Bab 18

67 25 26
                                    

ARKANA POV

      Malam ini terasa melekat menatap langit-langit kamar dengan tembok yang kusam karena sedih dihuni manusia pengecut yang coba lari dari prasaaannya sendiri. Gue gatau harus apalagi untuk menetralkan sebuah rasa yang sekarang bersemayam didalam hati, gue gamau memunafikan diri karena udah terlalu merekat tanpa sekat. Menghitung hari gue akan ketemu moment dimana gue dan Alea, akan bareng-bareng dan udah jadi tugas gue melindungi dia dari rencana gila ade gue. 

Benar aja beberapa menit gue merenung didalam kamar, suara Fikri udah terdengar manggil gue sepertinya dia mau ngasih tau strategi rencana yang akan dilakukan pada saat camping ke hutan Wanagama. 

     "Arrrr, gue punya ide cermelang" 

     "Apaa?" 

    "Kayanya, ini sangat menguntungkan untuk lo sama Dapor" 

Gue mulai membalikan posisi duduk menjadi disebelahnya, "Haa, dapor? Maksudnya" 

     "Gue gamau terlalu banyak rencana yang akhirnya bikin semuanya gagal, gue pengen lo culik dia dijerit malam. Perkosa dia sesadis mungkin, barengan terserah sama Dapor" Katanya, menaikan setengah alisnya. 

   "Gue gasetuju, maksudnya gue gabisa melakukan pekerjaan itu bareng-bareng, gue mau menikmatinya sendiri!" Tegas gue, padahal ini cara untuk bisa melindunginya. 

    "Gila Arkana! Rakus juga lo, udah handal jadi predator. Baiklah, tapi untuk menyiksanya nanti gue pastikan dapor juga ikut bergabung. Rasa sakit nya, harus impas dengan kematian Ibu" Katanya lagi, menekankan pada kalimat kematian. 

Sebatang rokok gue nyalain, kali ini isi kepala beneran mau meledak dari tempatnya. Rasanya gue beneran bingung harus melakukan apa. Perasaan takut semakin besar, gue gatau rencana keji ini bikin hati gue juga ikutan ngerasain sakit. Alea gasalah atas pembunuhan Ibu, dia gasalah sama sekali. 

      "Arr, lo udah dapet informasi dari pihak kepolisian kalau Ayah kabur dari penjara?" 

     "Haaa kabur?" Gue kaget, "lo kenapa gangasih tau gue fik!" 

     "Gue baru tau kemaren, tapi udahlah dia juga gabisa kita urus, jadi untuk apa lo peduli sama orang tua macem dia? Gaada untungnya, lebih baik siap-siap untuk beberapa hari lagi kita pergi ke hutan wanagama" 

Fikri pergi ningglin gue dengan pikiran bercabang, dibeberapa saat kadang gue pengen banget jadi manusia paling egois untuk menentang banyak hal yang gue rasa untuk apa dijalanin, contohnya kaya rencana yang gaada untungnya, cuma demi kepuasan nafsu belaka. Tapi gue tau menjadi egois gaakan bikin semuanya menjadi baik-baik aja. Akhirnya Gue balik kekamar untuk merapihkan barang yang akan gue taro dalam koper. 

***

Alea, larut malam pukul 22-00 WIB. 

Malam-malam begini aku jadi ingin menonton tv, hanya ingin saja. Biasanya waktu malam aku habiskan untuk membaca novel tapi tidak ada niat sama sekali. Saat dinyalakan pas sekali yang muncul berita, tidak kupindahkan rasanya hati ingin menonton berita... Namun ada hal yang membuat ku kaget saat mendengar isi beritanya, seketika aku mengingat seksuatu. 

              'Satu orang narapida kabur masih menggunakan pakaian lapas sekitar pukul 16:00 WIB hari jumat 26 juli. Napi tersebut berhasil melarikan diri, dengan cerdasnya bisa menjebol ruangan cctv untuk dimatikan fungsinya sehingga jejak kaburnya tidak ditemukan oleh pihak kepolisian setempat. Bernama Boby Andrean dengan ciri-ciri rambut sedikit gimbal, wajah putih-mata sipit dan bertubuh tegak tinggi. Sekian laporan malam ini, berita tadi menutup acara liputan terkini' 

Ucap seorang reporter dilayar Tv yang aku tonton, melihat muka yang terpajang dilayar televisi membuat aku tersentak kaget, jadi Bapa-bapa yang waktu itu mengantar aku pulang dan bertemu dijalan dengan lapisan jaket kulit, ia adalah narapidana yang diburu polisi karena kabur? Aku segera mencari tau beritanya dihalaman layar gawai miliku, sangat terjejut bahwa napi tersebut dipenjara karena kasus pencurian tulang manusia dalam kubur untuk dijadikan sop? Sebentar, aku ingat saat pertama ketemu dia sedang membeli bumbu sop.... tidak--- jangan-jangan dia kanibal. Aku bergidik ngeri, langsung kumatikan televisi dan memejamkan mata untuk tertidur. 

     "Arhhhh, tidakkk lepaskan-lepaskan!" 

     "Jangan mendekat lepaskan, lepaskann" 

    "Kamu mau kemana cantik, ini lezat sekali Tulang Ibumu, aku memakannya untuk kekuatan daya tahan tubuh. Makan denganku, atau mati ditanganku?!" 

Aku ketakutan, aku takut berada dibelantara hutan yang entah dimana, aku meringis dalam hati, sayatan itu telah menggores tanganku, dia siapa? Aku tidak tau siapa laki-laki menyeramkan ini yang sekarang berada dihadapanku. 

Laki-laki itu mengelilingi tubuhku, gilanya lagi dia juga menyayat tangannya, darah yang mengalir dikulitnya ia isap seperti minuman lezat yang masuk kedalam kerongkongannya. 

Ia menilik tertawa kecil kearahku, memainkan piso kecilnya kearah pipiku yang sudah banjir air mata. "Abang, Alea pergi dengan tenang. Abang, Ibu, semuanya Alea pergi dengan tenang"

      "Sreeggg....Sreggggg, Greekkk" Tancapan itu, masuk kedalam dadaku, darahnya dihisap dengan bringas... Aku mati dalam keabadian yang nyata, Arkana aku mencintaimu dalam denyut nadi yang dicuri waktu singkat

     Hurrrggggg, Mimpi Buruk. Nafasku terengah-engah, aku tenggelam dalam pikiran sendiri, itu tidak nyata! Tidak akan pernah terjadi, aku langsung mencari obat penenang, relax Alea, itu tidak nyata! Hanya bunga tidur.  

 

Maaf ya bila proses updatenya lama. Aku butuh waktu untuk memberikan moment terbaik. Selamat membaca, jangan lupa vote dan comentarnya di tempat yang sudah disediakan.. Selanjutnya, esok akan aku teruskan.!!! SALAM SAYANG,
AUTHOR_ DIRUMAH



Misteri Sembilan Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang