Bab 6

183 44 23
                                    

Akhirnya pesanan gambar jadi juga kurang dari 25 menit sebelum Magrib. Alea memang gadis pejuang deadline yang suka diburu waktu.  Seketika otaknya lancar dalam mengerjakan apapun.

"Sampai juga" Alea membuka pagar rumah. Disambut hangat oleh Pak Joko, salah satu satpam dirumah dan suaminya Mbok Inem.
"Kayanya lagi bahagia ya al"
"Tiap hari Al bahagia dong pak"
Pak joko menatap alea yang berjalan kepintu masuk rumahnya. Dirumah Alea memang dipanggil dengan sebutan "Al". Pak joko dan mbok inem ini sudah dianggap sebagai orang tuanya oleh Alea.

Mata alea terpanah saat menbuka pintu. Melihat abangnya yang sedang menatap layar laptop bersama tumpukan kertas-buku² tebal/Sepertinya lagi ngerjain skripsi?Tumben banget/

Alea berjalan menghampiri abang nya. Karna hari ini moodnya lagi baik, jadi mau memberikan aura positif pada abang nya.

"Uwawww Tumben banget ya. Tapi bagus deh, semangat Abang ku sayang. Mwahh" Ucapnya, mengecup pipi abangnya. Fazza hanya melongo menatap kearah alea yang sudah meninggalkan dirinya dengan perasaan kebingungan.

"Tadi gua dikecup? Sama cewe? Pertama kalinya ... Dan sama ade gue sendiri." Batinnya dalam hati.

Alea kembali ketempat bang Fazza . Melihat Fazza memegang pipinya. Mungkin masih shock dengan tingkah Alea yang tiba-tiba mengecup Pipi Abangnya.

"Bang lu kenapa? Idihhh pasti lagi ngebayangin kalau yang cium pipi lo tadi cewe ya? Hahaha"

"Gue mau menebarkan aura positif. Makannya gue bertingkah kaya tadi. Biar Abang semangat terus wisuda. Malu udah tua masa masih betah bulak-balik kekampus" Sahutnya, menasehati Abangnya.

"Apaansi Al, tapi gue makin semangat nih. Btw kenapa ko kayanya seneng banget"

"Kenapa ya? Ah abang kepo deh"

Fazza mendekati Alea, duduk disebelahnya lalu menatap mata adenya penuh kecurigaan "Lagi jatuh cinta ya lu?
"Wah sama siapa lu? Kasih tau gua, kaya gimana cowonya! Dia harus jagain lu. Gaboleh nyakitin lu" Ucapnya lagi.

"Ihhh biasa aja kali lihatnya, serem tau. Apaansi siapa juga yang lagi jatuh cinta. Ini nih otak kelamaan jomblo. Jadi pikiran nya percintaan mulu" Jawabnya sebal, memundurkan posisi duduknya.

"Eeumm terus kenapa seneng?"
"Emang kalau seneng itu harus ada kenapa nya dulu?"
"Ya seneng sedih ada alasannya pasti"
"Abis ngerjain pesenan gambar dan udah kelar yeayyyy" katanya bersemangat
"Ohh"
"Ih sebel cuma oh doang, udah ah males bye gua mau kekamar. Mau nonton movie" Timpalnya, berjalan menuju kamar dengan penuh semangat yang masih menggebu

Fazza hanya gelang gelang kepala melihat tingkah adenya, masih menggemaskan rupanya.

_____________

Alea POV

Aku masuk kekamar namun tiba-tiba lampunya mati. Aku teriak, memanggil-manggil abang.

"Abangggg, ihhh al takutttt"
Tidak ada respon apapun dari Bang fazza. Seketika seperti ada langkah kaki seseorang.
Aku memanggilnya----itu pasti bang fazza.

"Abangg bukan? Ihhh abanggg ko gabersuara." Tanyaku, nada suara sudah bergetar. Aku takut.

Bang Fazza ada disini kan?

Aku berjalan meraba-raba mencari handphone untuk menyalakan senter. Tiba-tiba ada sesuatu yang terpegang.. Aku kaget bukan main, aku langsung melemparnya dan berteriak.

"Aaaahhhhhh, apaan ituuu" Berjalan mundur menutup mataku--seketika lampu menyala dan suara gebrakan pintu terbuka, akhirnya Abang datang.

Aku langsung memeluk abang histeris---sedang fazza berusaha menenangkanku yang masih menangis dipelukannya. Abang Kaget melihat kotak berisi uler mati dilantai.

Aku mengkerjapkan mata berkali-kali. Tak percaya dengan apa yang aku lihat. Jadi yang aku pegang tadi ular? Siapa yang mengirim ini? Seputar pertanyaan memenuhi isi kepalaku.

Abang mendekati kotak itu, ada surat didalamnya. Saat dibuka isi tulisannya sungguh mencengangkan bagi kami berdua.

Dear Alea Yasmin.

I want to date you. Enjoying the night together until bloody .. :)

Pak joko dan mbok inem baru datang--memasuki kamar kami. Mereka juga sama hal nya dengan aku dan bang fazza---sama kagetnya. Fazza menatap adenya, memeluk kembali Alea.

Sumpah serapah, "Brengsek! Siapa yang jail neror pake cara kampungan seperti ini?" emosi Fazza sudah membludak. Siapa saja yang berani menyentuh Adenya, sudah dipastikan harus bertaruh nyawa dengan nya.

Mbok inem beserta suaminya, pak joko. Membereskan kardus-bangkai uler-dan merobek kertasnya. Lalu mbok imem ke dapur sebentar membuat teh anget untukku.

Mbok inem mendekat kearahku yang masih shock melihat kejadian tadi.  "Udah al gausah dipikirin, anggap aja ga terjadi apa-apa. Ini minum dulu teh anget nya.

"Mbokkk, alea takut. Mbok tidur sama Alea ya?" Pinta Alea memelas.

"Iyaa mbok temenin" jawabnya tersenyum.

Malam ini mood bahagia ku kembali berubah dalam hitungan waktu. Tidur kali ini tidak setenang biasanya. Ada perasaan was-was yang menghantui.

Jadi yang tadi masuk kekamar ku bukan bang Fazza? Jadi tadi langkah kaki itu orang yang  ingin meneror dirinya? Siapa coba? Selama hidup aku gapernah mencari masalah sama siapapun. Isi suratnya ingin berkencan dengan ku sampai berdarah-darah? Apa maksudnya? Ya Tuhan, lindungi Alea dan keluarga.

Al mau tidur dengan tenang, semoga hal seperti ini hanya sekali dalam seumur hidup. Aku memejamkan mata, berharap esok semangat nya kembali padam. Selamat tidur bang Fazza, mbok inem, pak joko. Al sayang kalian.

Misteri Sembilan Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang