Jangan menjadikan kelemahan orang lain sebagai alat untuk membuat mu bahagia.
-
-
-
-
-Deringan ponsel berbunyi, Divanka berdecak kesal, siapa lagi yang mengganggu nya sekarang?
"KAKAK!!" Teriakan itu lagi.
Sudah 2 tahun Divanka menahan rindu nya pada Darren. Suara dalam ponsel genggaman itu sering muncul, dari nomer rahasia yang sulit di lacak. Berkali-kali Divanka mencoba namun hasilnya tetap gagal, pelaku sangat pintar membuang semua barang bukti.
Lagi-lagi pelampiasan Divanka adalah stir mobil yang tidak bersalah. Cewek itu memukul nya berkali-kali.
"SIAL! siapa yang bawa pergi adek gue!" Teriaknya frustasi.
Sejak kepergian Darren, Divanka sudah muak dengan pertengkaran dirumah. Menentukan siapa pewaris selanjutnya karena Darren menghilang. Bukan nya berusaha mencari Darren, Mackynzie, ayah nya Divanka justru sibuk mencari pasangan untuk di nikahkan dengan Divanka.
Baik, harus di perjelas. Keturunan Aldarez selalu mewariskan segala harta kekayaan nya kepada anak laki-laki, dan jika dalam keluarga itu tidak ada anak laki-laki, maka kekayaan diwariskan kepada suami dari anak perempuan. Ribet? memang.
Perlu di catat, keluarga ini sangat menjunjung tinggi kekayaan.
Kepergian Darren adalah hal yang tidak wajar bagi Divanka, terlebih dia melihat dengan mata kepala nya sendiri, adik nya itu di bawa paksa oleh beberapa orang berpakaian hitam. Keluarga Aldarez sudah berusaha mencari, mengirim banyak detektif, melapor pada polisi bahkan melacak banyak lokasi. Tapi hasilnya tetap sama, Darren tidak juga ditemukan.
Ditempat berbeda, Rey sedang mengerjakan tugas nya. Cowok itu dengan semangat mengantar kopi pesanan pembeli. Ya, Rey bekerja di sebuah kafe, sengaja pemuda itu mengambil jam malam agar tidak mengganggu waktu belajar nya.
Dia bosan mendengar kalimat pedas dari ayah nya yang selalu mengingatkan bahwa semua harta kekayaan keluarga adalah milik nya, sebab itu Rey memilih untuk tidak terlalu bergantung pada Albert, ayah nya.
"Lo udah selesai belom?" Tanya Leo, salah satu teman kerja Rey.
"Udah nih, gue balik duluan ya." Setelah menyelesaikan semua, tepat pukul 10 malam cowok itu hendak pulang. Gimana udah jatuh cinta belum sama Rey? Udah lah ya, selain berprestasi dia juga tampan, selain tampan dia juga mandiri meski tergolong dari jajaran kelas atas.
Sekolah, adalah gedung terindah bagi Rey sebelum mengenal Divanka. Sekarang gedung indah itu seperti kutukan baginya. Cewek gila itu selalu berusaha membuat dia tidak tenang.
Divanka menyusun rencana dengan akurat. Dibantu oleh kedua teman nya, Alia dan Maira.
"Lo yakin dengan cara begini dia terganggu?" Tanya Alia. yang di maksud dengan dia itu adalah Rey.
Divanka mengangguk cepat, "Yakin banget!"
Alia dan Maira mencoba ikut yakin dengan rencana Divanka, bukan tanpa alasan mereka berteman dengan Divanka, kedua nya juga hampir memiliki sikap seperti Divanka, tomboy. Mungkin karena itu mereka nyaman dalam pertemanan nya.
Dua orang cowok suruhan Divanka masuk ke dalam kelas Rey. Kemudian memberi kotak berwarna biru itu di meja Rey. "Ini dari Divanka."
"Cih! pasti dia mau minta maaf karna buat gue kesel kemarin." Rasa percaya diri Rey memang harus diacungi jempol.
Geo menggeleng pelan, "Jangan dibuka, lo mau di kerjain abis sama tuh cewek?"
"Lebay!" Sambar Rey cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldarez (On Going)
Ficção GeralCewek seperti dia memang mirip singa, iya singa buas yang siap menerkam siapapun, termasuk keluarga nya. Aldarez adalah salah satu keluarga yang mempunyai tahta, kekuasaan, dan tentunya harta yang berlimpah. Tapi siapa yang menyangka, Divanka Ghresy...