helaian rambutmu ayu dihembus sang sarayu
cantikmu adiksiku, senyumku adiksimu
tapi itu semua hanya duluditulis jaemin untuk kemalanya yang lalu.
jea mengembalikan secarik ketas yang baru dia baca ke asalnya. tadi jaemin sebelum ke kelas ijin ke kamar mandi dulu. katanya perutnya sakit dan dia menuduh jea sebagai pelaku yang mengutuk kopi yang diminumnya.
menggelapnya antariksa membuat sukmanya kian merana ketika membaca frasa demi frasa yang murni adalah tulisan tangan bendunya.
candra bilang semesta sayang sama jea, tapi kenapa begini ujungnya?
eksistensi jaemin yang mendadak membuat jea terkesiap seketika, rambutnya berkemal terkena tirta. tatapannya benar-benar meneduhkan.
cahya jingga mampu dikalahkannya, jari-jemari jaemin menyisir pelan surai kecoklatan miliknya. tepukan jagat raya memenuhi semesta. selamat, pranadipta. berhasil membuat kagum atma seorang kemala ayudisa.
"mata kamu kenapa?" tanya jaemin membuat jea berkedip beberapa kali sebelum menjawab.
"e-eh, memang ada apanya?" jea malah bertanya balik, masih kebingungan.
jaemin memiringkan kepalanya. "sedu?"
bisikan dan deecak kaguman memenuhi ruang kelas. ini di siang hari, tapi sinar sang candra sudah menepuk hati.
"jea," yang dipanggil menoleh lalu kembali memalingkan muka setelah tahu siapa yang dengan sekonyong-konyong menegur sukmanya.
"kemala." tetap tidak menoleh.
jeno melirik pada jaemin yang terduduk di bangku sebelah jea, jaemin terlihat mengerti sebelum harus jeno memberi isyarat untuk pergi.
jeno duduk di bangku jaemin setelah pemilik bangkunya pergi. "mau ngomong, je." buana seakan menampar jea, si cantik menghembuskan napas dalam, lalu atmanya bicara, kamu sudah cukup egois.
disinilah mereka berakhir, butala yang ditumbuhi rerumputan hijau yang tak segan menari. serta bunga warna-warni yang melenggak-lenggok kesana-kemari.
"aku minta maaf, ya. kamu sampai jauhin aku. untuk masalah ke melbourne, itu mimpi aku dari dulu. aku gak berani bilang ke kamu, jujur. aku juga gak tahu akhirnya bakal kayak gini, kayak gitu, jujur. jea maaf,"
catat lagi, candra asena itu kalau bicara asal nyerocos tanpa henti dan tidak suka basa-basi. bagus, memang, namun kadang malah menyakitkan.
"kamu gak pernah bilang itu mimpi kamu, padahal selama ini apa-apa aku bilang ke kamu." respon jea akhirnya.
tidak ada jawaban yang diberikan jeno, sampai jea bicara lagi. "kenapa baru sekarang?"
"apa?"
"bilagnya,"
"takut saling pergi--"
semesta, sejak kapan jeno begini?
"jeno tahu gak sih? fakta teman hidup itu kayak adhesi, saling tarik menarik. itupun kalau mereka memang cocok. kalau enggak, ya memang gak bisa sama-sama. kalau kita udah di takdir tuhan buat berdua, sejauh apa jaraknya kita pasti dekat dan ada."
jaga cerita biar tetap stabil susah ya:")
KAMU SEDANG MEMBACA
kerlip delusi.
Fanfic✨ sekerlip delusi yang semakin samar membuatnya semakin nyata dan hidup. // ft. lee jeno // COMPLETED © skiesilents, 2020