14. Rasa Bersalah

27 1 0
                                    

"Gengsi yang terlalu tinggi, akan membuatmu tidak percaya diri."

*
*
*
*
*

Hari ini Divanka tidak masuk kelas, entah kemana dia sekarang. Walaupun raganya tidak berada di dekat Rey, tapi cewek itu masih berkeliaran dipikiran Rey. Saat jam pelajaran berlangsung, fokus Rey terbagi antara materi dan Divanka.

Geo menatap Rey malas, "Kenapa lo?"

Rey menggeleng pelan, dia tidak bisa menceritakan kejadian kemarin pada Geo karena saat ini guru sedang menjelaskan materi, bisa-bisa dia di usir keluar kelas.

Dada Rey sesak jika mengingat kejadian kemarin sore, dia tidak tahu apa yang membuatnya sampai semarah itu pada Divanka. Emosinya naik drastis ketika melihat Divanka nangis terisak sembari menceritakan semua. Dia tidak ada pilihan selain marah.

"Maaf saya telat, Bu." Seorang cewek dengan rambut terurai melangkah masuk kedalam kelas.

"Ya, duduk Divanka." Kata Bu Mira.

Wajah Divanka lesu, matanya tidak setajam biasa. Rey makin merasa bersalah, dia tahu Divanka tersinggung dengan ucapannya kemarin.

"Masih boleh gue duduk sini? atau perlu tuker sama Geo?" Mata Divanka tertumpu sepenuhnya pada King Aldarez.

Rey mendongak, menatap dengan rasa bersalah kemudian mengangguk pelan. Di detik yang sama Divanka tersenyum dan duduk tenang disamping Rey.

Geo masih diam memerhatikan, dia menunggu waktu yang tepat untuk ikut campur. Dasar biang gosip, suka masuk dalam masalah orang lain.

"Kayaknya Rey sama Divanka lagi musuhan deh." Geo berbisik pada Ian.

Ian bicara malas, "Terus?"

Pandangan Ian lurus kedepan menatap guru yang sedang menjelaskan pelajaran, dan Geo mengganggu konsentrasinya dengan gosip tidak penting. Rasanya Ian ingin menenggelamkan Geo bersama setumpuk gosipnya didasar laut.

"Tebak-tebakan yok! tuh dua manusia musuhan karna apa?"

Ian malas berteman dengan manusia aneh, tapi entah enapa dia bisa sampai menjalin hubungan pertemanan bersama Geo yang menyandang gelar cowok sinting ini.

Lihat saja ide nya sekarang, benar-benar sinting. Untuk apa berpikir tentang masalah pribadi orang?

"Males." Jawabnya malas.

Geo berdecak kesal saat keinginannya tidak terpenuhi. "Gak asik lo!"

Ian mendesis pelan, "Untuk apa gue nebak kalo gue udah tau?"

Kalimat Ian itu lantas memicu Geo untuk mengintrogasinya.

"Lo tau gimana?"

"Memang apa masalah nya kok sampe musuhan?"

"Mereka beneran pacaran ya?"

"Eh, Divanka yang nempel Rey terus apa sebaliknya?"

"Gimana itu ceritanya bisa sampe musuhan?"

Lihat. Dalam hitungan detik Geo sudah melontarkan 5 pertanyaan. Ian menggeleng pelan, tidak percaya jika temannya ini punya tingkat keingintahuan diatas rata-rata.

Ah, Ian tidak peduli. Biarkan saja Geo bersama sejuta rasa keingintahuannya. Pikiran cowok sinting itu memang aneh, mencampuri urusan orang lain seperti menikmati hidangan lezat.

"Jawab dong!" Geo meminta jawaban ketika tidak mendapat respon apapun dari Ian.

Ian menoleh malas, "Males."

Aldarez (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang