11. Perasaan

319 70 12
                                    

Jaehyun menundukkan kepalanya melihat meja di depannya, wajahnya datar, ia bosan. Ruangan ini hanya diterangi oleh tiga buah lilin yang disangga oleh wadahnya di tengah-tengah meja bundar berdebu ini. Ketukan jari-jari salah seorang lelaki bagaikan bunyi jarum jam, salah seorang lelaki lain sedang menganyam bambu untuk dijadikan topi. Mereka bertiga menunggu kedatangan ibu dari anak-anak di sini.

Jaehyun menegakkan kepalanya, ia melihat seekor laba-laba sedang menghisap darah mangsanya, suara tikus pun tak luput dari pendengarannya. Ia tak begitu menyukai misinya kali ini, tapi demi Wendy yang akhirnya keberadaannya di ketahui oleh sukunya maka ia menjalankan misi ini. Ia sedikit sedih, ia telah bertemu Wendy beberapa kali, namun Wendy tak mengingatnya sama sekali, ia tak ada di ingatan gadis itu. Tiba-tiba ia mengingat saat mereka masih SD, Jaehyun memarahi Wendy karena Wendy pergi ke sungai sendirian, ia bilang ia "hanya ingin mencari ikan".

Jaehyun kecil berteriak memanggil nama Wendy berulang-ulang. Namun tak ada jawaban. Ia tak sendiri, ia bersama ayahnya dan ayah wendy. Hari mulai gelap, namun keberadaan gadis kecil itu belum ditemukan.

Sampailah mereka bertiga di tepi sungai yang aliran airnya tidak terlalu deras, airnya jernih, sungai ini ada di dalam hutan, mereka jarang ke sini, karena di sini banyak binatang buas.

"Wendyyyyyy!!!" Jaehyun memanggil nama wendy lagi. Rasanya tenggorokannya sangat kering.

"Wendy! Kau di mana Nak?!" Ayah Wendy

"Wendy! Jawab kami!" Ayah Jaehyun

Tak lama, seorang gadis kecil berlari membawa enam ikan besar di kedua tangannya. Wajahnya tampak bahagia. Jaehyun yang melihat Wendy dari kejauhan langsung berlari menghampirinya. Sementara ayah Wendy dan ayah Jaehyun menghembuskan nafas lega.

"Kau ini nakal sekali! Kenapa kau pergi tak bilang-bilang padaku?! Kami mencarimu keliling kota tapi ternyata kau malah di hutan pinggir kota ini!"

"Kenapa kalian mencariku? Aku hanya mencari ikan" cengiran muncul di wajah Wendy

Hiks

"Jangan pergi tanpa pamit lagi, kalau kau hilang aku harus bagaimana?" Jaehyun memeluk Wendy

"Kalau aku hilang, ya kau harus mencariku. Kenapa kau menangis? Sudahlah, ayo pulang dan kita masak ikan-ikan ini!"

Wendy tersenyum lebar, sementara Jaehyun masih memeluk Wendy dan menangis kesenggukan. Ayah Wendy yang sudah ada di dekat mereka mengelus-elus kepala Wendy dan Jaehyun.

Mereka pulang, ikan-ikan Wendy dibawa oleh ayahnya, ia juga menggandeng tangan Jaehyun. Sementara Wendy sedang bernyanyi riang di gendongan ayah Jaehyun.

Lamunan Jaehyun buyar ketika kedua telinganya menangkap bunyi langkah kaki yang mulai mendekati ruang rapat ini. Ia sedikit mendesah dan merenggangkan tulang-tulangnya yang pegal. Sementara kedua lelaki di samping kanan-kirinya masih melanjutkan kegiatan mereka.

Wanita itu duduk di kursi kosong. Wajahnya dingin seperti biasanya. Kedua lelaki di samping Jaehyun menghentikan kegiatan mereka.

"Burung-burung gagak kita di lepaskan oleh seseorang. Tak ada yang tahu siapa orang itu karena kami semua sedang melakukan ritual berdo'a"

Ketiganya kaget, namun Jaehyun tentu hanya pura-pura kaget.

"Bukankah putri pembangkangmu itu tidur di luar rumah, mungkin dia pelakunya" lelaki 2

"Aku sudah merawat ia sejak kecil, aku tahu dia tak pernah tertarik dengan hal-hal yang tak perlu"

"Hei, dia sudah besar sekarang. Ada kemungkinan ia terlalu membenci tempat ini lalu ia membebaskan gagak-gagak itu" lelaki 2

Lonceng Bambu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang