Wendy memakan coklat dibungkus temaram sinar purnama. Ia memakan coklatnya pelan sambil mengamati bintang-bintang di langit. Ia berada pada sebuah Padang ilalang yang luas dimana dulu tempat ini merupakan bekas dunia ibu bambu. Dulu, setelah Wendy menyelesaikan pr sekolahnya saat malam hari, ia selalu datang ke tempat ini. Namun sekarang, ia hanya seminggu sekali datang ke sini. Ia harus berteleportasi beberapa kali agar bisa sampai ke tempat ini karena teleportasi miliknya tak sehebat milik Hendry.
"Taeyong apa kamu bisa mendengarku? Ah maaf, seharusnya aku memanggilmu Kak Taeyong. Besok adalah hari ulang tahunmu, Kak Jaejong mengajakku untuk merayakannya. Usiamu besok adalah dua puluh tiga, tapi kak Jaejong selalu bilang usiamu dua puluh lima." Wendy tersenyum lalu menggigit coklatnya. "Segeralah pulang, kami sangat merindukanmu. Apa kamu tak merindukan keluargamu? Apa kamu tak merindukanku?"
Wendy meminum air yang ia bawa.
"Aku selalu membeli coklat dengan merk yang sama seperti yang kau berikan padaku tiga tahun yang lalu. Aku juga membeli botol minum yang sama seperti yang kamu bawa saat kita tersesat di dimensi yang berisi sungai dengan batu-batu besar. Aku sungguh tak bisa melupakanmu barang sehari saja. Kamu telah membuatku jatuh cinta tapi kamu justru tak kembali lagi, kamu jahat sekali menyiksaku dalam rindu yang ku pendam selama bertahun-tahun."
Wendy membuka satu bungkus coklat lalu menaruhnya di atas piring kecil berbahan keramik. Ia meletakkan sebuah kertas di bawah coklat itu. Ia selalu melakukannya sebelum pulang dari Padang ilalang itu. Ia berharap Taeyong akan membaca isi kertas itu dan memakan coklat itu. Kenyataan yang selalu ia temui adalah coklat itu selalu dimakan oleh semut atau hancur diguyur hujan.
.
.
."Tiuplah lilinnya sebagai pengganti kak Taeyong." Jaejong mempersilahkan Wendy
Wendy meniup lilin itu sambil memejamkan matanya, ia membayangkan bahwa dirinya adalah Taeyong.
"Aku akan membawa sepotong kue ini ke Padang ilalang."
"Jangan, Wen. Kamu hanya membuat kue itu tidak bermanfaat, kak Taeyong tak akan memakannya."
"Tapi"
Jaejong merangkul bahu wendy.
"Terimakasih karena selalu menunggu kakakku kembali, aku juga yakin dia akan kembali pada kita. Jika dia kembali, tolong katakan padanya bahwa aku menyayanginya. Aku tak mau mengatakannya langsung dari mulutku, aku tak mau dia mengejekku."
Wendy tertawa lirih.
"Baiklah akan ku sampaikan. Hei, kita tak mungkin menghabiskan kue ini berdua."
"Kita makan bagian kita dulu, nanti kita bagi yang lainnya kepada teman-teman kita yang sok sibuk itu."
Sepulangnya dari restoran tempat merayakan ulangtahun Taeyong, Wendy berteleportasi ke Padang ilalang sambil membawa sepotong kue dan lilin angka 23 yang baru. Ia menyanyikan lagu ulang tahun untuk taeyong dalam sepinya malam. Wendy meniup lilin itu sambil menangis tanpa suara.
"Maukah kau berdansa denganku?" Wendy mencoba mengulang kenangannya bersama Taeyong. "Apa itu dansa? Hiks."
Wendy terduduk sambil memegangi piring berisi kue yang ia bawa. Angin malam berhembus dan memainkan batang-batang ilalang berbunga kuning bersama rambut panjang wendy. Lagi-lagi angin yang menemaninya di sini.
Wendy perlahan mengusap air matanya dan mengedarkan pandangannya saat ia mendengar suara air yang menetes di tengah kesunyian. Suara itu sangat jelas di telinganya. Wendy berdiri dan mengubah matanya menjadi biru, namun ia tak melihat apapun, ia juga telah menajamkan pendengarannya, namun ia tak mendengar apapun. Suara itu hanya terdengar sekali, tapi sangat jelas. Ia tak sedang berkhayal, ia benar-benar mendengarnya. Akhirnya Wendy menyudahi pencariannya. Setelahnya, ia pergi mengunjungi rumah sewa teman-teman Taeyong. Mereka masih melakukan penggalian di pulau ini. Mereka berhasil menemukan beberapa fosil setahun yang lalu jadi penggalian itu masih di lanjutkan.
"Wendy kamu selalu membuat kami terkejut!" Doyoung
"Duduklah, kami sedang bersantai." Johnny
Wendy pun duduk di samping Doyoung lalu Yuta menyodorkan tiga piring gorengan yang mereka beli tadi.
"Makanlah yang banyak, menangis pasti membuatmu lapar." Yuta
"Cepat makan, jangan sungkan. Ini, ambillah." Mark memaksa wendy memegang satu gorengan
"Terimakasih." Wendy tersenyum
"Bagaimana dengan sekolahmu?" Johnny
"Sangat menyenangkan." Wendy
Semuanya tersenyum melihat wendy yang mulai memakan gorengannya. Mereka tahu jika hari ini adalah ulang tahun Taeyong, jadi mereka tak akan mengungkit segala sesuatu yang berhubungan dengan sahabat mereka itu. Cerita penantian Wendy akan kepulangan Taeyong adalah sebuah cerita romansa yang menyedihkan. Mencintai seseorang yang keberadaannya entah di mana selama bertahun-tahun pasti sulit, penuh ketidak pastian namun Wendy tetap menjalaninya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonceng Bambu ✔️
FanficSebuah rumah tua di dalam hutan bambu yang rimbun. Tatkala angin bertiup, berbunyi lah lonceng-lonceng bambu yang menggantung di teras rumah itu. Taeyong dan Wendy berdansa bersama di antara dua dunia yang menempel satu sama lain, namun bersekat. St...