[ • tiga • ]

67 8 0
                                    

Saat Ziva pergi dari para cowok itu. Ia baru sadar kalau dari tadi ia menjadi pusat perhatian.

"Sepopuler itukah Bara? Sampai hanya memberikan kotak bekal saja bisa menarik perhatian murid murid terutama para cewek." Batin Ziva.

Saat berada dikoridor, Ziva mendengar banyak bisikan bisikan dari para murid.

Murid Cewek;

"Dia siapanya Bara ya, kok Bara nggak marah waktu dikasih sesuatu sama tu cewek?"

"Ini pacarnya Bara ya?"

"Bara kok mau nerima kotak bekal dari tu cewek."

"Keknya dia pacarnya Bara."

"Tapi kok gue jarang liat dia sih."

Murid Cowok;

"Anjir dia siapa woyyy cakep banget!!"

"Dia kelas mana anjir, gue mau ngebet dia."

"Ternyata ada bidadari tersembunyi disekolah ini."

"Eh cewek, minta nomornya dong."

"Calon istri gue fiks!!"

Ziva mendengar semua. Namun mencoba untuk tak perduli. Dan terus melanjutkan jalannya.

Sampai di depan kelas Ziva langsung menghampiri Delia.

"Del, kok semua pada heboh sih. Cuman kasih bekal doang elah lebay amat."

"Yaiyalah vaa, dari sekian lama semenjak kejadian Bara ngebentak semua cewek yang kasih dia barang atau apalah yang buat para cewek jadi takut untuk kasih sesuatu ke Bara,

dan sekarang, barusan Bara nerima bekal dari lo! Itu sebuah keajaiban vaaa.."

"Oh."

"Lo kok biasa aja sihh, gue kalo jadi lo mungkin uda jungkir balik."

"Gue nggak bisa jungkir balik." Jawab Ziva dengan polosnya.

"Ihh sebel! Emang lo nggak ngerasa senang gitu? Ya setidaknya pada intinya lo cewek beruntung disini."

"B aja sih." Jawab Ziva lalu masuk ke kelas. Karena bel masuk telah berbunyi.

Delia hanya menghela nafas.

Susah memang berbicara dengan orang yang tak tertarik dengan dunia. Bahkan jika kiamat pun sepertinya dia tetap tak perduli.







Istirahat kedua berbunyi.

Bara langsung berlari keluar kelas.

"Eh kampret lo mau kemana?" Tanya Leo namun dikacangkan oleh Bara.

"Dia mau kemana?" Kini Leo bertanya pada Arka dan Rafi yang berada didepannya.

Arka dan Rafi tak menoleh.

"Dasar para kulkas!"

Leo pun memilih untuk kekantin.
"Woy para es batu! Kekantin nggak?" Tanya Leo sedikit ngegas. Ia masih kesal karena dikacangkan.

Arka dan Rafi hanya mengangguk lalu beranjak dari kursinya, dan melewati Leo begitu saja.

"Yawlaa kuatkan hamba dalam menjalani cobaan ini.. memiliki sahabat yang tak menganggap ku ada.. hiks."

Para murid pun tertawa sekaligus kasihan dengan Leo.

"Lo ngapain?" Tanya Rafi yang sedang berada didepan pintu kelas.

"NGGAK TAU!"







Setelah beberapa menit. Akhirnya Bara menghampiri gengnya dikantin.

"Abis darimana lo? Pergi nggak bilang bilang asal nyelonong aja, gue tanya nggak lo jawab." Siapa lagi kalau bukan Leo yang bicara.

Arka dan Rafi sangat sayang dengan suaranya.

"Buset dahh.. udah kek pacar gue aja lo." Jawab Bara bergidik ngeri melihat Leo.

"Bangsat!! Orang serius. Lo abis darimana?"

"Gue abis jelajah sekolah."

"Ngapain? Cari harta karun?? Wahhh dapet nggak?"

Tanpa ragu Rafi yang disamping Leo langsung menjitak kepala Leo.

"Terus aja terus, gue gegar otak baru lo."

"Amin." Ucap Bara, Arka dan Rafi bersamaan.

"Dasar teman laknat!"

Mereka pun tertawa.

"Jawab pertanyaan gue tadi Barrr." Ucap Leo karena sadar Bara belum menjawab pertanyaannya.

"Ck, gue nggak dapat harta karunnya." Jawab Bara sambil mengambil somay punya Arka yang disampingnya dan mendapat tatapan sinis dari Arka.

"Arghh.. bukan itu bangsad!! Lo abis darimana tadiii?" Leo sudah sangat sabar menghadapi cobaan ini.

"Gue nyari cewek tadi yang kasik gue kue cokelat." Ucap Bara yang kini ingin mengambil lagi somay Arka namun gagal karena tangannya ditepis kasar oleh Arka.

Bara mendengus sebal.
"Pelit!"

Arka tetap melanjutkan makannya. Tak perduli dengan Bara yang sedang kesal karenanya.

"Ngapain lo cari dia? Suka?" Tanya Rafi yang mulai kepo.

"Ciaelahhh cuman dikasih kue cokelat doang langsung baper.. efek karena udah jarang nggak dikasih HAHAHA." Sahut Leo dan mendapati pukulan dikepalanya yang pelakunya adalah Bara dan Rafi.

"Udah fiks gegar otak gue." Ucap Leo pasrah.

Bara dan Rafi tertawa.
Arka? Masih sibuk makan.

"Lo juga Raf, gue ngeledek Bara kenapa lo ikutan mukul kepala gue." Ucap Leo sok sedih.

"Ketawa lo kekencengan."

Yup. Memang benar. Leo ketawa sangat kencang, sampai hampir seluruh warga kantin menatapnya.

"Btw lo belum jawab pertanyaan gue Bar."

"Gue penasaran doang." Jawab Bara jujur.

Ia sangat penasaran dengan gadis itu. Bagaimana bisa gadis itu dengan beraninya memberikannya kue cokelat tanpa takut dimarahinya.

Dan juga, untuk apa gadis itu memberikan kue cokelat kepadanya sedangkan gadis itu saja tidak mengenalinya.

Dan jika tidak kenal, tapi mengapa gadis itu tau hari lahirnya.

Aneh, tapi menarik.

"Jadi gimana, ketemu nggak?" Tanya Leo.

"Enggak, gue udah cari kemana mana, perpus, rooftop, taman belakang, lapangan, bahkan toilet cewek pun uda gue periksa."

"What?! Toilet cewek?!" Tanya Leo nggak santai.

Bara hanya mengangguk polos.

"Tobat." Leo? Bukan. Rafi? Bukan.
Itu Arka yang bilang.

Dan Bara hanya menyengir kuda.

"Emang disemua kelas udah lo cek?" Tanya Rafi.

"Udah, tapi kelas sepuluh belum. Capek gua."

"Tunggu pulang sekolah aja, siapa tau ketemu." Ucap Rafi.

Bara pun mengangguk.

"Hati hati Bar." Ucap Leo.

Bara mengerutkan alisnya karena ucapan Leo.

"Hati hati malah jatuh cinta. HAHAHAHA aww!!"

"RAFI!!"










💖🖤❤️

Vote komen sayang

Sang BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang