Bab 11

169 41 10
                                    

Aku siang ini sedang menikmati udara dingin di bawah pohon mangga dipojok dekat lapangan kampus Universitas Khasabhakti. Kampus ini terkenal memiliki lapangan paling luas diantara kampus manapun. Bagaimana cuaca kotaBandung?, Sudah tidak perlu dipertanyakan lagi sepertinya, sangat panas hampir setara dengan Ibu kota-Jakarta. Tapi saat ini udaranya dingin sekali.

Aku memejamkan mata berkali-kali, menikmati hembusan angin yang menusuk hingga kedasar kulit, rasanya adem banget. Hari ini aku ada kelas jam 07:30 Wib, euumm sudah seperti siswa yang ingin upacara saja.

Terdengar langkah kaki segerombolan manusia yang mendekat kearah ku, benar saja teman-teman sepergengan pun datang, namun ada satu yang kurang... Yash Andrean tidak ada karena sedang sakit. Rencananya sepulang kuliah mau kerumahnya menjenguk. Aku membuka mata melihat teman-teman sudah mengatur posisi duduk ternyaman nya versi mereka. Mataku melotot melihat disebelah kiri ada Ajay, siapa lagi kalau buka cowo yang terkenal badboy dan so kecakepan. Katanya sih dia menyukaiku, ah tapi hanya wanita bodoh yang menggilainya, aku sih ogah!

     "Lea, sendirian aja kenapa gabilang Ajay? Kan nanti ditemenin sambil kita menikmati udara segar dipagi yang cerah ini" Ucap ajay menedekatkan posisi badannya denganku.

Aku melirik kearahnya sekilas, memang ya susah ngadepin fakboi kelas kakap! Mungkin cewe-cewe kecentilan disekitar kampus akan bahagia mendapatkan perlakuan seperti ini, tidak denganku yang selalu merasa geli sendiri.

     "Sampe kapan sih Lea diemin aa Ajay? Coba cewe lain banyak yang nunggu tapi aa setia ko sama lea" Ucapnya lagi memelas semakin mendekatkan posisi duduknya, sedang aku terus menggeser kekiri.

Aku menghela nafas berat... jiji sekali dengan sebutan aa, ihhh menggelikan.

    "Lo denger baik-baik, pertama gue gapernah minta ditunggu. Kedua gue bukan bahan percobaan untuk jadi koleksi cewe lo,  setelah itu lo tinggalin!" Jawabku ketus

    "Ah kata siapa Ajay ninggalin, buktinya udah tiga bulan masih disini Nunggu lea peka"

Genanta nyambung aja, "Ya iya karna lo masih penasaran sama Lea"

Aku langusng berdiri, tidak punya banyak waktu meladeni fakboi sejati pasti ada saja alasannya.

    "Terserah lo, besok kalau ke mall jangan lupa beli kaca! Biar pinter buat introfeksi diri. Dan inget gue bukan cewe yang gampang jatuh cinta, apalagi modelannya fakboi!"

Aku mengatur nafas dengan tenang, emosiku ingin  meraung dihadapannya tapi tidak ingin moodnya hancur hanya karna satu orang yang tidak jelas, teman yang lain melihat kearahku yang sudah meninggalkan mereka, namun aku tidak sendiri ditemani Ananda dan Genanta menuju kelas.

    "Liat aja nanti, Alea bisa gue dapetin" Katanya penuh keyakinan.

Zizah kesal sekali dengan lelaki kardus yang tak punya otak, hanya karna penasaran terus dipepet-selebihnya? Akan dicampakan begitu saja, karna zizah pernah menjadi korban dari fakboi sejati.

    "Heeh lelaki kardus yang hobby banget nyakitin wanita, awas ya lo sampe deketin aAlea. Dia cewe baik-baik, udah cukup rumit jadi jangan tambah bikin rumit lagi"

    "Eeh nenek sihir, lo gabisa apa lihat keseriusan gue sama dia?"

    "Ehhh manusia setengah minion. Jiwa pakboi itu mustail untuk serius. Udah ah bye, pokonya lo sekali melangkah untuk Lea, habis lo jadi sate!" Sahutnya mengancam diakhir kalimat. 

Ajay hanya merenung memikirkan bagaimana mendapatkan hati Alea, dirinya sudah jatuh cinta dengan gadis itu. Rasanya susah sekali mengejarnya, sudah pakai sepatu bukan lagi sendal yang akan putus ditengah jalan. Karna pertama kalinya ia mencintai seorang gadis yang tidak pernah luluh sedikitpun. Ia mencari yang berbeda, bukan mereka yang mudah baper hanya sekali tatap.

______
    
    "Le, kenapa lo ga tertarik sama ajay?" tanya genanta men-sejajarkan langkahnya.
   "Gimana ya, eemm pokonya emang gapernah suka dengan cowo yang modal penasaran aja"
Kali ini gantian Ananda yang bertanya, "Gue aja dulu sempet suka sama dia, hehe (cengirnya). Bukannya semua itu berawal dari penasaran ya?"
     "Serius lo pernah suka sama cowo fakboi kelas kakap? Wih gila selera lo kek gitu" Tanyaku tak percaya.
    "Iyaa nih, tapi semenjak tau banyak cewe yang dia tinggalin gitu aja, udah biasa lagi"
    "Baguslah, sadar dan masih ber-otak lo! Hahaha"

Sesampainya dikelas pas sekali dosen juga baru datang. Jadi kita masuk barengan. Sekarang pelajaran komunikasi massa. Pelajaran nya seru banget, berhubungan dengan media dan orang² kapitalisme. Tapi ehh ada tapi nya ya, dosennya yang tidak menyenangkan, garing parah kalau ngejokes---dia ketawa eh kita engga, kita ketawa eh dia ngga. Gimana humornya gamasuk kan.

Dosen itu berdiri ia memberikan intrupsi sebelum mata kuliah dimulai mengucapakan bismillah.
Ia mulai menyuruh kami membuka buku yang waktu itu suru dibeli.

    "Buka buku komunikasi massa halaman 76. Kali ini kita akan membahas tentang peranan media di masyarakat, sebelum nya bapak mau bertanya apakah media sangat penting?"
Jawab Ajay di sudut paling kiri, "Pak saya ingin menjawab, menurut saya secara pribadi ya sangat penting. Untuk memberikan informasi terkait hal apapun. Bisa memberikan peranan edukasi juga dan hiburan tentunya" ia melihat kearahku setelah selesai menjawab lalu mengedipkan matanya. Ajay ini memang pintar, ganteng, tapi tetap bagi Alea tidak ada menarik-menariknya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu, wah ada segerombolan mahasiswa Arsi dateng kekelas Alea membawa kardus bertulisan "Peduli korban banjir selat sunda". Yang membuat Alea kaget ketika melihat salah satu dari kumpulan anak Arsi itu ada si misterius, siapa lagi coba kalau bukan Arkana? Dia bagian dari Bem rupanya. Ko bisa? Ko gapernah ya aku melihatnya. Ah memang dia irit ngomong kali ya. Dari awal masuk sampai selesai dia diam saja, tidak bersuara sepatah katapun.

    "Baik teman-teman semua, terima kasih atas sumbangan nya. Semoga saja menjadi berkah" Ucap seseorang yang membawa kardus berisi uang sumbangan.
Aku menatap nya tak berkedip, tiba-tiba Dena menyikutku membicarakan soal Arkana.
    "Lo tau ga si cowo yang tadi diam itu namanya Arkana. Anak nya jadi misterius semenjak Ibunya meninggal dengan cara sadis" katanya, nadanya penuh dengan penekanan serius.

Mataku terbelalak mendengarkan ucapannya, ini tidak salah dengar kan? Itu sebabnya dia menjadi seperti ini? Diam? Ah Dena tau tentang dia? Ko bisa? Segelintir pertanyaan mengisi kepalaku.

Aku langsung bertanya banyak hal  ke dena, tidak perduli dosen yang sedang sibuk menjelaskan.

    "Den ko lo bisa tau? Emang Ibunya meninggal kenapa? Lo kenal dia den? Dia gimana si orang nya"
    "Ehbusettt lo nanya udah macem wartawan yang lagi introgasi penjahat tau ga!"
     "Ih dena ini penting, gimana coba kasih tau gue"
     "Masa lo gatau sih, kan kejadiannya pernah di up sama media."
    "Gue gatau apa-apa tuh" kataku singkat
    "Ya iyahsih apa yang lo tau, keseharian lo lebih banyak diem dibawah pohon akasia bersama setan-setan disana"
    "Ihhh, cepet kasih tau gue Dena!!!"
    "Iya sabar, jadi dia itu super gaul. Emang sih wataknya udah dingin, tapi dia masih mau bicara sama orang terdekat. Anaknya terkenal asik juga. Semenjak kejadian itu jadi tertutup, dingin, bahkan misterius. Karna nyokapnya meninggal setelah habis hubungan seksual sama bokap nya. Ya katanya si bokap nya terkenal psikopat gitu, atau selalu melakukan Bdsm, tau kan?"
    "Denaaa, seriussss?????" ucap ku dengan suara yang amat keras.

    "ALEA, DENA KELUAR!" Ucap pak Koko, dosen komass paling gahar.
Seluruh anak kelas melihat kearah kami, ahh... Pak koko, kaya gapernah berisik aja dijaman kuliahnya.
.
.
Sempurna...kita berdua pun keluar. Ini pertama kalinya dosen mengeluarkan aku. Namun rasa penasaran ku masih memenuhi isi kepala, ko bisa ya? Ko aku sampai gatau apa apa ya. Padahal aku juga cukup aktif soal info apapun. Duhh! Semakin besar ingin tau banyak hal soal dia. Haa ibunya dibunuh? Melakukan bdsm? Ah aku jadi teringat Ibu.

Misteri Sembilan Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang