senandung paksi-paksi menyolek indah ramah gendang telinga. eksistensi arunika terlukis indah di bumantara dengan imbuhan dari tangan pelukis ulung.
alto stratus sudah melancong ke praja lain. kumulus hadir bersama kelabu, di bentangan rasa candu bersama adiksimu yang kian semakin rancu.
taruna pecandu kopi itu sedang mengapit segelas americano yang baru dibelinya. kesulitan karena menjinjing tas yang cukup banyak.
"heh teman, mau dibantu?" jaemin menoleh. sekejap merasa sukmanya melayang ke surga karena paginya diawali bersama ayudisa dari kerajaan.
"nggak usah," jaemin menggelengkan kepalanya pelan, tapi jea tetap keras kepala untuk membantu jaemin. "ngeyel banget sih, sok bisa."
jea menyambar salah satu tas yang dibawa jaemin. jaemin melega, akhirnya bisa santai meminum americano-nya sembari berjalan. "mau?" jaemin menawarkan kopinya.
"gak. kopi kamu itu sudah diuji seratus persen bikin manusia sekarat!" jaemin tertawa, manis sekali, berbanding jauh terbalik dengan rasa kopinya.
lengkungan senyum jaemin itu bukan sembarang kurva, tawanya mampu mendeskripsikan alam semesta. segaris senyum dari jaemin sampai membuat kalian terleka dalam sekali lihat! fajar menyuruk karena keindahannya disaingi, mega menyingit pelan membiarkan bayu keluar dan membelai. keindahan yang kian hari semakin ternaungi, dengan sesuatu yang seharusnya sudah diakhiri.
"pagi jea!" sapa salah satu murid yang didapati adalah murid kelas sebelah. jea tersenyum menanggapinya, ah, rutinitas pagi.
"halo jea cantik, semangat pagi buat kamu, nih!" ahaha, kalau yang itu mark namanya. teman kelas jea dan jaemin juga.
jaemin mengerutkan dahi geli, padahal itu bukan sapaan untuknya. ya ... tidak mungkin juga? tapi dia sedikit menahan tawanya karena jea tidak menghiraukannya, hanya melempar sebuah senyuman yang malah jaemin pikir untuknya.
"jeno mana?" tanya si pranadipta tanpa melihat ke gadis yang diajaknya berbicara.
"kelas, lah."
"biasanya ngantar kamu ke sini,"
"mau ngerjain pe-er dia."
"kalian marahan, ya?"
jea menghela napas kesal, mengingat kejadian semalam. yang seharusnya tidak dia sikapi seperti ini.
"kamu itu hobi minum kopi pahit, makannya kalau ngomong isinya yang pahit-pahit semua, jaem!" jea menyeru. ini tidak lucu namun jaemin tertawa, air muka yang ditunjukkan jea saat ini mirip donal bebek yang sedang marah.
jaemin merentangkan tangannya lalu merangkul jea, sedikit membungkukkan badannya. "kamu kalau ada masalah cerita, ya? katanya aku temanmu?"
lalu merutuki dirinya sendiri dengan apa yang telah dia katakan. bagaimana bisa labiumnya mengeluarkan pertanyaan itu tanpa ragu? nada bicaranya terdengar sedu dan tatapannya melayu, ini bukan yang dia mau.
maaf ya nulisnya ngantuk jadi ngelantur T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
kerlip delusi.
Fanfiction✨ sekerlip delusi yang semakin samar membuatnya semakin nyata dan hidup. // ft. lee jeno // COMPLETED © skiesilents, 2020