10. Cemas

139 25 0
                                    

"Jangan percaya diri, gue baik karna kita sesama manusia, bukan berarti menyimpan rasa."

*
*
*
*

Hari ini ada jam olahraga setelah istirahat, Rey memilih tidak ke kantin. Dia kembali pada rutinitas awal, membaca materi kimia dan mengerjakan soal-soal yang ada di buku.

"Ayok ke kantin!" Ajak Divanka.

Rey masih fokus dengan bukunya, "Lo aja, gue mau.. belajar."

Divanka heran, ada ya cowok sejenis Rey yang hobi belajar, seolah belajar itu sesuatu yang menyenangkan. Dan anehnya lagi, Rey menganggap belajar adalah asupan gizi yang baik. Cewek itu menggeleng, lantas keluar kelas meninggalkan Rey.

"Awas naksir." Ian angkat bicara, baru ini dia berani protes.

"Bener tuh." Timpal Geo.

Rey mempertajam tatapan nya, "Lo bedua mau gue gebuk?"

"Sekarang emosian ya kayak... Divanka. Pacarnya." Geo tertawa kecil di ikuti ian yang menatap datar.

Di tempat lain, mari kita lihat Divanka. Cewek itu sedang memesan bakso kesukaan nya, perlu di ingat Divanka itu penggemar keras bakso, baginya bakso itu makanan terenak sedunia.

"DIVANKA!" Suara teriakan nyaring terdengar, membuat Divanka berdecak kesal, makan nya terganggu.

Alia dan Maira menghampiri lantas menepuk pundak Divanka mendadak.

"Ini Divanka si badgirl bukan sih?" Alia mengamati Divanka dari atas kepala hingga ujung kaki. Aksinya ini membuat Divanka risih.

Setelah bel istirahat berbunyi, Alia dan Maira langsung mencari Divanka, mereka sebenarnya tidak begitu percaya pada gosip yang menyebar, katanya Divanka mulai masuk kelas dan belajar. Hal yang mustahil. Tapi benar terjadi.

"Mana sisi blangsak lo?" Timpal Maira.

"Lo Divanka keturunan Aldarez kan? apa ini reinkarnasi?" Alia mulai ngaco, Divanka melirik dengan ekor matanya, tapi tetap fokus pada semangkuk bakso didepannya. Entah dari mana Alia dapat pemikiran sekonyol itu.

"Hidup lo sebentar lagi ya? kok tiba-tiba lo jadi baik gini?" Maira menambah.

"Gue janji ikut tahlilan dirumah lo kok, Div." Ekspresi Alia berubah-ubah, dia itu sedang kaget, marah, sedih, gelisah atau apa?

Divanka tidak mengerti dari mana dua orang gila itu berasal. Divanka tak tahan lagi, dia memukul tepat ke pipi keduanya.

"Cih! gue masuk kelas karna Rey." Seketika Alia dan Maira menjadi hening.

Divanka bersyukur, setidaknya dia bisa makan dengan tenang, tapi ketenangan nya tidak bertahan lama.

"LO UDAH BISA JATUH CINTA?"

"SELERA LO PAYAH, KUTU BUKU DI SUKAIN!"

Divanka melotot bengis, Alia dan Maira refleks mundur demi menjaga keselamatan mereka. "Yaudah semoga langgeng ya, Div. Gue sama Maira mau ke toilet." Alia berteriak sedikit.

Siapa yang pacaran sama Rey? setres tuh manusia.

Jam istirahat habis, Divanka selesai menikmati bakso nya, dan dia kembali ke kelas. Semua anak kelas sudah ganti baju olahraga, sayangnya Divanka tidak bawa. Itu baik, dia tidak perlu repot-repot ikut olahraga dilapangan.

"Ganti baju!" Rey menegur, lebih tepat disebut dengan memerintah.

"Gue gak bawa."

"Lo bawa celana sekolah kan?"

Aldarez (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang