4

23 6 0
                                    

Haii! Selamat sore!

Cuma ngingetin, tekan bintang dulu yok sebelum berimajinasi di part ini!

🍁🍁🍁

🌿Alisha Damara🌿

Untuk hari ini aku tidak berangkat ke sekolah bareng Sera. Tidak juga bareng ayah dan Avisha. Jika Sera tidak berangkat denganku, aku lebih suka berangkat sendiri.

Sesampainya di sekolah masih terlihat sepi. Hanya ada tukang kebun yang sedang membuka pintu tiap kelas. Juga ibu-ibu kantin yang sedang menata dagangannya. Mungkin karena aku berangkat terlalu pagi dari biasanya.

"Arakuus" teriakan ini sangat mengganggu ketenanganku. Tanpa menoleh aku terus berjalan lebih cepat menyusuri koridor dan mengabaikan teriakan si tengil.

"Arakus, berhenti dulu napa. Aganteng kan cape kudu nyeimbangin langkah Arakus." Ujarnya yang sudah sampai tepat dibelakangku. Salah sendiri pake mengikutiku.

Iya, si tengil itu namanya Agan. Lebih lengkapnya Agan Pranata. Entah punya motif apa dia selalu mengganggu dan muncul begitu saja dihadapanku.

"Arakus tumben jam segini udah berangkat?" Aku hanya diam dan terus berjalan.

"Arakus, kok betah si diem mulu. Harusnya tuh ya tanyain apa kek akunya. Masa iya seorang Aganteng dianggurin terus. Aku tau anggur itu manis, tapi kalo dianggurin itu kenapa jadi pahit ya" Eh tunggu, sejak kapan dia memakai sebutan aku-kamu saat berbicara denganku. Perasaan terakhir bicara dia masih pake lo-gue.

Aku tidak tahan jika dia terus mengoceh layaknya burung beo. Lantas aku pun berhenti.

Dugh,,
"Aduuh" ringisnya saat menabrakku.

"Sorry ya Arakus, ngga ada yang  sakit kan? Oh apa jangan-jangan Arakus sengaja mendadak berhenti biar Aganteng nabrak terus meluk kamu ya, yekan?" Ucapnya dengan menaik turunkan alis tebalnya.

"Bisa diem ngga!?" Ucapku penuh penekanan.

"Enggak" jawabnya dengan tampang sok polosnya.

"Kalo lo ngga bisa diem, mending sono tuh ngobrol sama jangkrik di taman belakang"

"Waww" ucapnya dengan mata berbinar.

"Paham ngga si lo? Jangan ngikutin apa lagi ngusilin gue lagi!"

"Double Waww" pekiknya lagi.

"Lo sarap ya? Diajak bicara pula"

"Triple Waww" pekiknya semakin keras.

"Baru kali ini aku dengar seorang Alisha Damara berbicara lebih dari dua kata tiga kata" ucapnya antusias masih menampilkan mata yang berbinar.

Ohh jadi itu. Aku juga ngga nyangka. Ngga biasanya aku bicara lebih dari tiga kata kecuali sama keluargaku, Sera, dan orang yang lebih tua dariku.

Kemudian aku berjalan lagi meninggalkan Agan sarap yang masih keheranan. Sepertinya aku cocok mengganti panggilan buat dia jadi si sarap.

🍁🍁🍁

Istirahat pertama, aku dan Dira disuruh mengumpulkan buku tugas sejarah yang sudah tertumpuk di meja untuk dibawa ke ruang guru.

Saat sampai dilapangan, kami bertemu dengan Sera dan Tasya-teman sebangku Sera-yang sepertinya akan menuju kantin.

"Hai Ser, hai Sya" sapa Dira ke mereka. Lain denganku yang hanya memberikan senyum.

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang