(NKCTHI 2) Fuji(Wisteria)🌼

263 11 6
                                    

"Coba liat nilai ujian lo!" Nathan merampas kertas nilaiku di tanganku yang kupegang secara hati-hati agar tidak lecet.

"Iiih Nat, hati-hati kenapa! Untung ngga robek."

"HA HA HA, biasa aja kali Mel, kayak sama siapa aja."

Ya. Nathan as always. Ngga suka dibuat kepo orangnya. Apapun yang dia mau harus dituruti.

"Kayaknya sampai kapanpun gue ngga bakal bisa nyalip nilai lo Mel." Keluh Nathan dan mengembalikan kertas nilai ujianku.

"Sabar Nathan. Jangan jadi orang pesimis. Aku yakin kamu pasti bisa, dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan, dan juga diimbangi dengan berdoa ya." Ucapku memberikan saran.

"Yaudah, kalau gitu gue akan lebih rajin belajar bareng Ratu, biar di semester 2 nanti bisa ngalahin lo, HA HA HA HA,"

"Terserah kamu deh Nat." Aku berjalan lebih dulu di depannya. Kami akan segera pulang. Nathan ngajakin aku rekaman sesampai rumah.

"Eeit, jangan ngambek gitu dong Melati sayang. Kita berjuang sama-sama ya biar bisa lulus dengan nilai terbaik." Kata Nathan merangkulku.

Aku tersenyum kearahnya. "Iya Nathan."

***

Kita sampai di rumah, lalu masuk ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian sekolah.

Tok tok tok!

"Mel! Melati!"

"Bentar Nathan!"

Kok cepat banget ya Nathan ganti bajunya? Padahal aku baru selesai lepas sepatu doang.

"Gue hitung sampai 5 ya Mel! 1...2...3,"

"Sabaaaar Nat!"

"4...5 setengah...,"

Sialan dasar. Aku jadi gaduh sendiri di dalam kamar gara-gara Nathan.

Aku membuka pintu.

"Akhirnya lo selesai juga. Lama banget sih."

"Kamu tuh yang kecepetan. Aku jadi salah pakek baju kan?"

Baru sadar saking terburu-burunya, aku salah pakai baju. Sebelumnya aku ngga pernah pakai rok. Sekarang malah...

"Tapi biarin aja, lo cocok kok pakek rok itu Mel." Komentar Nathan.

"Masa iya? Kamu ngga liat aku aneh gitu?"

"HA HA HA HA HA, Melati, Melati. Lo ngga biasa ya pakek pakaian feminim begini? Waktu lo pakai gaun putih ke acara ultah Ratu dulu, lo itu cocok banget pakeknya tau ngga? Percaya diri dong Mel! Kalau minder terus gimana bisa ketemu jodohnya coba?"

Nathan ngomongin apa sih sebenarnya? Pakek bawa-bawa jodoh segala.

"Yaudah ayo, jangan buang-buang waktu lagi!" Ajak Nathan ke ruangan musiknya.

Aku baru tau Nathan punya ruangan khusus musik seperti ini. Dia pasti hobi banget koleksi alat musik, apalagi ruangan ini sampai dipenuhi banyak gitar yang berbeda jenisnya. Ada piano, dan keyboard juga. Aku jadi tertegun.

Jrenggg!

"Nathan! Ngagetin aku aja."

Hampir jantungku jadi copot dia memainkan gitar listriknya.

"Lagian siapa suruh bengong. Ayo sini Mel, gue tunjukin ruangan yang satunya lagi."

Waah kereen! Dalam satu ruangan ada ruangan tersembunyi lainnya juga. Ruangan ini Nathan namai studio rekaman. Disini nih biasanya Nathan cover-cover lagu dan diunggahnya ke akun Instagram pribadinya yang hanya diikuti oleh teman-teman dekatnya. Setau aku Nathan belum berani alias tidak percaya diri menunjukkan bakat bernyanyinya itu kepada publik.

"Tadi nasehatin aku aja supaya percaya diri, eh taunya kamu juga belum percaya diri, gimana sih Nathan?"

"Gue bukannya ngga percaya diri, cuma yaa belum siap aja." Katanya beralasan.

"Sayang banget Nat, padahal lagu ciptaan kamu itu bagus banget, apalagi dipadukan sama suara penciptanya."

"Sama suara lo juga." Sambung Nathan.

"Kok aku? Nat, sumpah, aku ngga bisa nyanyi. Suara aku fals."

Nathan ngga langsung menanggapi keluhanku. Dia segera mengajakku duduk di hadapan microfon.

"Ngga ada manusia yang ngga bisa nyanyi Mel. Semua bisa kok, hanya cara mereka saja yang berbeda-beda. Semua manusia mempunyai suara khas mereka masing-masing. Sebagian besar terdengar istimewa jika dia berani menunjukkannya dihadapan orang tersayang. Gue udah nunjukkin suara gue ke Ratu saat acara ultahnya dia, lo ingat? Sekarang giliran lo Mel."

Maksud Nathan apa? Dihadapan orang tersayang?

"Cukup tunjukkin sama gue aja dulu. Gue salah satu orang tersayang lo juga kan? Sebelum suatu hari nanti lo nemuin orang tersayang yang akan menemani hidup lo hingga akhir waktu, dan gue, gue jadi bangga pernah menjadi orang pertama yang mendengar lo bernyanyi."

"Kamu ngomong apa sih Nat? Aku masih pengen nikmatin hidup bareng kamu kali, ngga perlu terburu-buru menemukan orang tersayang selanjutnya."

"Mel, fokus ke gue ya," Nathan memperbaiki gaya duduknya dan jadi lebih dekat denganku.

"Dulu sebelum kita jadi saudara, lo pernah suka kan sama gue?"

"Nat, kenapa jadi bahas yang dulu sih?"

"Jawab gue Mel, jawab sejujurnya. Mata lo itu ngga bisa menipu tau ngga."

"Yaa terus? Aku emang salah Nat,"

"Ngga ada yang nyalahin lo kok Mel. Semua terjadi kan tanpa diduga. Awalnya kita ngga tau mereka pacaran, dan berencana menikah, dan untungnya gue jadi saudaraan sama orang yang ngga seegois gue."

"Tapi kamu kan suka sama Ratu waktu itu."

"Ngga tau kenapa Mel, gue jadi sering mikirin lo ketimbang Ratu. Mungkin gue merasa bersalah karena sering gangguin lo dulu, dan lama-lama rasa bersalah itu timbul menjadi... suka."

Jadi artinya dulu kita sama-sama naksir? Aku yang suka Nathan, dan juga sebaliknya. Hanya rasa percaya diri yang menjadi penghalang membuat kita tak berani saling mengungkapkan.

"Kalau Ratu sampai tau, dia pasti akan marah. Nathan, kenapa jahat banget sih kamu?"

"Jadi lo nganggap gue sekarang jahat di mata lo?"

"Sekarang aku sudah benar-benar ikhlas Nathan. Jangan mainin perasaan Ratu ya. Aku tau apa yang akan dirasakan Ratu kalau sampai dia tau. Kita sama-sama perempuan dan punya perasaan."

"Lo percaya kan Mel kalau itu cuma perasaan suka sementara setelah gue tau gue akan saudaraan sama lo, gue menyudahi semuanya. Gue balik tergila-gila sama Ratu. Tapi ngga tau gimana lo."

~

Usai mandi sore ini. Aku duduk di tepi ranjang kamarku, memikirkan obrolan aku dan Nathan tadi siang di studio rekaman. Sekejap terasa aneh. Sekejap terasa itu hal yang wajar. Aku ngga bisa nyalahin Nathan saja, ini salah perasaanku juga, kenapa menaruh harapan berlebih pada Nathan dahulu? Padahal sudah jelas-jelas dia mau menjadi temanku hanya karena meminta tolong untuk mendapatkan rasa suka juga dari Ratu.

"Lo harus percaya hal yang satu ini Mel. Lagu kemarin yang sempat gue nyanyiin itu, memang sengaja gue ciptain buat lo, buah hasil dari mikirin lo terus dulu, gue tuangin dalam bentuk lagu."

Begitu kalimat terakhir Nathan di studio rekaman yang masih melekat di pikiranku, seolah tak mau hilang. Nathan benar-benar pernah suka sama aku ternyata. Aku kira aku hanya mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Sudahlah. Itu masa lalu. Tidak baik jika kupikirkan terus. Lebih baik aku menyanyikan lagu yang diciptakan Nathan itu. Aku mulai hafal dengan liriknya semenjak berlatih bersama Nathan tadi.

***

Nanti kita cerita tentang hari ini[THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang