26. Ending

473 61 45
                                    

Taeyong dan Wendy berdansa di bawah cahaya bulan purnama. Mereka sedang berada di halaman belakang rumah Wendy. Keduanya saling memandang satu sama lain dalam hening.

"Terimakasih untuk segalanya." Taeyong memecah kesunyian

"Aku yang seharusnya mengatakan kalimat itu." Jawab Wendy

Ruby datang lalu mengelus kaki Wendy dengan kepalanya. Wendy dan Taeyong saling melepaskan diri lalu duduk bersebelahan. Taeyong menggendong Ruby di pangkuannya lalu Wendy mengelus kepala Ruby.

Haechan menemukan sebuah buku yang telah usang dan terlihat sangat kuno di perpustakaan markas pusat sukunya. Judul buku itu benar-benar mengingatkannya pada kisah Ibu Bambu. Ia lalu membaca buku itu karena buku itu tipis, jika buku itu tebal, ia akan meminjamnya agar Wendy atau Jaehyun yang membacanya, Haechan tidak suka membaca.

Seorang putri diturunkan dari bulan karena membunuh seorang raja. Dia diturunkan di sebuah pulau penuh bambu dan harus tinggal bersama manusia yang ada di sana sebagai hukuman. Ia tak bisa pulang ke bulan, ia sudah dibuang. Ia bersembunyi di dalam hutan bambu selama berpuluh-puluh tahun sambil bertapa di sana. Namun bertapannya tak bisa membersihkan hatinya dari rasa benci terhadap raja yang telah ia bunuh. Raja itu adalah saudara kandungnya yang belum lama naik tahta. Semakin lama ia bertapa semakin ia banyak menyerap energi di sekelilingnya hingga tanah disekitarnya menjadi tandus dan menjadi Padang ilalang. Ketika ia bangun dari pertapaannya, ia terkejut mendapati tubuhnya menyerupai bambu saat ia bercermin di sungai. Ia lalu kembali ke tempat ia bertapa, semuanya menjadi kering. Ia merasa semuanya tak berpihak padanya, ia merasa semua menolak keberadaannya.

Suatu hari ada beberapa orang yang datang ke Padang rumput tempat putri itu bertapa. Mereka sangat takjub melihat putri di hadapannya yang menyerupai bambu. Mereka lalu bersujud pada putri itu dan menganggap bahwa putri itu adalah Tuhan. Putri itu melihat sebuah kesempatan. Jika ia tak bisa menjadi seorang ratu di bulan, ia bisa menjadi ratu di sini, itulah yang ia pikirkan. Ia mulai mengabulkan banyak permohonan dari manusia yang menyembahnya menggunakan sihir dan ia mulai banyak meminta ini dan itu seperti di sediakan burung gagak dan anak kecil yang akan ia hisap darahnya ketika berumur 19 tahun. Ia semakin tergila-gila kepada darah gagak dan darah manusia remaja ketika ia tahu jika itu dapat meningkatkan kekuatannya. Lambat laun, julukan ibu bambu melekat padanya sebagai nama yang dihormati oleh pengikutnya.

Haechan mengangguk paham dengan cerita yang ia baca. Ia hanya membaca beberapa halaman saja dan itu sudah membuatnya bosan. Buku itu dengan gamblang menyebut ibu bambu adalah sebuah cerita legenda. Haechan melihat tahun di terbit buku itu, ia terkejut melihat tahun yang tertera di buku itu, buku itu sudah berusia ratusan tahun.

Ia jadi ingat dulu ibunya pernah bercerita bahwa darah murni suku mata biru semakin berkurang karena banyaknya penculikan dan perkawinan silang. Kasus Wendy adalah kasus yang terakhir yang mereka temui.

.
.
.

Taeyong kembali setelah hilang selama tiga tahun. Ayahnya tidak memperbolehkan Taeyong bekerja sebagai arkeolog lagi. Kini ia menggantikan adiknya sebagai pemimpin perusahaan besar keluarganya, sementara Jaejoong melanjutkan kuliahnya.

Taeyong melonggarkan dasinya sambil memakan es krim yang Wendy belikan untuknya. Wendy sedari tadi hanya diam menikmati es krimnya sampai sebuah pertanyaan muncul di kepala mungilnya.

"Taeyong, apa benar ada ratusan negara di dunia ini?" Tanya Wendy

Taeyong mengangguk sambil menoleh pada Wendy. Taeyong lalu merangkul bahu wendy sambil memakan es krimnya.

"Menurutmu bumi ini bulat atau datar?" Tanya Wendy lagi.

"Bulat." Taeyong menggigit es krimnya lagi

Wendy masih punya banyak pertanyaan berkaitan dengan pelajarannya di sekolah.

"Taeyong kenapa kamu sibuk sekali, padahal aku ingin kamu mengajariku tentang pelajaranku." Tanya Wendy

"Mau bagaimana lagi, aku sekarang tak punya alasan lagi untuk tidak memegang perusahaan keluargaku." Jawab Taeyong.

"Jika ada pelajaran yang sulit kamu mengerti, tanyakan saja padaku. Aku akan menjawabnya meski tidak akan selalu tepat waktu." Imbuh pria itu.

Wendy mengangguk.

"Belajarlah yang rajin." Ucap Taeyong.

Wendy terkekeh pelan mendengar kalimat Taeyong sambil mengangguk.

"Aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu, rasanya seperti sebuah keajaiban." Wendy tersenyum lalu menggigit es krimnya.

Taeyong tersenyum sambil memandang jauh ke depan. "Aku juga sangat bersyukur bertemu dengan seseorang yang rela menungguku bertahun-tahun tanpa kabar entah aku masih hidup atau tidak, itu sangat luar biasa." Taeyong menggenggam jemari Wendy. "Aku sangat mencintaimu." Ucap Taeyong sambil menatap wajah Wendy.

"Aku sudah tahu." Wendy terkekeh pelan. "Apa tidak ada kalimat yang lain? Aku bosan dengan pernyataan cintamu." Ucap Wendy

"Tidak ada." Jawab Taeyong lalu pria itu tertawa.

.
.
.

End

Lonceng Bambu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang