PROLOG

618 85 146
                                    

MULAI PART 8 PENDEK PENDEK UDAH PARTNYA, BARU NYADAR PART PANJANG CAPEK BACANYA♡
.
.
.
.
.
.
.
.



Rupawan.

Elegan.

Hanya berjalan normal di koridor dalam balutan seragam biasa dan puluhan pasang mata memindahkan titik fokus pada dirinya. Beberapa adik kelas yang dia lewati akan saling menyenggol satu sama lain, mencuri pandang lalu menyembulkan senyuman malu-malu yang pria ini awalnya bingungkan kenapa namun kelamaan ia acuhkan akibat telah terbiasa.

Orang-orang beranggapan hidupnya merupakan satu mahakarya sekaligus bukti ketidakadilan dari Sang Pencipta. Akademik, olahraga, seni, sampai visual, semua diborong nyaris sempurna tanpa cacat. Bola basket yang dia tembakkan selalu tepat sasaran ke ring lawan. Tubuh atletis yang dia pamerkan ketika meluncur di kolam renang selalu membawanya pada kemenangan. Dibawah kendalinya, goresan pensil murahan pun bisa jadi pajangan bernilai seni tinggi. Jangan tanyakan masalah otak, walau tidak suka belajar, skor di atas rata-rata tercantum di rapor setiap semesternya.

Wanita? Wanita selain keluarganya tidak penting, semuanya sama saja. Disenyumi sedikit, baper tiga hari tiga malam.

Centilnya para gadis membuat pria berbadan tegap ini berdecih miris dalam hati. Hampir seluruh gadis yang ia telah temui bersikap norak dan menjijikkan. Apalagi tipe yang pura-pura benci tapi menyatakan cinta di akhir cerita. Tapi diantara semuanya, yang paling dia benci sekarang adalah si pencari perhatian. Seperti gadis yang melangkahkan kaki tepat di belakangnya pagi ini di koridor, gadis seperti aku-Kang Yn.

Ah, apa yang sedang aku lakukan? Pikiranku terlalu nyaring, hampir lupa apa tujuanku membuntutinya sejak tadi.

Kang Yn melebarkan langkah kakinya, dengan cepat menepuk bahu pria di depannya ketika telah dekat.

"Jeon Jungkook!" Panggil si gadis.

"Jangan sentuh aku!"

"... apa sih,"

"Apa?!"

Kedua belah bibir gadis itu terbuka tidak percaya dengan tingkah pria yang melarikan diri setelah meneriakinya. Benar-benar perangai yang buruk. Tidak di klub dance, di sekolah, tidak ada kelakuannya yang menunjukkan tanda-tanda perdamaian.

Tenang Kang Yn, mungkin Jungkook lagi PMS. Ini wajar...

Tunggu, Jungkook bukan wanita.

Lantas gadis rambut lurus itu menyimpan pulpen yang tadi Jungkook jatuhkan di lantai. Lumayan, rejeki memang tidak kemana.

"Annyeong aedeuraa!!!" Yn membuka pintu kelas, lebih tepatnya mendobrak. Seorang guru di depan papan tulis menjadi objek pertama yang menyambut indera penglihatan Yn. Bersamaan dengan itu, seluruh pandangan siswa di kelas tertuju padanya. Da hell, ini kan belum jam masukan.

"Annyeong haseyo, Maaf Ssaem," Yn mengulang salam membungkuk sopan.

"Keluar," Seluruh murid mengunci mulut, mencari aman.

"Tapi ssaem... ini belum masukan, masih ada 10 menit lagi,"

"Yang guru, saya atau kamu?"

"Tapi kan guru juga harus mengikuti peraturan sekolah, Ssaem,"

"Hm? Baiklah. Menurut aturan sekolah, siswa juga harus mendengarkan gurunya. Sekarang pergi lapangan olahraga, pel sampai aku bisa bercermin di lantainya," Ucap Ssaem

"Tapi Ssaem—"

"Keluar," Nada bicara guru itu jadi super tenang. Pertanda buruk, Yn harus segera pergi dari sana jika tidak mau dapat B.


***




"Itu loh, kak Jungkook!"

"Ayo, cepat berikan padanya,"

"Ah aku tidak berani,"

"Ish... oh! Lihat kakak disana, kita minta bantuannya saja,"

Yn menghembuskan nafas keras-keras saat tahu ada adik kelas yang datang ke ruang olahraga. Mungkin dimata mereka bentuk wajah Yn mirip kantor pos. Jengkel sebab para adik kelas itu menjadikan Yn layaknya kurir pengantar barang untuk si pemuda hobi PMS, Jungkook. Sekali dua kali tidak masalah, ini sudah yang kelima kalinya dalam SATU JAM, sebaiknya Yn dapat bayaran.

"Kak,"

"Aku tuli, jangan bicara padaku," Yn menyeret sumbu pel di atas lantai lapangan. Acuh.

Kedua adik kelas itu bertatap heran.

"Tolong kasihin ini ke Kak Jungkook?"

Yn mengernyit pada banmal(bentuk kata informal untuk orang yang telah kenal dekat) yang digunakan oleh adik kelas ini.

"Masih tuli,"

"Tolong, Kak..."

"Ck, kasih sendiri sana,"

"Ga ah, Kak. Malu."

Inginnya Yn berkata bacot kala ini.

"Kak, kasih ya, tolong," gadis yang berambut pendek itu meraih dan memberikan surat kuning ke tangan Yn. Untung saja mereka tidak bisa mendengar berapa banyak umpatan di benak Yn.

Yn menghentak-hentakkan kakinya berjalan ke arah Jungkook yang juga sedang mengepel lapangan. Apa Jungkook juga sedang dihukum? Entahlah, Yn tidak mau tahu.

"Milikmu, dari adik kelas," Yn meletakkan surat tadi di atas surat-surat lainnya di atas lantai.

"Hm,"

Sudah Yn duga, hanya gumaman yang keluar dari mulut Jungkook sebagai balasan. Jungkook sibuk mengepel lantai sama sepertinya, tapi alangkah baiknya jika Yn menjaga jarak dari pemuda irit bicara itu. Jadi Yn segera mengambil jarak.

"Hey, Kang Yn," Panggilan dari Jungkook membuat Yn berbalik badan.

"Eoh,"

"Tidakkah kau merasa kita semakin sering bertemu?" Jungkook menumpuk kedua telapak tangannya di ujung atas tiang pel. Menatap Yn dengan sorot mata yang sulit didefinisikan.

Yn manggut lantas mengangguk ragu dua kali. Ingatan Yn kembali terputar dimana ia sering bertemu Jungkook belakangan ini. Semua pertemuan itu tidak ada yang berakhir menyenangkan.

"Mari jangan bertemu lagi," Ujar Jungkook terdengar tanpa perasaan, kemudian ia berlalu membawa pel itu keluar ruang lapangan.

Yn naik pitam, dadanya bergemuruh ingin melayangkan serentet omelan tapi lawan bicaranya sudah melangkah angkuh keluar lapangan indoor. Bahkan pemuda itu tak terpikir untuk membawa surat-surat yang berserakan, dasar makhluk berhati beku.




PROLOG END!






























HEHE MAKASIH UDAH BACA. VOMENT KALAU BERKENAN. LOP

BE MINE.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang