7

23 8 0
                                    

Pasal memilih antara melupakan dan mengingat. Kedua hal yang tidak bisa ku sanggupi saat ini.

~Ara

🍁🍁🍁

🌿Alisha Damara🌿

Saat ini, aku sedang duduk berdiam diri didepan pianoku. Malam ini aku menyibukkan diri dengan beberapa rangkaian nada dan bait-bait lirik yang kubuat 4 tahun yang lalu. Aku memang pernah membuat sebuah lagu ketika aku merasa suatu perbedaan yang membuat segala keadaan hampa dalam sekejap. Dan aku memberikan judul pada lagu itu 'Kontras'. Judul yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat itu.

Aku mulai menekan beberapa tuts pianoku memasuki intro. Sampai chorus aku masih memainkan pianoku sambil mencoba menyanyikan lagu itu kembali. Dan kini aku mulai terhipnotis dengan lagu yang sedang kunyanyikan. Ada bayangan yang terlintas bagaimana aku merasa kehilangan seseorang terpenting untuk pertama kalinya. Aku merasa ada sebuah getaran hebat dalam diriku. Hingga tanpa sadar, aku sudah menitikkan air mata.

*flashback
Semuanya masih terlelap. Begitupun aku yang ditemani gadis cantik serupa denganku. Dia Risha.

Tiba-tiba aku merasakan kepulan asap masuk ke indra penciumanku. Lantas aku terbangun dan menyaksikan beberapa titik api yang sudah mengelilingi kami. Aku langsung membangunkan Risha saat itu. Beruntungnya dia langsung terbangun.

Lalu kami berusaha keluar dari kamar menuju pintu utama rumah ini. Saat sampai di ruang tamu aku dan Risha teringat sesuatu, dan kami berbagi tugas untuk membangunkan ayah, bunda serta Avisha. Aku membangunkan Ayah dan bunda, sedangkan Risha membangunkan Avisha kecil.

Sukses membangunkan ayah dan bunda, aku segera menarik lengan mereka berusaha menuju ruang tamu. Sesampainya diruang tamu aku lihat Avisha yang sudah ada digendongan Risha. Aku pun tersenyum dan menghampiri mereka. Kemudian aku, Risha, ayah, bunda dan Avisha saling berpelukan dan menangis. Membuat lama didalam rumah ini. Padahal kita harus keluar cepat dari rumah ini.

Setelah melepaskan pelukan, kami berusaha keluar dan meminta bantuan warga. Namun asma Risha kambuh, membuat kami kuwalahan saat itu. Ayah menyuruh aku, Risha dan bunda yang menggendong Avisha untuk keluar terlebih dahulu. Ayah akan  mengambil inlaher Risha dikamar. Tetapi Risha tidak kuat untuk berjalan karena dadanya yang amat sesak. Kemudian ayah menggendong Risha dan membawanya kekamarku mengambil inlaher. Sedangkan aku dan bunda berhasil keluar terlebih dahulu. Dan melihat banyak warga yang sudah berdatangan membawa air berusaha memadamkan api.

Sekitar 5 menit, ayah keluar membawa Risha yang sudah tak sadarkan diri.

"Bun, ayah ke rumah sakit dulu. Inlaher sudah habis. Bunda cepat telepon damkar" Pamit ayah kemudian berlari dengan tergopoh menuju jalanan lalu menyetop kendaraan yang melintas. Beruntungnya bunda masih sempat membawa ponselnya. Dengan segera, bunda menelpon petugas damkar.

Aku hanya menangis dan memeluk Avisha kevil. Melihat banyaknya benda yang sudah terlelap oleh si jago merah.

30 menit kemudian mobil damkar baru sampai padahal api sudah semakin membesar.

20 menit akhirnya petugas damkar berhasil memadamkan apinya. Aku dan bunda berpelukan dan bunda berkali-kali mengucap syukur sambil menangis haru.

Setelahnya kami menyusul ayah kerumah sakit. Saat sampai disana, kulihat ayah sedang menangis dengan duduk bersimpuh dilantai. Wajahnya sangat pucat. Aku dan bunda segera menghampiri ayah. Bunda langsung menanyakan keadaan Risha.

Angkasa High School Series: AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang