[ • dua puluh • ]

48 6 0
                                    

"Halo kak Bara."

"Iya sayang kenapa?"

"Hari ini orang tua aku pulang, mereka suruh jemput dibandara, kak Bara mau nemenin?"

"Tentu sayangg, jam berapa nanti?"

"Sekitar jam 3 sore."

"Okeyy my queen."

_-_-_


Fav Smile
Sayang, aku udah didepan rumah kamu

Ziva yang sudah siap pun segera menghampiri Bara.

Bara terlihat sangat rapi sekarang,
"Rapi amat kak."

"Biar dapet first impression yang baik dihadapan calon mertua." Ucap Bara dengan nada menggoda.

Ziva hanya tertawa pelan,
"Yaudah yuk kak."

Bara pun membukakan pintu mobil untuk ratunya.


Saat dibandara.

"Sayang, kok aku gugup ya," terlihat jelas dari raut wajahnya kalau pria ini memang sedang gugup.

Ziva terkekeh melihat tingkah kekasihnya ini yang menurutnya terlihat menggemaskan,
"Santai aja kak Bara,

sayang."

Deg!
Bukan Bara lebay, tapi ini pertama kalinya Ziva memanggilanya sayang.

Bara pun melihatkan senyum yang disukai Ziva dan mengacak gemas rambut gadis itu.

Tak lama orang tua Ziva pun datang.
Mereka langsung berpelukan, melepas rindu.

Saat sudah puas melepas rindu, akhirnya Leyna -mama Ziva, menyadari kehadiran Bara.

"Ehh kamu pasti Bara, pacarnya Ziva."

Ziva memang sudah menceritakan Bara kepada orang tuanya.

"Eh iya tante." Jawab Bara gugup.

"Santay ajaa dong gausah gugup gitu, btw panggil saya bunda aja, mama juga boleh, ntar juga kamu bakal jadi menantu saya, hehehe."

Kalau tidak ada orang tua Ziva, mungkin Bara sudah meloncat loncat kegirangan mendengar ucapan mamanya Ziva barusan.

"Aduh mama mah bisa aja, liat tuh Baranya jadi salting." Papanya Ziva menggoda Bara.

Aduhh Bara merasa ingin mengambil jubah harry potter yang bisa membuatnya hilang sekarang ini.

"Udah udahh, yuk masuk mobil, ngobrol nya nanti aja." Bara berterima kasih sekali kepada pacarnya ini.


~~~


"Makasih ya Bara udah mau jemput."

"Iya gapapa bun-bunda." Bara masih gugup geis.

"Kamu udah makan?" Tanya Leyna.

"Eh belum bun."

"Yaudah yuk makan bareng, sekalian ngobrol tentang mertua dan calon menantu."

Jangan ditanya lagi gais, Bara sudah melayang layang diangkasa.

"Iya bun."

"Yaudah kamu tunggu dulu disofa sama papa mertua kamu, bunda sama Ziva masak dulu,

ayo Ziva kita masak."



**


"Biar saya tebak, kamu pasti anaknya suka berkelahi disekolah, iyakan?" Astaga papanya Ziva berhasil membuat Bara menegang.

"Eh, i-iya om."

Diam sesaat,

tak lama papanya Ziva -Reylan, tertawa.
"Ternyata selera Ziva sama dengan ibunya."

Bara menautkan alisnya.

"Saya juga dulu pas masih sekolah sama seperti kamu, suka berkelahi, tawuran udah jadi aktivitas sehari hari."

Tentu saja pengakuan fakta dari Reylan membuat Bara terkejut.

"Sekarang kamu masih sering berkelahi?" tanya Reylan.

"Semenjak saya membuat keputusan untuk selalu menjaga putri om, saya berhenti melakukannya,

tapi saya akan kembali melakukannya jika ada orang yang berani menyakiti putri om, kekasih saya."

Entah keberanian darimana yang membuat Bara bisa melotarkan kata kata itu tanpa gugup.

Reylan tersenyum,
"Saya percaya sama kamu."


"Lagi ngomongin apa nih? Asik banget kayaknya hehe, udah yuk makan, udah siap makanannya." Ucap Ziva.

Reylan dan Bara mengangguk lalu melangkah menuju meja makan.

Bara duduk disamping Ziva, dan berhadapan dengan Reylan.

"Gimana enak nggak?" Tanya Leyna kepada Bara.

"Enak bunda." Jawab Bara sambil tersenyum.

"Itu masakan Ziva, nanti kalau kalian udah serumah, Ziva bakal sering masakin itu buat kamu, soalnya itu termasuk makanan kesukaanya."

Astaga, bahkan mamanya sudah membayangkan Bara dan Ziva yang sudah menikah.

"Aduh mama hehe, udah lanjut makan." Ziva juga tersipu malu gais ternyata. Hahaha.


"Sering sering mampir ya, biar bisa terbiasa nanti pas udah nikah." Teriak Leyna kepada Bara yang sudah berada dimobilnya.

Bara masih mendengar karena kaca jendela mobilnya ia turunkan, lalu Bara pun mengangguk dan segera menjalankan mobilnya.

Bertemu orang tua Ziva membuat ia berolahraga jantung. Apalagi kata kata yang selalu dilotarkan mamanya Ziva, membuat Bara semakin tak sabar untuk menjadikan Ziva istrinya.

Aduh sabar Bara, sekolah dulu yang bener sampai sukses.












Kata Bara jangan lupa vote dan komen ^^

Sang BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang