sambil membawa bunga. Kakak kumpulin disitu tuh bunganya."

"Pantas ruangannya jadi sedikit beraroma bunga Melati." Kataku tersenyum.

Aku yakin itu dari Nathan. Walaupun bukan kekasih, Nathan sangat perhatian denganku. Aku bisa merasakan itu selama tidak sadar.

"Kamu makan sendiri dulu bisa kan? Sementara kakak akan siapin obat untuk kamu minum setelah makan."

"Iya kak."

Tok tok tok!

Seseorang mengetuk pintu kamar tempatku dirawat.

"Sebentar!" Kak Mawar membukakan pintunya.

Pasti itu Nathan. Pikiranku mengarah ke dia terus sampai-sampai terbawa mimpi.

"Masuk yuk!... Mel, ini ada mamak sama Ricky datang."

"Mamak!" Aku segera memeluk mamak. Mamaknya Ricky udah aku anggap kayak ibuku sendiri. Hangat sekalii dipelukannya.

"Hai Mel, gimana keadaan lo sekarang?" Tanya Ricky masih dengan sikap dinginnya tapi masih terlihat khawatir di wajahnya.

"Sudah mendingan kok Ric."

"Melati sudah minum obat kak?" Tanya Ricky pada kak Mawar.

"Baru akan. Nih. Udah kakak siapin."

"Biar aku aja yang kasi Melati obatnya ya kak."

"Boleh. Kalau begitu sudah ada Ricky, kakak turun ke lantai 2 sebentar ya Mel ada urusan sama dokter yang menangani kamu. Ric, tolong temani Melati ya."

"Iya kak."

"Mamak, Mawar permisi dulu."

"Iya Mawar. Mamak disini dulu nemenin Melati."

Kak Mawar pergi. Mamak tertidur. Sementara hanya Ricky yang masih terjaga di sampingku. Tanganku dipegang Ricky dari tadi, tidak mau dilepasnya.

"Ric, apa tangan kamu ngga panas?"

"Ngga. Tangan gue nyaman genggam tangan lo."

Apa lagi yang harus aku obrolin dengan cowok dingin seperti Ricky ya? Secara obrolan kita sudah habis daritadi.

"Ric, Melati mau ke toilet."

"Gue antar sampai depan ya."

"Gausah Ric. Melati bisa sendiri kok. Sekalian latihan berjalan lagi, udah lama rasanya ngga jalan."

"Yaudah deh. Gue tunggu sini ya."

~

"Melati, gimana keadaan kamu?" Tanya Ratu.

Dia datang bersama Yasmin.

"Aku baik-baik saja. Malahan kata dokter tak lama lagi aku udah boleh pulang. Aku udah ngga betah di rumah sakit."

"Hei jangan gitu Mel. Demi kesembuhan kamu, kamu harus tetap berada disini dulu, ok?" Kata Yasmin.

"Makasi ya, kalian berdua udah jenguk aku."

"Sama-sama. Kita kangen banget sama kamu Mel. Kangen ke perpus bareng, ke kantin bareng." Kata Yasmin.

"Kalian ngga sekolah?"

"Kan sekolah masih diliburkan. Jessica masih diselidiki bagaimana cara dia dan teman-temannya jahatin kamu. Sekolah lagi ramai sama polisi, iih serem." Ujar Yasmin.

Aku sama Ratu hanya tertawa kecil melihat peragaan Yasmin yang lucu.

"Owh iya, apa kalian tahu dimana Nathan?" Tanyaku.

"Aku ngga tau Mel." Ucap Yasmin.

"Kemarin Nathan sama aku," kata Ratu. "Tapi sekarang dia dipanggil polisi lagi buat jadi saksi." Jelas Ratu.

"Kasihan Nathan." Ucapku kecil.

"Kasihan?" Tanya Yasmin.

"Iya. Kasihan dia jadi sibuk. Harus berurusan sama polisi pula."

Ratu dan Yasmin jadi saling mendekapku hangat.

"Kami sayang Melati, dan pasti Nathan melakukan itu semua juga karena Nathan sayang Melati." Ucap Ratu.

"Iya Mel. Terakhir kali aja waktu aku lihat Nathan beli banyak bunga buat jenguk kamu katanya. Uuuh so sweet." Kata Yasmin.

Tapi cintanya Nathan tetap akan buat Ratu. Nathan tidak lebih hanya menganggapku sebagai seorang teman dekat.

***

To be continued~

Nanti kita cerita tentang hari ini[THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang