✧ yang tak bisa ditepati hingga pergi

98 30 25
                                    

   serasa berada di atas bahtera, terombang-ambing atas rasa yang menyeruak sebab tak pernah dirasa. serasa berada diantara dua cagak, dihantui pertanyaan menetap atau pergi sampai muak.

ini semua terjadi di luar nalar, cawang yang sudah pernah kusimpan, semua tentang rasa dan renjana—

"kamu ngapain?" gadis ayu baru saja menunjukkan batang hidungnya di teras rumah setelah lama izin pergi ke dapur sebentar.

ditangannya membawa sebuah piring kaca dengan terang bulan yang tertata rapih di atasnya, rasa keju susu, kesukaan jeno.

jeno menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri dengan pelan, "enggak," lalu mengusap wajahnya. kentara sekali sedang gusar hingga membuat jea melipat sedikit keningnya.

dua merpati itu sepakat untuk mengerjakan tugas bersama di teras rumah jea. ditemani antariksa yang dipenuhi dengan lintang-lintang yang tertulis jelas di kanvas langit malam. ngomong-ngomong, saturnus dan neptunus yang jauh di sana sampai sekarang belum mau menampakkan eksistensinya.

bersama sebuah bulan yang siap bersuar kapan saja menemani kelabu dan halimun yang menyuruk entah di mana. membuat segala isi alam semesta berpikir, ini semua hanya delusi, kah?

"kamu ke sini kenapa bawa makanan aja, kan mau ngerjain tugas?" jeno angkat bicara beberapa menit kemudian setelah menyadari kehadiran jea yang tanpa menggotong buku satu pun.

jea menepuk keningnya pelan, "ih, iya, aku lupa! tunggu dulu. jeno, jangan pergi!"

jantung jeno berdetak dua kali lebih cepat setelah jea menyelesaikan kalimatnya. kalimat yang diakhiri dengan dua kata, namun tidak mau jeno dengar ataupun tangkap.

dua kata yang berhasil membuat dunianya sekonyong-konyong pergi. dua kata yang terdengar bak permintaan namun tak bisa jeno tepati.

sarayu yang melawan surai legam jeno secara kasar memang bukan padanannya. matanya menatap tawang dengan sorot kosong, pikirannya merantau jauh embara. merasakan kakinya tak berpijak lagi di bantala, seakan semesta tak berpihak dan urung menerimanya.

sampai sebuah tepakan mendarat di pucuk kepalanya sebanyak dua. jeno menoleh, mendapatkan jea-nya yang masih berdiri dan menatapnya curiga. "apa?"

"ada yang mau atau harus kamu ceritain sama aku, ya?" tanya jea tiba-tiba.

tentu saja dan sudah dipastikan hanya gelengan yang diberikan jeno. "enggak,"

"bohong."

"gak ada, jea."

"gak usah gitu kamu, susahnya cerita sama aku apa, sih?"

"nggak ada apa-apa, cantik."

jea mendengus, menggerutu kenapa akhir-akhir ini jeno sering memanggilnya begitu. jea lalu meletakkan bukunya ke atas meja dengan sedikit membanting. "kamu gak cerita sama aku, aku juga gak mau ngomong sama kamu."

aDuhhh aku nulis apa 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aDuhhh aku nulis apa 😭

kerlip delusi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang