21. Mahkota bunga ungu putih

256 49 8
                                    

Seorang lelaki jangkung berparas tampan sedang mengamati gerak-gerik Jaehyun dan Xiaojun dari kejauhan. Matanya yang tajam tak pernah lepas dari kedua sosok itu. Di tempat lain, Hendry sedang bermain-main dengan pria bersayap hitam sedangkan Haechan masih berusaha merusak lonceng-lonceng bambu. Ia berusaha mencari kelemahan dari bambu lalu ia ingat bahwa bambu mudah terbakar apalagi lonceng-lonceng di atasnya ini adalah bambu kering. Haechan tersenyum miring sambil melihat gadis kecil bergaun merah lusuh yang mengamatinya dari kejauhan. Haechan mengeluarkan korek api dan mulai membakar lonceng-lonceng bambu itu. Gadis kecil bergaun merah lusuh itu mulai mengamuk. Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati Haechan lalu bambu-bambu di sekelilingnya membuka jalan untuknya. Haechan tersenyum miring.

Api berkobar membakar lonceng-lonceng bambu itu, namun lonceng-lonceng itu tetap utuh dan mengeluarkan bunyi seperti di tiup angin. Bersamaan dengan mengepulnya asap dari lonceng-lonceng itu, mantra yang tertulis di setiap lonceng ikut menguap dan membuat batas dunia ini retak-retak.

Brak!

Lelaki bersayap hitam menghantam dinding rumah setelah ditendang oleh Hendry hingga dinding itu rusak. Hendry tersenyum saat melihat Haechan berhasil membuat mantra di lonceng-lonceng bambu itu terlepas. Ia segera menghubungi yang lainnya, namun ia tak bisa terhubung dengan Taeyong. Jaehyun dan Xiaojun sama-sama tersenyum mendengar laporan Hendry.

"Hey kalian berdua cepat bantu aku!"

Jungwoo meneriaki Jaehyun dan Xiaojun. Xiaojun memberikan kode mata pada Jaehyun karena ia menyadari ada seseorang yang mengamati mereka dari kejauhan.

"Bantu saja Jungwoo, biar aku yang melawannya. Aku tahu siapa dia"

.
.
.

Taeyong dan Wendy saling bergandengan tangan menyusuri sungai. Mereka berdua sama-sama diam sambil melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar. Lalu mereka berdua sama-sama menengadahkan wajah mereka ke langit dan melihat batas yang mulai retak. Taeyong lalu menarik tangan wendy agar lebih cepat berjalan, mereka harus menemukan tepi dari dimensi ini agar Taeyong bisa merusak batasnya.

Taeyong menghentikan langkahnya saat melihat batu besar berwujud riak-riak air di salah satu sisinya. Wendy meremas jemari Taeyong saat jemari taeyong yang tak digenggamnya mulai menyentuh riak-riak air itu.

"Tidak apa-apa, aku hanya mengeceknya sebentar"

Taeyong lalu memasukkan separuh tubuhnya sedangkan wendy kini memeluk lengan Taeyong, ia takut Taeyong meninggalkannya sama seperti Irene. Taeyong kembali dan tersenyum pada Wendy.

"Ini jalan keluar kita, kita tak perlu mencari ujung dimensi ini, ayo"

Mereka masuk ke dalam riak-riak air itu dan keluar dari salah satu rumpun bambu. Taeyong bergegas menarik wendy untuk sampai ke batas jati, ia harus mengeluarkan Wendy dari sini. Namun wendy menghentikan langkahnya.

"Kita harus cepat"

Wendy menggeleng.

"Apa kita akan keluar berdua?"

"Tidak, kamu tunggu aku di depan batas jati, aku harus membantu yang lain"

"Aku tidak mau keluar jika tak bersamamu, tolong jangan tinggalkan aku sendirian lagi hiks hiks, tolong"

Wendy menangis sejadi-jadinya, Taeyong segera menghapus air mata Wendy namun wendy tak berhenti menangis. Lalu Taeyong memeluk Wendy.

"Misi kami adalah untuk menyelamatkanmu, Wen. Jika kamu tidak selamat maka semuanya jadi sia-sia. Kamu hanya perlu menunggu di depan batas jati, aku janji pasti akan kembali"

Wendy menggeleng sambil mengeratkan pelukannya pada Taeyong.

"Tidak, aku akan ikut kalian, aku tidak mau sendirian. Sendiri itu menyakitkan, sendiri itu menyiksa. Aku sudah sering sendiri seumur hidupku. Maaf jika ini egois, tapi aku tak mau kehilangan kalian lagi."

Lonceng Bambu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang