tiga pasang tungkai kaki mengayun seirama. berpijak di butala, benda bernama sepatu itu sepertinya sama dengan hujan yang tanpa permisi suka menginjak-injak dengan seenaknya, sama seperti manusia.
berjalan dalam diam, seperti berdiri di antara halimun hitam. ketika saling tidak mau bicara dan memilih memendam, hingga yang tersisa hanyalah yang telah padam.
"heh!" suara dari yang satu membuat dua lainnya lagi-lagi terlonjak penuh kekagetan.
sunyi. belum ada yang berani membuka pembicaraan, kesambet baru tahu rasa.
"jangan diem-dieman kayak gini, dong." kesal jea yang sudah muak dengan kecanggungan. tapi yang terdengar hanya, "iya." jawaban singkat yang keluar dari labium jeno.
jea menoleh pada jaemin. "eh, kamu katanya mau ngomong sama jeno. tapi malah paling diem dari tadi."
buyar sudah lamunan jaemin. "sudah hilang bahan omongannya."
jea mendecak, "ya dirangkai ulang, lah!"
sedangkan jaemin diam saja. dalam hati tidak menyetujui suruhan kemala, memangnya dia kaset? dengan murah hatinya mengulang kejadian yang tak diinginkan.
mohon maaf aja, nih ya, jaemin itu teori cintanya banyak.
"makasih, ya. kalian hati-hati pulangnya." disela dengan sedikit tawa, jea melanjutkan. "jangan berduaan terus! hahahah!"
tawanya bahkan masih terdengar saat gadis itu sudah masuk ke dalam rumah.
jeno dan jaemin saling memandang satu sama lain. kemudian salah satu belia mulai angkat bicara. "lo mau kemana sih, sebenarnya?"
namun belum ada jawaban dari jeno memicu jaemin untuk bertanya lebih. "kemala tadi cerita, dia malah nanya-nanya tentang ldr. lo mau pergi?"
sebuah anggukan dari jeno didapatkan jaemin, anggukan yang terlihat penuh keraguan.
jeno mengawalinya dengan hembusan napas perlahan sebelum menjawab. "gue mau kuliah ke melbourne. maksud gue kemarin itu buta nitip jea ke lo."
jaemin terkekeh miris mendengarnya. "sudah yakin mau pergi?"
jeno mengangguk, yakin katanya. "bahkan gue sudah diskusi sama semesta."
jaemin mengedikkan bahu namun lanjut bertanya, "tapi lo yakin akan pulang?"
ini adalah hal yang diragukan jeno dari awal masalah datang, tentang pulang.
setiap manusia bisa saling pergi namun tidak bisa dipastikan untuk saling pulang. "jen, lo harus yakin dulu. kalau memang lo ragu nggak bisa pulang, gak pa-pa. ngomong baik-baik sama kemala."
ini masalah hati, antara pulang dan pergi. kalau jeno candra asena memang tidak bisa menepati, memang betul sebaiknya diakhiri.
"jen, cuman Tuhan yang tahu siapa yang sekadar singgah untuk pergi atau menetap. kalau sudah ada keputusan, pasti ada sisi yang mengajarkan kita untuk bisa merelakan."
jaemin itu— aDUHHH:(
KAMU SEDANG MEMBACA
kerlip delusi.
Fanfiction✨ sekerlip delusi yang semakin samar membuatnya semakin nyata dan hidup. // ft. lee jeno // COMPLETED © skiesilents, 2020