Bagian Sepuluh

901 47 46
                                    

Airmata Hiro tak henti keluar. Ia begitu terpukul dan sangat menyesal terlambat mengetahui hal itu. Hatinya sakit melihat orang terkasihnya terbaring tak berdaya dengan dipenuhi slang slang yang melilit tubuh kecilnya. Wajah yang biasa sangat ceria dan polos itu kini begitu pucat seakan darah tak lagi mengalir ditubuhnya.

" Pendarahan yang dialami Emu kali ini amat parah. Janinnya bisa diselamatkan namun kondisinya sangat lemah selemah ibunya. Emu sudah terluka luar dalam. Hingga tinggal menunggu waktu saja. Kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga ada keajaiban untuknya. "

Perkataan dokter Zaizen beberapa waktu lalu terngiang kembali. Dan juga kiriya yang memutuskan untuk memberitau Deputi Hinata karna keadaan Emu yang sudah tak dapat disembunyikan lagi. Daripada nanti menyesal karna terlambat memberitau beliau. Emu memang akhirnya bisa diselamatkan berkat campur tangan Deputi Hinata yang dulu juga pernah menyelamatkan nyawa Emu daan kini mencoba menolongnya sekali lagi. Namun tak seperti sepuluh tahun yang lalu, Emu kini dinyatakan koma.

" Aku tak pernah bisa marah kepada Emu akan apapun keputusan yang telah diambilnya. Aku sadar itu adalah kecelakaan dan bukan atas kehendaknya. Mungkin kalau aku tau hal itu lebih dulu, aku akan mengambil tindakan itu. Menikahkan kalian berdua..." Deputi Hinata menatap miris anak kesayangannya yang terbaring tak berdaya itu.

" Jadi, sekarang apa yang harus kita lakukan dokter? " tanya Kiriya

" Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu. Mari kita semua berharap agar Emu bisa segera sadar dari komanya. Dan Hiro....tolong penuhi janjimu untuk menjaga Emu selamanya. "

Hiro hanya mengangguk. Dalam hatinya berjanji tidak akan melepaskan Emu lagi dan akan menjaganya seumur hidupnya. Namun waktu tak bisa diprediksi dan keadaan tak selamanya akan seperti itu. Akankah kesetiaan itu ada?

£££££££££

Sejuk dan asri itu yang dirasakan Emu sekarang. Ia tidak tau ia berada dimana yang jelas ia merasa nyaman dan tenang disini. Tidak ada Saki dan juga tidak ada Hiro. Alam begitu tenang dan damai. Membuat Emu perlahan memijakan kakinya kererumputan lembut dan memejamkan matanya menikmati aroma alam yang segar itu.

" Emu...." Emu membuka matanya ketika suara lembut bertepi ditelinganya. Sepasang suami istri yang begitu gagah dan rupawan muncul dikejauhan. Emu terkejut senang. Ya! Emu sangat mengenali mereka. Mereka yang sangat dirindukannya bertahun-tahun lamanya. Mereka orangtuanya.

"Oka-san..otou-san.." Emu berlari menghampiri mereka dan memeluknya. Mereka tidak berubah tetap pengasih dan penyayang seperti dulu.

" Aku tidak menyangka akan bertemu oka-san dan otou-san disini " katanya sambil membaringkan tubuhnya dipangkuan ibunya yang membelai kepalanya dengan lembut. Emu sangat merindukan belaian itu, ia memejamkan matanya meresapi hangatnya belaian itu.

" Apakah kau tidak ingin kembali sayang? Kau tau...banyak yang menunggumu disana! " ayahya mengelus wajah halus anaknya.

Emu menggeleng. " Aku ingin bersama oka-san dan otou-san saja disini. Hidupku disana terlalu mengerikan. Aku tidak mau kesana lagi..." ia memejamkan matanya. Setitik airmata jatuh dipipinya kala mengingat betapa menyakitkannya perkataan Saki waktu itu.

" Sayang....belum waktunya kita berkumpul bersama. Masih ada banyak tugas yang harus kau selesaikan. Tentang Hiro dan juga aka-chan! " kata ibunya lembut.

Aishiteru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang