Bagian Enam

948 56 18
                                    

Hiro termenung memainkan pisau ditangannya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa minggu lalu dimana saat dia bangun dari tidurnya dalam keadaan polos tak tak sepotong kainpun melekat ditubuhnya kecuali selimut putih yang memutupi tubuh polosnya itu. Ia kaget dan mencoba mengingat ingat apa yang telah terjadi tapi tak satupun ingatan melekat dibenaknya malah kepalanya tambah sakit tak kala dipaksanya berpikir lebih keras. Saat menyibak selimut yang menutupinya ia juga melihat ceceran sperma dan ada juga beberapa tetes darah yang mengotori sepray putih itu pertanda dia melakukan hubungan sexual dengan seseorang. Tapi siapa?

Kala diingat ingatnya lagi sebelum kejadian itu setelah dia bertemu saki ditaman dia lansung menuju kejurer dan curhat dengan sahabatnya toma tentang kebimbangan hatinya untuk memilih antara Saki atau Emu karna tidak ingin melepas keduanya. Kemudian dia mabuk dan...setelah itu dia tidak mengingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.

" Emu..." desisnya. Ngomong ngomong soal ini dia jarang melihat Emu beberapa hari ini. Bahkan Emu seperti terkesan menghindari dirinya, itu yang membuatnya heran. Apa emu tau kalau Saki telah kembali?

Entahlah! Dia bingung. Dia tidak bisa menentukan pilihannya saat ini. Emu memang menawan. Segala yang ada pada dirinya membuat Hiro betah berlama lama dengannya. Senyumnya yang manis, tawanya yang renyah, alunan melodynya yang indah bahkan masakannya yang lezat membuat Hiro ketagihan. Tapi Saki lain. Ia memang tidak sehebat Emu namun ia memiliki kesetiaan dan kesabaran itulah yang Hiro suka darinya. Disamping kelembutan dan perhatiannya pada Hiro. Dan satu hal yang tak dapat dipungkiri Saki adalah orang yang pertama kalinya mengenalkannya arti cinta dan mencintai juga sangat dicintainya. Lalu bagaimana ia harus menjelaslan semua pada Emu?

" Ah, kiranya aku memang telah terperangkap! "  desah Hiro sendu.

ππππππππππ

" Emu...tadi aku melihat Hiro bersama seorang wanita cantik lho! " lapor Takumi.

" Ah, nonsen. Hiro sensei tidak mungkin seperti itu..." Graphite tidak percaya.

" Serah deh percaya ato nggak. Kau lihat aja sendiri tuh ditaman sono mereka lagi berduaan sekarang! "

" Ah, yang benar? Koq Hiro sensei bisa ya setega itu mengkhianati Emu! Keterlaluan,pura pura polos taunya buaya. Sungguh tak bisa dipercaya. Aku akan adukan ini pada kiriya sensei. Da harus diberi pelajaran agar jera..." Parado bangkit dari duduknya memakai lab jasnya dan akan berlalu dari sana ketika ia mendengar suara Emu.

" Biarkan saja Parad! Kalau memang itu pilihan Hiro aku tidak apa apa. Aku tau aku ini memang tidak pantas untuk dicintai. Sakilah yang cocok untuknya. Mereka pasangan yang serasi bukan? "

" Tidak bisa begitu Emu! Dia tidak bisa menelantarkan mu begitu saja setelah dia bertemu Saki. Untuk apa dia mengucapkan cinta padamu? Hanya untuk menyakitimu begitu? Dia memang harus dihajar supaya sadar. Membuat darahku mendidih saja. Awas kau! " Parad hendak melanjutkan langkahnya namun Emu cepat memegangi lengannya.

" Jangan parad, aku mohon! " Emu menggelengkan kepalanya.

" Jangan mencari masalah dengannya...biarkan saja ..."

" Jangan mengaduk aduk perasaanku Emu! Kau terlalu naif...lepaskan! " Parad menyentak tangannya.

" Aku paling benci penghianatan. Harusnya kau tau itu..."

" Aku tau itu, Parad! Tapi...uuwekk..." Emu menutup mulutnya mual kembali menyergapnya. Ia pun segera berlari menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Beberapa hari ini Emu memang selalu mual sejak mulai bangun pagi dan juga pusing. Entahlah...ia merasa tidak sehat akhir akhir ini.

" Kenapa Emu? " Parad memandang kedua temannya.

" Apa dia sakit? "

" Entahlah..." Takumi menggeleng.

Aishiteru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang