20

14 4 9
                                    

🌿Alisha Damara🌿

Setelah melewati dua hari libur, kini saatnya bersiap lagi untuk menjalankan aktivitas rutin sebagai pelajar, sekolah. Yep, hari ini adalah hari Senin. Menurutku hari yang mengesalkan. Pasalnya di hari ini, kami-sebagai pelajar-harus merelakan berdiri dibawah terik cahaya matahari pagi selama kurang lebih satu jam. Dan yang lebih mengesalkannya lagi, jarak ke weekend lumayan panjang.

Aku menghembuskan nafas sesaat menghirup udara pagi di koridor sekolah. Lingkungan masih tampak sepi, hanya ada beberapa siswa rajin yang sudah berada di sekitar kelasnya. Aku memang sengaja berangkat lebih awal. Niatnya sih biar bisa menamatkan bacaan novelku dengan tenang. Semoga saja sesuai ekspektasi.

"Eh itu Ara kan?" Bisik seorang cewek dari tiga diantaranya yang baru saja aku lewati. Jarakku dengan mereka baru sekitar dua meter. Karena itu aku dapat mendengarnya. Merasa namaku disebut, aku memelankan langkahku agar dapat mendengar jelas obrolan mereka. Aku tipikal orang yang sensitif jika mendengar namaku disebut.

"Iya, itu Ara." Jawab cewek lainnya.

"Katanya dia pacaran sama Agan? Kok Agan mau ya sama cewek kek dia. Mendingan sama Mei. Mei kan jauh lebih baik."

Ahh, topik ini. Aku segera mempercepat langkahku. Berusaha melupakan dan pura-pura tidak pernah mendengar gosip pagi mereka.

"Dasar, masih pagi aja udah pada ngegosip." Gumamku mencibir.

"Lagian, siapa juga sih yang pacaran sama Agan, huh" gumamku lagi.

"Kamu, Ra" ucap seseorang dibelakangku. Ku dengar langkahnya semakin mendekat. Sejak kapan dia dibelakangku?

Perasaan mimpi apa sih aku semalam, pagi-pagi gini sudah mendapat hal buruk. Pertama jadi bahan gosip, sekarang ketemu makhluk tengil.

"Kamu yang pacaran sama Agan." Ucapnya lagi tepat disebelahku sambil menatapku jahil.

"Apasih!" Ujarku sembari mempercepat langkah untuk menghindari cowok tengil disebelahku.

"Kan kita udah resmi pacaran sejak tanggal 15 Agustus" Rasanya ingin melempar makhluk satu ini ke matahari, biar sekalian jadi abu.

"Kata siapa?!" Ujarku ketus.

"Aku"

Aku hanya bergeming dan terus menghindari Agan.

"Ra, istirahat ikut aku ya" tawarnya.

"Ngga"

"Emang kamu tahu mau aku ajak kemana?"

"Kemanapun, ngga!"

"Yee, ngga usah ngegas kali. Ntar cantiknya ilang loh" Aku tetap diam.

"Ke perpus kok, Ra. Gue mau ngasih lo sesuatu."

"Ngga"

"Beneran nih ngga mau? Ntar nyesel loh"

"Ngga"

"Ngga ada kata lain apa, Ra? Dari tadi jawabnya 'ngga' mulu."

Benar juga. Biarin lah.

"Ngga"

"Cob.."

"Gan!" Beruntungnya ada Hanan dan Fandi yang muncul tepat waktu. Mereka sedikit berlari menghampiri kami.

"Jahat lo ninggalin kita" ujar Hanan setelah gabung denganku dan Agan.

"Tau lah, yang udah punya doi" ledek Fandi.

Aku melihat jam berwarna biru yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Sudah menunjukkan setengah tujuh. Pantas saja sudah banyak siswa lain yang berdatangan. Gara-gara gosip itu dan si tengil, waktuku terbuang sia-sia. Yang seharusnya sudah sampai di kelas dan membaca novel dengan tenang sejak tadi, terpaksa tertunda beberapa menit. Oke, pagi ini sangat jauh dari ekpetasiku.

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang