Kapal

21 1 0
                                    

kenangan adalah sebuah potret yang lalu yang mungkin bisa kau hindari tapi tak bisa untuk di hapus.
~Aron

Di dalam kamar gelap, tanpa secerca cahaya pun. seorang anak laki-laki berjalan menelusuri kabin. Suara petir bergemuruh di luar, riuh menyambar di tengah badai yang tak kenal lelah menggempur. sedang suara mercusuar tak berhenti mensuar. Cuaca ini secara sesak membuatnya takut, ia pun berlari memanggil - manggil ayahnya.

"Ayah!!!." Ucapnya yang berlari menuju ke dinding sambil meraba-raba dinding kapal.

Tangan meramu dan akhirnya memegang gagang pintu berharap pintu itu tak terkunci.

"Kkkrrriieeet."suara pintu terbuka.

Saat langkah kakinya terangkat tangannya tertarik oleh seseorang dari belakang dan saat dia berbalik sosok lelaki paruh baya dengan banyak sayatan di sekujur tubuhnya mendekat ke tubuhnya.

"Aaahhhh." teriak anak laki-laki itu dan akhirnya dia terbangun di ranjang king size tepat pukul 12.00 malam.

Peluh membasahi sekujur tubuhnya, mengalir di antara kain kaos oblong miliknya.

"ah, hanya mimpi."ucapnya lalu Menyekah keringatnya.

Tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamarnya.

"Hei Ron kau baik-baik saja ?." Ucap orang dibalik pintu.

"Siapa disana?."tanya Aron

"Ini aku Bima."sahut pria di balik pintu

"Masuklah Bim, aku tak mengunci pintunya." Ucap Aron mempersilakan Bima

"Kau bermimpi lagi."tanya Bima

"Iya, Beliau datang lagi." Jawab Aron

"Kau tahu ?, aku rasa beliau tak ingin kita menjualnya. Aku tak ingin kau terlihat buruk." Ujar Bima

Bima memandang Aron yang basah dengan keringatnya duduk terpaku di Ranjang. Bima merasa Pria itu sedang galau menimang keputusan yang mungkin memberikan resiko seperti pedang bermata dua.

"Aku harus tetap menjualnya, agar semua luka yang ada. mendapatkan waktu penyembuhan." Tungkas Aron memandang Bima

"Aku mungkin bukan dokter, yang mengerti apa itu Psikologi dan lainnya. Tapi aku pikir menjualnya bukan pilihan kau tahu itu. Dan kapal itu satu-satunya yang menjadi kebanggaan dimana kita bisa mengingat mereka." ucap Bim

"Iya kita mengingatnya sekaligus luka, yang setiap kali menumbuhkan benih dendam. Kita bahkan tak bisa memandang berlama-lama. Lalu untuk apa benda itu kupertahankan ?." Terang Aron

"Untuk mempertahankan keinginannya Ron, sejarah sebuah pekerjaan yang dibangun dengan kerja keras dan kejujuran. Sejarah yang membuat kita sampai hari ini tidak percaya kepergiannya. Yang menghantuimu kerap kali di malam kepergiannya." Jawab Bima

" Lalu ?, Apa aku harus membiarkan nenek Sarah menangis setiap harinya dengan harapan anak dan menantunya akan kembali dengan kapal itu." Terang Aron

"Aku tidak yakin Aron, tapi benda itu berharga bagi nenek Sarah jika itu hilang aku takut keadaannya akan jadi lebih buruk." Ucap Bima lalu berjalan keluar pintu.

Aron tertengun di dalam kamarnya berjalan ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Bisakah harinya ini akan berlalu mudah dengan mengubur semua dendamnya.

Makasih ya untuk yang sudah baca jangan lupa beri Vote dan komentarnya 🤩🤩

Semoga harimu menyenangkan

Hear Me AronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang