Bagian Sebelas

885 50 135
                                    

Emu membereskan alat alat yang akan dibawanya untuk shif berikutnya yang masuk sebentar lagi. Lalu ia memakai jas dokter yang tersampir dikursi. Setelah semua dirasa beres ia bersiap hendak keluar ruangan. Baru akan melangkahkan kakinya tiba tiba pandangannya mendadak gelap dan ia terhuyung, hampir terhempas kalau saja Parad tidak cepat menangkap tubuhnya.

" Emu...kau kenapa? " tanya Parad cemas. Perlahan dibimbingnya Emu untuk duduk dikursi.

" Kau pasti kelelahan lagi. Sudah,istirahat kau kelihatan pucat! "

" Iie, Parad! Aku hanya sedikit pusing. Tidak apa apa. Aku harus segera kesana Himiko-chan menungguku..." Emu hendak bangkit dari duduknya tapi tangannya ditahan Parad.

" Emu please! Turuti kami sekali ini okey? Istirahat sebentar. Kau pucat sekali! Masalah Himiko biar Takumi yang tangani..." Parad berusaha memberi Emu pengertian.

" Iya, Emu! Kau tidak usah khawatir aku akan menangani hime-chan. Istirahat saja. Kasian baby dia pasti lelah..." Takumi ikut menasehati Emu.

" Ada apa ini? " Hiro muncul dipintu dan melihat keadaan Emu yang terduduk pucat dikursi dengan keringat dingin yang membasahi dahinya.

" Sayang kau kenapa? " katanya panik menghampiri kekasihnya dan menggengam tangannya.

" Tanganmu dingin..."

" Tidak..." Emu menggeleng.

" Aku tidak apa apa..." katanya berusaha untuk tersenyum. Tapi bukan Hiro namanya jika tidak merasakan keanehan pada kekasihnya ini. Ia lansung meraba denyut nadi Emu lewat pergelangan tangannya. Dan memeriksa detak jantungnya.

" Sayang..." katanya menggelengkan kepalanya.

" Kau pasti melupakan obatmu lagi! Jangan gitu sayang... Ingat! Kau tidak sendiri...ada aka-chan juga disini..kau tidak sayang padanya? " katanya sambil mengelus perut Emu yang mulai membesar itu.

" Maaf..." Emu menatapnya dengan pandangan memelas.

" Aku lupa..."

" Kau memang selalu begitu! " gerutu Parad menyerahkan segelas air dan obat ketangan Hiro.

" Usahakan dia minum obatnya dan istirahat, dokter Kagami. Ayo Takumi..." usai menyerahkan itu paradpun keluar ruang diikuti Takumi dan Graphite. Ia tau Hiro pasti butuh privaci dengan Emu.

" Kau dengar sayang...jangan lupa lagi okey..." Hiro menyerahkan obat dan Emu menelannya lalu minum dari gelas air yang disodorkan Hiro padanya.

" Arigatou ne sayang..."

Hiro mengangguk setelah meletakkan gelas dan obat itu dinakas. Hiro kembali kedekat Emu dan menyisiri kening kekasihnya itu lalu menciumnya lembut.

" Aku mencintaimu sayang..." bisiknya menggenggam tangan emu.

" Cha...sekarang istirahat okey! " baru akan membimbing Emu untuk berdiri namanya dipanggil seseorang.

" Hiro..."

Keduanya menoleh dan mendapati Saki yang menangis dipintu. Hiro dan Emu seketika heran dan juga cemas.

" Kau kenapa saki? " tanya Hiro heran.

" Kenapa kau menang- " Hiro tak sempat melanjutkan kalimatnya karna Saki lansung memeluknya dan membuatnya melepaskan pegangannya pada Emu terlepas. Emu hampir jatuh lagi untug ia cepat berpegangan pada kursi dan mendudukan dirinya disana.

" Hiro...aku...aku hidupku...hiks....
hidupku tak lama lagi..." katanya terisak.

" Apa maksudmu? " tanya Emu kuatir.

Aishiteru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang